Sejarah Perkembangan Ilmu Pada Zaman Islam
Wednesday, 26 November 2014
Islam tidak hanya mendukung adanya kebebasan intelektual, tetapi
juga membuktikan kecintaan umat Islam terhadap ilmu pengetahuan dan sikap
hormat mereka kepada ilmuwan, tanpa memandang agama mereka. Periode antara 750
M dan 1100 M adalah abad masa keemasan dunia Islam. Plato
dan Aristoteles telah memberikan pengaruh yang besar pada mazhab-mazhab Islam,
khususnya mazhab Peripatetik.
Al Farabi sangat berjasa dalam mengenalkan dan mengembangkan cara
berpikir logis (logika) kepada dunia Islam. Berbagai karangan Aristoteles
seperti Categories, Hermeneutics, First, dan Second Analysis telah
diterjemahkan Al Farabi ke dalam bahasa Arab. Al Farabi telah membicarakan
berbagai sistem logika dan cara berpikir deduktif maupun induktif. Di samping
itu beliau dianggap sebagai peletak dasar pertama ilmu musik dan menyempurnakan
ilmu musik yang telah dikembangkan sebelumnya oleh Phytagoras. Oleh karena
jasanya ini, maka Al Farabi diberi gelar Guru Kedua, sedang gelar Guru Pertama
diberikan kepada Aristoteles.
Kontribusi lain dari Al Farabi yang dianggap cukup bernilai adalah usahanya
mengklasifikasi ilmu pengetahuan. Al Farabi telah memberikan defenisi
dan batasan setiap ilmu pengetahuan yang berkembang pada zamannya.
Al Farabi mengklasifikasi ilmu ke dalam tujuh cabang yaitu: logika, percakapan,
matematika, fisika, metafisika, politik, dan ilmu fiqih (hukum).
Ilmu percakapan dibagi lagi ke dalam tujuh bagian yaitu: bahasa, gramatika,
sintaksis, syair, menulis, dan membaca. Bahasa dalam ilmu percakapan dibagi
dalam: ilmu kalimat mufrad, preposisi, aturan penulisan yang benar, aturan
membaca dengan benar, dan aturan mengenai syair yang baik. Ilmu logika dibagi
dalam 8 bagian, dimulai dengan kategori dan diakhiri
dengan syair (puisi). Matematika dibagi dalam tujuh bagian.
Metafisika dibagi dalam dua bahasan, bahasan pertama mengenai pengetahuan
tentang makhluk dan bahasan kedua mengenai filsafat ilmu. Politik
dikatakan sebagai bagian dari ilmu sipil dan menjurus pada etika dan
politika. Perkataan politieia yang berasal dari bahasa Yunani
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab menjadi madani, yang berarti sipil
dan berhubungan dengan tata cara mengurus suatu kota. Kata ini kemudian sangat
populer digunakan untuk menyepadankan istilah masyarakat sipil menjadi
masyarakat madani. Ilmu agama dibagi dalam ilmu fiqih dan imu ketuhanan/kalam
(teologi).
Buku Al Farabi mengenai pembagian ilmu ini telah diterjemahkan ke dalam
bahasa Latin untuk konsumsi bangsa Eropa dengan judul De Divisione
Philosophae. Karya lainnya
yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin
berjudul De Scientiis atau De Ortu Scientearum. Buku ini mengulas
berbagai jenis ilmu seperti ilmu kimia, optik, dan geologi. Al Farabi (w.950)
terkenal dengan doktrin wahda al wujud membagi hierarki wujud yaitu;
- dipuncak hierarki wujud adalah Tuhan yang merupakan sebab bagi keberadaan yang lain,
- para malaikat di bawahnya yang merupakan sebab bagi keberadaan yang lain,
- benda-benda langit (angkasa),
- benda-benda bumi. Al Farabi memiliki sikap yang jelas karena ia percaya pada kesatuan filsafat dan bahwa tokohtokoh filsafat harus bersepakat di antara mereka sepanjang yang menjadi tujuan mereka adalah kebenaran.
Filosof lain yang terkenal adalah Ibnu Sina dikenal di Barat dengan sebutan
Avicienna. Selain sebagai seorang filosof, ia dikenal sebagai seorang
dokter dan penyair. Ilmu pengetahuan yang ditulisnya banyak ditulis dalam
bentuk syair. Bukunya yang termasyhur Canon, telah diterjemahkan ke
dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona di Toledo.
Buku ini kemudian menjadi buku teks (text book) dalam ilmu
kedokteran yang diajarkan pada beberapa perguruan tinggi di Eropa, seperti
Universitas Louvain dan Montpelier. Dalam kitab Canon, Ibnu Sina telah
menekankan betapa pentingnya penelitian eksperimental untuk menentukan khasiat
suatu obat. Ibnu Sina menyatakan bahwa daya sembuh suatu jenis obat sangat
tergantung pada ketepatan dosis dan ketepatan waktu pemberian.
Pemberian obat hendaknya disesuaikan dengan kekuatan penyakit. Kitab
lainnya berjudul Al Shifa diterjemahkan oleh Ibnu Daud (di Barat
dikenal dengan nama Avendauth Ben Daud) di Toledo. Oleh karena Al Shifa sangat
tebal, maka bagian yang diterjemahkan oleh Ibnu Daud terbatas pada pendahuluan
ilmu logika, fisika, dan De Anima. Ibnu Sina membagi
filsafat atas bagian yang bersifat teoretis dan bagian yang bersifat
praktis. Bagian yang bersifat teoretis meliputi: matematika, fisika,
dan metafisika, sedang bagian yang bersifat praktis meliputi: politik
dan etika.
Ibnu Sina, mengatakan alam pada dasarnya adalah potensi (mumkin
al wujud) dan tidak mungkin bisa mengadakan dirinya sendiri tanpa
adanya Tuhan. Ibnu Sina mengelompokkan ilmu dalam tiga macam yakni;
- Obyek-obyek yang secara niscaya tidak berkaitan dengan materi dan gerak (metafisik),
- Obyek-obyek yang senantiasa berkaitan dengan materi dan gerak (fisika),
- Obyek-obyek yang pada dirinya immateriel tetapi kadang melakukan kontak dengan materi dan gerak (matematika).
Al Muqaddimah |
Ibn Khaldun dalam kitabnya Al Muqaddimah membagi metafisika
dalam lima bagian. Bagian pertama berbicara tentang hakikat wujud (ontologi).
Dari sini muncul dua aliran besar yakni eksistensialis (tokoh yang
terkemuka adalah Ibnu Sina dan Mhulla Shadra) dan esensialis (tokoh yang
terkemuka adalah Syaikh Al Israq, Suhrawardi).
Berikutnya Ibn Khaldun membagi ilmu matematika ke dalam empat subdivisi
yakni;
- Geometri; trigonometrik dan kerucut, surveying tanah, dan optik. Sarjana muslim terutama Ibn Haitsam telah banyak mempengaruhi sarjana barat termasuk Roger Bacon, Vitello dan Kepler.
- Aritmetika; seni berhitung/hisab, aljabar, aritmatika bisnis dan faraid (hukum waris),
- Musik
- Astronomi.
Dalam bidang ilmu mineral, dikenal karya Al Biruni yang berjudul
Al Jawahir (batu-batu permata), selain itu pada abad ke-11 Al Biruni
dikenal sebagai The master of observation di bidang geologi dan geografi
karena Al Biruni berusaha mengukur keliling bumi melalui metode
eksperimen dengan menggabungkan metode observasi dan teori trigonometri.
Akhirnya ia sampai pada kesimpulan bahwa keliling bumi adalah
24.778,5 mil dengan diameter 7.878 mil. Tentu saja ini merupakan penemuan luar
biasa untuk masa itu, dengan ukuran modern saja yaitu; 24.585 mil (selisih ±
139 mil) dengan diameter 7.902 mil.
Al Qanun fi al Thibb |
Dalam bidang ilmu farmakologi dan medis dikenal karya Ibnu Sina
yakni Al Qanun fi al Thibb dan Al Hawi oleh Abu Bakr Al Razi,
bidang nutrisi dikenal karya Ibn Bathar yakni Al Jami Li Mufradat Al
Adawiyyah wa Al Aghdziyah, di bidang zoologi dikenal karya Al Jahizh yang
berjudul Al Hayawan dan Hayat Al Hayawan oleh Al Damiri.
Di Andalusia terkenal seorang ahli bedah muslim, Ibn Zahrawi yang
telah mencitakan
ratusan alat bedah yang sudah sangat maju untuk ukuran zamannya.
Filosof lainnya adalah Al Kindi, yang dianggap sebagai filosof Arab
pertama yang mempelajari filsafat. Ibnu Al Nadhim mendudukkan Al
Kindi sebagai salah satu orang termasyhur dalam filsafat alam (natural
philosophy). Buku-buku Al-Kindi membahas mengenai berbagai cabang ilmu
pengetahuan seperti geometri, aritmatika, astronomi, musik, logika dan
filsafat. Ibnu Abi Usai’bia menganggap Al-Kindi sebagai penerjemah terbaik
kitab-kitab ilmu kedokteran dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab.
Di samping sebagai penerjemah, Al Kindi menulis juga
berbagai makalah. Ibnu Al Nadhim memperkirakan ada 200 judul makalah yang
ditulis Al Kindi dan sebagian di antaranya tidak dapat dijumpai lagi, karena
raib entah kemana. Nama Al Kindi sangat masyhur di Eropa pada abad pertengahan.
Bukunya yang telah disalin ke dalam bahasa Latin di Eropa berjudul De
Aspectibus berisi uraian tentang geometri dan ilmu optik, mengacu pada
pendapat Euclides, Heron, dan Ptolemeus. Salah satu orang yang sangat kagum pada berbagai
tulisannya adalag filosof kenamaan Roger Bacon.
Filosof lainnya adalah Ibnu Rushd yang lahir dan dibesarkan di Cordova,
Spanyol, meskipun seorang dokter dan telah mengarang buku ilmu
kedokteran berjudul Colliget, yang dianggap setara dengan kitab Canon
karangan Ibnu Sina, lebih dikenal sebagai seorang filosof.
Ibnu Rushd telah menyusun 3 komentar mengenai Aristoteles, yaitu:
komentar besar, komentar menengah, dan komentar kecil. Ketiga komentar tersebut
dapat dijumpai dalam tiga bahasa: Arab, Latin, dan Yahudi. Dalam komentar
besar, Ibnu Rushd menuliskan setiap kata dalam Stagirite karya
Aristoteles dengan bahasa Arab dan memberikan komentar pada bagian akhir. Dalam
komentar menengah ia masih menyebut-nyebut Aritoteles sebagai Magister Digit,
sedang pada komentar kecil filsafat yang diulas murni pandangan Ibnu Rushd.
Falsafah El Ula |
Pandangan Ibnu Rushd yang menyatakan bahwa jalan filsafat merupakan
jalan terbaik untuk mencapai kebenaran sejati dibanding jalan yang
ditempuh oleh ahli agama, telah memancing kemarahan pemukapemuka agama,
sehingga mereka meminta kepada khalifah yang memerintah di
Spanyol untuk menyatakan Ibnu Rushd sebagai atheis.
Sebenarnya apa yang dikemukakan oleh Ibnu Rushd sudah dikemukakan pula
oleh Al Kindi dalam bukunya Falsafah El Ula (First Philosophy). Al
Kindi menyatakan bahwa kaum fakih tidak dapat menjelaskan kebenaran
dengan sempurna, oleh karena pengetahuan mereka yang tipis dan
kurang bernilai (Haeruddin, 2003).