Biografi dan Sejarah Bisnis Muhammad
Wednesday, 2 July 2014
“Batas pengetahuan tentang beliau (Muhammad saw), hanya bahwa
beliau
adalah seorang manusia, dan bahwa beliau adalah sebaik-baik
makhluk Allah
seluruhnya”.
SUDUT HUKUM | Syair yang dilantunkan oleh penyair al Bushiri tersebut memberi kesimpulan
bahwa seeorang tidak mungkin menjangkau dan menguraikan tentang
riwayat Muhammad secara sempurna. Hal ini senada dengan pendapat Mohammed Arkoun
yang menyatakan bahwa mendekati kepribadian Muhammad adalah sesulit dan se
kontroversi mendekati al Qur’an itu sendiri. Meskipun demikian, dalam menjelaskan biografi dan sejarah bisnis Muhammad
penulis tetap berusaha semaksimal mungkin.
Muhammad adalah sosok manusia pada umumnya, sebagai manusia dia sama
secara fisiologis dengan lazimnya manusia. Namun ia mendapat wahyu sebagai
tanda kenabiannya, jauh sebelum Muhammad diangkat menjadi Nabi, Muhammad
menunjukkan performa dengan kualitas manusia yang lebih pada umumnya.
Mengenai masa kelahiran Muhammad para sejarawan berselisih pendapat,
Husein Haikal dalam Sejarah Hidup Muhammad saw, menerangkan tentang
perselisihan pendapat tersebut. Sebagian besar mengatakan Muhammad dilahirkan
pada tahun gajah, yaitu peristiwa agresi Abraham untuk menghancurkan ka’bah.
Pendapat lain mengatakan Muhammad dilahirkan beberapa hari atau beberapa bulan
atau bahkan beberapa tahun sesudah tahun gajah. Ada juga yang menaksir sampai
tujuh puluh tahun.
Para ahli juga berlainan mengenai bulan kelahirannya, sebagian
besar mengatakan Bahwa Muhammad dilahirkan pada bulan Rabiul Awal, ada juga yang
mengatakan bulan Muharram, Safar, Rajab dan juga bulan Ramadhan. Mengenai
tanggalnya juga berbeda-beda, salah satu pendapat mengatakan malam kedua Rabiul
Awal, pendapat lain mengatakan malam kedelapan, kesembilan atau kedua belas.
Namun dari sekian pendapat yang lazim diketahui masyarakat dalam khazanah
keislaman adalah 12 Rabiul Awal tahun Gajah.
Muhammad dilahirkan dari pasangan Abdullah dan Aminah, ayahnya sudah
meninggal sejak Muhammad masih dalam kandungan dan ibunya berpulang ketika ia
masih kanak-kanak tepatnya pada usia enam tahun. Karena itu, kemudian sejak
kecil Muhammad diasuh oleh kakeknya, Abdul Mutholib, dan setelah kakeknya meninggal, Muhammad diserahkan ke pamannya,
Abu Thalib.
Diagram silsilah Muhammad Secara garis keturunan Muhammad adalah
orang yang mempunyai garis keturunan dari orang yang dihormati dan disegani di
masyarakat
Quraisy. Dan garis keturunan tersebut dapat dibanggakan. Muhammad
anak Abdullah, anak Abdul Mutholib, anak Hasyim-pendiri kabilah Bani Hasyim, anak
Abdul Manaf, anak Qushay-pendiri suku Quraisy yang berkuasa di Makkah. Melihat
garis keturunan tersebut Barnaby Rogerson menerangkan, Muhammad tidak akan
pernah kekurangan sepupu, tidak akan pernah sendiri dan kelaparan atau kekurangan
perlindungan, karena ia dari Bani Hasyim dari suku Quraisy. Lahir sebagai orang
Quraisy Makkah merupakan awal yang baik dalam kehidupan di Arabia Tengah,
karena selama empat generasi, keuntungan dari menjaga Makkah dan mengatur
kafilah dagang berada di tangan orang-orang Quraisy.
Namun kelahiran Muhammad dari kalangan terhormat tidak sama dengan
keadaan perekonomian, karena pada saat Muhammad lahir keadaan keluarga dalam
kondisi yang relatif miskin. Dia tinggal bersama keluarga selama enam tahun dan mengalami kehidupan nomaden yang amat sulit. Ketika
dibawa ke Makkah, dalam perjalanan itulah ibunya meninggal dunia. Kesedihan
mendalam inilah yang menjadikan Muhammad kemudian tumbuh sebagai
pribadi yang mandiri dan peduli dengan yatim piatu. Setelah
ibunya meninggal, Muhammad dirawat kakek dari garis ayah, yaitu Abdul
Mutholib. Kakeknya adalah orang yang masih diperhitungkan, dia tetap diakui
sebagai ketua kabilah Bani Hasyim dari suku Quraisy, meski pada saat itu dia
sudah tidak dapat berpergian bersama kafilah-kafilah.
Bersama kakeknya Muhammad hidup dengan penuh limpahan kasih
sayang, orang tua bijaksana inilah yang memimpin pemburuan ketika Muhammad kecil
tersesat di labirin lorong-lorong Makkah, dan ditemukan ketika Muhammad sedang menyusuri
jalan di kota atas.
Suasa keakraban dengan penuh kasih sayang cucu dan kakeknya digambarkan
ketika Muhammad digendong di punggung kakeknya seraya berseru kepada Tuhan
untuk melindungi dan mengawasi cucunya yang telah menjadi anak yatim piatu itu,
Abdul Mutholib melakukan ini di hadapan ka’bah. Tampaknya
Muhammad sudah mendapat tempat sendiri di hati kakeknya tersebut, hanya dialah
yang diizinkan duduk bersama di atas tempat tidur siang yang ditempatkan di
luar pintu di balik bayangan ka’bah.
Pada masa mudanya kakeknya adalah pedagang yang sangat sukses. Dan
kakek yang sangat sangat ketika memutuskan untuk merawat Muhammad.
Namun ketika dia meninggal, Muhammad yang saat itu berusia delapan tahun tidak
mendapat warisan apa-apa, sanak saudara yang lebih kuat mengendalikan usaha
peninggalan kakeknya.
Sepeninggal kakeknya, Muhammad dipercayakan kepada pamannya, Abu Thalib.
Diyakini bahwa ia sudah mendapat perintah dari Abdul Mutholib menjelang
wafatnya beliau. Bersama pamannya inilah Muhammad mulai belajar untuk mencari
nafkah dan bekerja keras jika ingin mengumpulkan banyak kekayaan untuk memiliki
unta-unta sendiri, dan kelak untuk membayar mahar kepada seorang istri.
Pamannya memang merupakan orang yang tidak memiliki harta yang banyak,
tapi banyak anaknya. Maka, melihat situasi itulah Muhammad memutuskan untuk
memulai bekerja dengan menggembala kambing untuk pamannya. Sejak saat itulah
dalam usia yang masih kecil, delapan tahun, Muhammad belajar menjadi bisnisman,
beliau belajar hidup mandiri untuk meringankan beban pamannya dan juga untuk
kebutuhannya dengan menggembala kambing penduduk Arab di padang pasir. Muhammad mempunyai
tanggung jawab ratusan ekor kambing yang dipercayakan
kepadanya. Menggembala kambing tidak semudah yang dibayangkan banyak
orang, jangan memandang remeh pekerjaan ini, kambing memiliki bau apek, kotor
dan tidak gampang mengikuti perintah meskipun dipukul dengan keras.
Rogerson menerangkan, pada masa ini Muhammad sudah masuk pada tahap
awal dunia dewasa pedagang Makkah, pertama-tama dan terutama harus belajar
tentang perawatan dan penangkaran unta. Sebagian dari upaya ini bersifat
instingtif, sesuatu yang sudah dia dengar dan dia lihat sepanjang hidupnya.
Hal-hal teknis menjadi pelajaran penting, bagaimana mengikat tali binatang buas
pengembara itu pada malam hari, bagaimana perlahan-lahan menyapih unta muda
dari induknya, bagaimana mengikat tali pelana, dan bagaimana cara terbaik
menaikkan beban ke badan unta agar tidak merasa kesakitan.
Sekilas itu adalah hal yang mudah dan tidak penting, namun Muhammad
menjadikan itu sebagai langkah awal menapaki karirnya, yang kelak akan menjadi
pedagang maupun pebisnis besar. Muhammad melakukan hal
tersebut dengan penuh tanggung jawab dengan kejujuran, amanah dan profesional.
Hal-hal inilah yang menjadikan Muhammad tumbuh dan berkembang menjadi pribadi
yang dipercayai banyak pihak.
Pada tahap selanjutnya, Muhammad masuk pada tahap magang masa mudanya.
Manajemen unta menjadi lahan untuk masa magang tersebut. Di sini Muhammad harus
belajar tentang peta dan menandai rute-rute perdagangan di wilayah padang pasir
Arabia. Dia harus mempelajari jalan dimana mengalami penyempitan dan di jalan
mana pula yang hanya bisa dilewati satu barisan. Muhammad juga harus belajar
bahwa ukuran kafilah juga ikut menentukan rute mana yang harus dipilih, semakin
besar kafilah semakin aman jalannya melewati padang pasir.
Pengalaman alamiah di atas harus secepat mungkin Muhammad pelajari
untuk bisa bertahan dari pedagang lain dalam menjalankan kafilahkafilah Arabian
kuno. Muhammad belajar dengan cepat dan menunjukkan kepiwaiannya dalam
menghadapi berbagai masalah, sehingga pada usia 12 tahun Muhammad melakukan
perjalanan dagang pertamanya bersama Abu Taholib pamannya. Ada sumber lain yang
mengatakan usia Muhammad sembilan tahun dalam menyertai perjalanan Abu Thalib
dari Makkah ke Syria.
Perjalanan dagang bersama Abu Thalib menjadi pelajaran sangat berharga
bagi Muhammad, di sini ia harus mempelajari setiap seluk-beluk perdagangan. Dia
juga harus belajar tentang hierarki kekayaan. Muhammad belajar ini semua dari
pamannya dengan diskusi dalam perjalanan dagangnya. Tahap selanjutnya bagi
pedagang muda Quraisy Makkah adalah mengenal barang-barang yang akan
diperdagangkan, komoditas pertama perdagangan pedagang Arabia adalah pertukaran
sederhana produk masyarakat nomaden dengan produk pertanian masyarakat yang
mapan.
Komoditas keduanya adalah kulit, kulit dapat diambil dengan murah
dari Baduwi sepanjang tahun dan kemudian dipak untuk perjalanan panjang ke kota-kota
kecil Syria dan Irak. Dupa menjadi unsur ketiga dalam komoditas perdagangan, dupa adalah
barang dagangan kafilah yang paling menguntungkan. Untuk menjadi pedagang yang
efektif dan sukses Muhammad harus menguasai seluk beluk pasar barang di atas.
Rupanya, perjalanan Muhammad dengan pamannya ke Syria, Jordan dan
Lebanon ditangkap dengan cukup cerdas olehnya bahwa bisnis yang berkembang
pesat di sana adalah perdagangan. Sebab secara geologis tanah di Makkah
memang tidak cocok untuk bercocok tanam. Maka, peluang menjadi pengusaha
menjadi lebih besar dari pada menjadi petani. Kejelian inilah yang membuat
Muhammad menekuni bidang perdagangan.
Secara garis keturunan sebenarnya tidak mengherankan kalau dalam diri
Muhammad terdapat jiwa bisnis, sebab latar belakang keluarga beliau sendiri
adalah pebisnis, atau istilah pada masa itu yang sering digunakan adalah
pedagang. Bukan sekedar pebisnis biasa namun juga pebisnis kuat dan sukses.
Sejarah mencatat, empat orang putra Abdul Manaf (kakek-kakek Muhammad) adalah
pemegang izin kunjungan dan jaminan keamanan dari para penguasa dan
negara-negara tetangga seperti Syria, Irak, Yaman dan Ethiopia.
Muhammad tumbuh dewasa dan muda bersama pamannya, pengalaman-pengalaman perdagangan sudah beliau
dapatkan ketika melakukan perjalanan dagangnya. Melihat bekal yang sudah banyak
yang Muhammad dapatkan, akhirnya dia memutuskan untuk berdagang/berbisnis secara
mandiri. Selain itu Muhammad juga menyadari bahwa Abu Thalib bukanlah orang
kaya raya, pamannya juga punya tanggung jawab keluarga besar yang harus
dinafkahi.
Dalam perjalanan bisnis awalnya Muhammad memulai dengan perdagangan
sederhana, seperti membeli barang dari pasar dan menjualnya secara eceran
kepada masyarakat Makkah. Pada usia 17-20 tahun Muhammad mengalami masa-masa
tersulit untuk menjalankan usaha bisnisnya, dia harus bersaing dengan
pemain-pemain bisnis senior di tingkat regional, di sinilah ketangguhan dan
keseriusan beliau diuji.
Meskipun dalam masa sulit dan tidak punya modal, Muhammad banyak
menerima modal untuk berbisnis dari para janda kaya dan anak-anak yatim yang
tidak sanggup menjalankan sendiri dana mereka. Dan mereka menyambut baik
kejujuran Muhammad yang memang sudah sejak kecil dikenal rajin dan percaya diri
sehingga membawa reputasi baik ketika ia menjadi dewasa.
Muhammad dikenal karena kejujuran dan integritasnya, penduduk Makkah
sendiri memanggilnya dengan sebutan Siddiq (jujur) dan Amin (terpercaya). Dengan demikian terbuka kesempatan luas bagi Muhammad untuk
memasuki dunia bisnis dengan cara menjalankan modal orang lain, baik dengan
cara kerjasama antara pemodal dan Muhammad menjadi pengelola modal atau bagi
hasil sebagai mitra kerja, maupun dengan upah atas jasa yang telah dia berikan.
Salah satu dari janda kaya yang menjalankan bisnisnya melalui
agenagen berdasarkan berbagai kontrak tersebut adalah khadijah, seorang wanita konglomerat
terkenal di Makkah. Melihat pengakuan dari mitra-mitra kerja Muhammad bahwa ia
adalah orang yang jujur dan profesional, dan matang dan lurus dalam
perhitung-hitungannya. Kemudian menumbuhkan kepercayaan Khadijah untuk bermitra
dengan Muhammad. Abu Thalib yang sudah melihat bakat berbisnis dalam diri Muhammad
langsung mempromosikan keponakannya kepada Khadijah sebagai manajer bisnisnya dengan
memperoleh gaji dua kali lipat dibanding gaji awal yang ditawarkan Khadijah.
Awal kerjasama dagang Muhammad dengan Khadijah dimulai dengan perjalanan
dia dengan modal dari Khadijah ke berbagai perjalanan dagang ke pasar utara dan
selatan. Sebagai seorang mitra yang dapat dipercaya dan menguntungkan bagi
Khadijah, Muhammad diberi upah atas jasa tersebut. Dan terkadang pula
berdasarkan bagi hasil atas hasil dagangnya sebagai mitra dagang.
Afzalurrahman menerangkan, selanjutnya Muhammad banyak melakukan
perjalanan dagang dengan modal dari Khadijah. Salah satu perjalanan ini menjadi
sangat terkenal sebab pada akhirnya Khadijah melayangkan usulan untuk menikah
dengan Muhammad melalui pembantunya, Maesaroh. Tepatnya adalah pada perjalanan ke Busra di Syria. Keterangan
mendetail mengenai ini terdapat dalam kitab-kitab hadits,
tarikh, dan sirah.
Lebih lanjut Afzalurrahman menjelaskan tahap awal Muhammad memulai
karir sebagai pedagang, sebagaimana diterangkan di atas, pada usia 17 tahun
atau mungkin 18 tahun Muhammad sudah mulai usaha dagangnya sendiri. Hal ini
dikarenakan Muhammad sama sekali tidak suka berlama-lama menjadi tanggungan
pamannya. Inilah yang membawanya ke berbagai negara tetangga, terutama di dekat
perbatasan Arab, kota-kota dagang di Yaman, Bahrain bahkan mungkin ke Abysinia.
Bagi orang yang jujur seperti Muhammad, ini merupakan hal yang wajar. Dalam
mencari nafkah yang halal, Ia mesti bekerja keras menggeluti profesi dagang,
tidak hanya untuk biaya
hidup tapi juga untuk membangun reputasi agar orang-orang kaya
lebih maju dan mempercayakan dana mereka padanya.
Beberapa keterangan sudah penulis ungkapkan di atas, dan semuanya menjadikan
kita yakin akan sebuah kebenaran bahwa Muhammad sudah sejak kecil dibesarkan
dalam lingkungan yang mendukungnya untuk menjadi seorang pedagang besar. Dengan
pengalaman sebagai penggembala tentunya Muhammad sudah memacu semangatnya untuk
kelak menjadi pedagang yang lebih sukses.
Kembali Afzalurrahman, dia mencoba meyakinkan bahwa Muhammad telah
melakukan cukup banyak perjalanan dagang ke berbagai tempat di Syria dan Yaman
atas Khadijah –sebelum perkawinannya. Meskipun dengan demikian sebetulnya
Muhammad telah melakukan perjalanan-perjalan serupa untuk memenuhi biaya
hidupnya, tentunya ini terjadi sebelum kerja sama dengan Khadijah.
Berdasarkan hasil kinerja Muhammad yang memuaskan dengan membawa
untung besar, yang konon tidak pernah diperoleh oleh pedagangpedagang sebelumnya.
Khadijah memiliki ketertarikan-ketertarikan pada Muhammad di luar kemahirannya
berdagang. Dia mulai tertarik kepadanya secara pribadi. Khadijah pun menggali
informasi dari pembantunya yang menyertai perjalanan dagang Muhammad, Khadijah
mempertanyakan apakah begitu Muhammad dapat dipercaya, baik dan tulus.
Setelah keputusannya bulat Khadijah meminta bantuan Nufasyah untuk
bertanya kepada Muhammad apakah dia ingin menikah. Pertanyaan seperti itu dari
orang semacam itu tidak boleh ditolak dengan bodoh. Muhammad terbuka dengan ide
itu, meskipun harus menunggu sampai memperoleh mahar yang diperlukan. Nufasayah
menjawab, “Bagaimana jika anda diberi sarana itu? Dan bagaimana jika ada
seorang wanita yang menggabungkan kecantikan dan kekayaan, berdarah bangsawan
dengan harta melimpah?” “siapa dia?” tanya Muhammad. “Khadijah!” jawabnya.
“Saya mau,” jawab Muhammad.
Pasca pernikahannya dengan Khadijah, apakah aktifitas dagang Muhammad
masih berjalan atau sudah selesai karena ada tanda-tanda tugas kenabian yang di
kemudian hari beliau emban. Namun, melihat karakter Muhammad yang berkarakter
pekerja keras dan ulet tidak mungkin jika sesudah menikah beliau hanya berdiam
diri dan hanya menikmati kekayaan istrinya.
Muhammad pasca menikah tetap melakukan aktifitas dagang seperti biasanya,
namun lebih bertindak sebagai manager sekaligus mitra usaha istrinya. Dengan
terus menerus mengelola perdagangan kemudian status Muhammad
naik menjadi business owner. Ketika beranjak usia 30 tahun beliau
menjadi investor dan mulai memiliki banyak waktu untuk memikirkan kondisi
masyarakat. Afzalurrahaman
menyebutkan perjalanan Muhammad pasca menikah yang tercatat dalam sejarah:
pertama, perjalanan dagang ke Yaman, kedua, ke Najd dan ketiga ke Najran.119 Diceritakan juga selain itu juga
Muhammad juga terlibat dalam urusan dagang yang besar selama musim haji,
festival dagang Ukaz dan Dzul Majaz. Sedangkan musim lain sibuk mengurus
perdagangan grosir-grosir di Makkah.
Harus diakui bahwa mencari bukti perjalanan Muhammad memang sangat
sulit ditemukan, bagai kita mendapat mukjizat jika kita bisa mencatat sejarah
Muhammad ribuan tahun silam. Namun kita sedikit menggambarkan berdasar beberapa
keterangan tentang karakter dan kepribadian beliau yang sudah ditulis oleh
beberapa sejarawan. (UBBADUL ADZKIYA’)