Biografi Al-Imam Al-Mawardi
Thursday, 2 October 2014
1.
Al-Imam Al-Mawardi
Nama
lengkap Al-Imam Al-Mawardi adalah Abu Hasan Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi. Ia
lahir di Basra 364 H/975 M, dan wafat di Bagdad 450 H/1058 M. Dia seorang
pemikir Islam yang terkenal, tokoh terkemuka mazhab Syafi‟i, dan pejabat tinggi
yang besar pengaruhnya dalam pemerintahan Abbasiyah. Al-Imam Al-Mawardi
merupakan salah satu tokoh pemikir Islam yang terkenal, Ia juga merupakan tokoh
terkemuka mazhab Syafi'i. ia menjadi hakim Agung (Qâdi al-Qudât) dalam
pemerintahan Abbasiyah disaat al-Qadir berkuasa. Sungguhpun demikian, ia
termasuk penulis produktif, cukup banyak bukunya dalam berbagai bidang ilmu,
mulai dari ilmu bahasa, sastra, tafsir sampai dengan ketatanegaraan.
Al-ImamAl-Mawardi mempunyai reputasi tinggi di kalangan orangorang lama dalam barisan juru ulas Al-Quran.
Ulasannya yang berjudul Nukat-wa‟luyun mendapat tempat tersendiri
diantara ulasan-ulasan klasik dari Al Qusyairi, Al-Razi, Al-Isfahani, dan
Al-Kirmani. Tuduhan bahwa ulasan-ulasannya yang tertentu mengandung kuman-kuman
pandangan Mu‟tazilah tidaklah wajar, dan orang-orang terkemuka seperti Ibn
Taimiyah telah memasukkan karya Al-Imam Al-Mawardi ke dalam buku-buku yang
bagus mengenai persoalannya. Ulasannya atas Al-Qur‟an popular sekali, dan buku
ini telah dipersingkat oleh seorang penulis. Seorang sarjana Muslim Spanyol
bernama Abul Hasan Ali telah datang jauh dari Saragosa di Spanyol, untuk
membaca buku tersebut dari pengarangnya sendiri.
Al-ImamAl-Mawardi juga menulis sebuah buku tentang perumpamaan dalam Al-Qur‟an, yang menurut
pendapat As-Suyuti merupakan
buku pertama dalam soal ini. Menekankan pentingnya buku ini, Al-Imam Al-Mawardi
menulis, “salah satu dari ilmu Qur‟an yang pokok adalah ilmu ibarat, atau
umpama. Orang telah mengabaikan hal ini, karena mereka membatasi perhatiannya
hanya kepada perumpamaan, dan hilang pandangannya kepada umpama-umpamanya yang
disebutkan dalam kiasan itu. Suatu perumpamaan tanpa suatu persamaan (misal),
ibarat kuda tanpa kekang, atau unta tanpa penuntun.”
2.
Guru-gurunya
Walaupun
Al-Imam Al-Mawardi lahir di Basra, tapi ia dibesarkan di Bagdad. Dari ulama-ulama terkemuka di
Baghad ia mempelajari dan mendalami ilmu-ilmu agama Islam. Diantara
guru-gurunya dalam bidang ilmu-ilmu
agama :
Bidang hadis
adalah:
- Hasan bin Ali bin Muhammad Al-Jabali (sahabat Abu Hanifah Al-Jumahi)
- Muhammad bin Adi bin Zuhar Al-Manqiri.
- Muhammad bin Al-Ma'alli Al-Azdi
- Ja'far bin Muhammad bin Al-fadhl Al-Baghdadi.
- Abu Al-Qasim Al-Qushairi.
Bidang fiqh
adalah:
- Abu Al-Qasim Ash-Shumairi diBasrah.
- Ali Abu Al-Asfarayni (Imam madzhab Syafi'i di Baghdad).
Gurunya
yang terakhir ini amat berpengaruh pada diri Al-Imam Al- Mawardi. Pada gurunya itulah ia
mendalami mazhab Syafi‟i dalam kuliah rutin yang diadakan disebuah masjid yang
terkenal dengan masjid Abdullah ibnu al-Mubarok, di Baghdad.
3.
Murid-muridnya
Diantaranya
adalah:
- Imam besar, Al-Hafidz Abu Bakar Ahmad bin Ali Al-Khatib Al- Baghdadi.
- Abu Al-Izzi Ahmad bin kadasy.
4.
Buku-Buku Peninggalannya
Diantara
buku-buku karangan Al-Imam Al-Imam Al-Mawardi adalah sebagai berikut:
Pertama;
Dalam fiqh,Yaitu:
- Al-Hawi Al-Kabir
- Al-Iqna'u
Dalam
ilmu fiqih, inilah Al-Imam Al-Mawardi, menunjukkan suatu pemikarannya yang merujuk pada Al-Imam
Al-Syafi‟i, atau condong pada pemikiran-pemikiran
ulama‟ Syafi‟iyah, seperti dalam kitabnya, Al-hawi Alkabir.
Buku
ini ditulis oleh Al-Imam Ali bin Muhammad bin Habib Al- Imam Al-Mawardi ( w 450 H) yang
merupakan syarah dari kitab Mukhtashar al-Muzani karya
Al-Imam Al-Muzani. Buku ini merupakan syarah Al-Mukhtashar yang sangat
panjang. Di
dalamnya dikemukakan pendapat-pendapat Al-Imam Al-Syafi‟i, juga pendapat ashshab
Imam Syafi‟i berikut dalil-dalilnya serta dibandingkan dengan madzhab fiqh
lainnya semisal dengan madzhab Malikiyyah, Hanabilah, Dhahiriyyah. Di akhir
pembahasan, semua persoalan “dimenangkan” oleh madzhab Syafi‟iyah.
Kedua;
Dalam fiqh politik, Yaitu:
- Al-Ahkamu As-Sulthaniyyah
- Siyasatu Al-Wizarati wa Siyasatu Al-Maliki
- Tashilu An-Nadzari wa Ta'jilu Adz-Dzafari fie Akhlaqi Al-Maliki wa Siyasatu Al-Maliki
- Siyasatu Al-Maliki
- Nashihatu Al-Muluk
Ketigal;
Dalam Tafsir, Yaitu:
- Tafsiru Al-Qur‟anul Karim
- An-Nukatu wa Al-Uyunu
- Al-Amtsalu wa Al-Hikamu
Kemudian
ada juga kitab dalam bidang sastra diantaranya, Adabu Ad- Dunya wa Ad-Dini, kemudian ada juga
dalam bidang aqidah yaitu kitab A‟lamu
An-Nubuwah.
5.
Pujian Para Ulama Terhadapnya
Sejarawan
Ibnu Al-Atsir berkata: “ Al-Imam Al-Mawardi adalah seorang Al-Imam.Abu Fadhl
ibnu Khairun Al-Hafidz berkata: Al-Imam Al- Mawardi adalah orang hebat. Ia
mendapatkan kedudukan tinggi dimata sulthan. Ia adalah salah seorang imam, dan
mempunyai karya tulis bermutu dalam berbagai disiplin Ilmu. Al-Khatib
Al-Baghdadi berkata: Al-Imam Al- Mawardi termasuk tokoh ahli fiqh madzhab
Al-Imam Al-Syafi‟i. Aku menulis darinya dan ia adalah orang yang berintegritas
tinggi.
Ada
diantara para Ulama diantaranya adalah Al-Imam Ad-Dzahabi yang menuduhnya sebagai Mu‟tazili,
tetapi oleh para ulama yang lain diantaranya Ibnu Al-Subki, dan Ibnu Hajr
menyangkal hal itu. Walaupun memang benar bahwa ada sebagian
pendapat-pendapatnya yang sejalan dengan pendapat sekte Mu‟tazilah, diantaranya
adalah pertama, pendapatnya berkaitan tentang kewajiban hukum dan pengamalannya
apakah hal tersebut berdasarkan syariat atau akal? Al-Imam Al-Mawardi berpendapat bahwa hal tersebut
berdasarkan akal. Kedua, pendapatnya tentang penafsiran satu ayat Al – A‟raaf,
ia berkata : “ Allah tidak menghendaki penyembahan berhala-berhala.
Menurut
beberapa muridnya, menjelang wafat Al-Imam Al-Mawardi pernah mengatakan:
“Buku-buku saya ada di si Fulan. Saya tidak akan mengeluarkannya, karena saya .khawatir saya tidak ikhlas . jika saya mati tolong pegang tangan saya. jika tangan saya bisa menggenggam, maka tulisan saya hanya sedikit yang dapat diterima, maka tolong ambil tulisan-tulisan saya lalu buang ke suangai Trigis. Akan tetapi jika tangan saya terbuka, maka itu berarti diterima Allah”.
Si
murid mengatakan:
“Kemudian saya laksanakan pesannya begitu beliau meninggal. Ternyata tangan beliau terbuka. Maka saya tahu karangankarangannya diterima di sisi Allah. Lalu saya publikasikan”.
Al-ImamAl-Mawardi meninggal pada akhir bulan Rabi‟al Awal tahun 450 H dan di makamkan di Bab al
Harb, Baghdad.