Adab Shalat Jum’at
Friday, 21 August 2015
Sudut Hukum | Adab Shalat Jum’at
Ketahuilah bahwa Jum'at merupakan hari raya bagi orang-orang yang
beriman. Ia merupakan hari mulia yang khusus diperuntukkan Allah bagi umat ini.
Di dalamnya ada saat-saat penting yang apabila seorang mukmin meminta
kebutuhannya kepada Allah SWT, pasti Allah akan mengabulkan. Oleh karena itu,
persiapkanlah dirimu untuk menghadapi hari raya tersebut semenjak hari Kamis
dengan cara membersihkan pakaian dan banyak bertasbih dan istigfar pada Kamis
petang (sore)-nya, karena keutamaan saat itu sama dengan keutamaan hari Jumat.
Berniatlah untuk berpuasa untuk hari Jumat. Tetapi harus dengan hari Kamis atau
hari Sabtu, tidak boleh dikerjakan pada hari Jumat saja.
Jika subuh telah tiba, mandilah dengan niat mandi Jumat karena
mandi pada hari Jumat hukumnya sunah muakkad. Kemudian berhiaslah dengan
memakai pakaian putih karena itulah pakaian yang paling dicintai Allah Swt,
lalu pakailah parfum yang paling wangi yang kamu miliki, dan bersihkan badanmu
dengan bercukur rambut, menggunting kuku, bersiwak, dan yang lainnya, kemudian
segeralah bergegas menuju mesjid dan berjalanlah dengan perlahan dan tenang.
Nabi Saw. bersabda, “Siapa yang pergi untuk salat Jumat di waktu yang pertama
seakan-akan ia telah berkurban unta, siapa yang pergi pada waktu kedua
seakan-akan ia berkurban sapi betina, siapa yang pergi di waktu ketiga,
seakan-akan ia berkurban kambing kibas, siapa yang pergi di waktu ke empat
seakan-akan ia berkurban ayam, siapa yang pergi di waktu kelima seakan-akan ia
berkurban telur. Jika imam sudah keluar atau naik mimbar, maka
lembaran-lembaran itu pun dilipat dan pena-pena diangkat, sementara para
malaikat berkumpul di mimbar untuk mendengarkan zikir/ peringatan.”
Disebutkan bahwa kedekatan manusia dalam pandangan Allah SWT,
bergantung pada cepatnya mereka menuju salat Jumat. Kemudian, apabila engkau
berada di mesjid, usahakan untuk berada di shaf yang pertama. Jika manusia
sudah banyak berkerumun, jangan melewati pundak mereka dan jangan pula lewat di
hadapan mereka yang sedang salat. Duduklah dekat tembok agar mereka tidak lewat
di depanmu. Sebelum itu lakukanlah salat tahiyyatul masjid. Lebih baik lagi,
kalau engkau salat sebanyak empat rakaat. Dalam setiap rakaat, setelah membaca
surat al-Fatihah, engkau membaca surat al-Ikhlas sebanyak lima puluh kali.
Disebutkan dalam satu riwayat bahwa siapa yang melakukan amalan tersebut, ia
tidak akan meninggal dunia sampai melihat tempat duduknya di surga atau hal itu
diperlihatkan padanya. Jangan sampai engkau meninggalkan salat tahiyyatul
masjid walaupun imam sedang berkhotbah. Disunahkan agar dalam empat rakaat itu
engkau membaca surat al-An'am, surat al-Kahfi, surat Thaha, dan surat Yasin.
Jika tidak mampu, engkau bisa membaca surat Yásin, surat ad-Dukhan' , surat Alif
Lam Mim, as-Sajadah, dan surat al-Mulk. Sebaiknya engkau membaca surat
tersebut pada malam Jumat karena di dalamnya banyak sekali keutamaan. Siapa
yang tak bisa, perbanyaklah membaca surat al-Ikhlas.
Perbanyaklah membaca salawat atas Rasulullah SAW. khususnya pada
hari tersebut. Manakala imam atau khatib sudah naik mimbar, berhentilah dari
salat dan berbicara. Sibukkan dirimu dengan menjawab panggilan azan serta
dengan mendengarkan khotbah dan ceramah. Sama sekali tak boleh berbicara ketika
khatib sedang berkhotbah. Dalam riwayat disebutkan, “Siapa yang berkata kepada
temannya, `Diamlah” saat imam berkhotbah maka ia telah berbuat sia-sia. Dan
siapa yang berbuat sia-sia, maka ia tak mendapat keutamaan Jumat.” itu karena
perintah diam itu sendiri berbentuk ucapan. Sebaiknya larangan diberikan dalam
bentuk isyarat, bukan dengan kata-kata.
Lalu ikutilah perbuatan imam seperti telah disebutkan sebelumnya.
Apabila telah selesai, sebelum berbicara bacalah surat al-Fatihah, surat
al-Ikhlas, surat al-Falaq dan surat an-Naas, masing-masing tujuh kali. Itu akan
melindungimu dari Jumat ke Jumat, juga akan menjagamu dari setan. Setelah itu,
bacalah:
“Allahumma yaa ghaniyy yaa hamiid yaa Mubdii yaa mu’iid yaa rahiimi yaa waduud aghninii bihalalika’an haramika bi fadhlika „an ma'shiyatika wabifadhlika ‘amman siwaak.”
“Ya Allah wahai Zat Yang Mahakaya, Maha Terpuji, Maha Memulai, Maha Mengembalikan, Maha Penyayang, dan Maha Pemberi. Berilah kecukupan padaku dengan yang halal bukan yang haram; dengan taat, bukan maksiat; dan dengan karunia-Mu, bukan selain-Mu.”
Setelah itu, lakukanlah salat dua rakaat atau enam rakaat yang
dilakukan dengan dua-dua. Semua itu terdapat dalam riwayat yang berasal dari
Rasulullah Saw. dalam kondisi yang berbeda-beda.
Kemudian menetaplah di mesjid sampai waktu maghrib atau asar.
Hendaknya engkau selalu memperhatikan waktu yang mulia. Sebab, waktu mulia
tersebut terdapat sepanjang hari itu, tapi tidak ditentukan secara pasti.
Mudah-mudahan engkau memperolehnya ketika sedang berada dalam kondisi yang
khusyuk dan tunduk kepada Allah SWT. Selama di mesjid, jangan engkau mendekati
majelis cerita dan kisah. Tapi, hendaknya engkau menghampiri majelis yang
berisi ilmu yang bermanfaat. Majelis itulah yang bisa membuatmu lebih takut
kepada Allah dan membuatmu kurang cinta pada dunia. Jika suatu ilmu tak mampu
mengajakmu untuk meninggalkan dunia menuju akhirat, maka lebih baik tak usah
mengetahui ilmu tersebut. Berlindunglah kepada Allah dari ilmu yang tak
bermanfaat.
Perbanyaklah berdoa ketika matahari terbit, tergelincir, dan
terbenam, ketika khatib naik mimbar, dan ketika orang-orang berdiri untuk menunaikan
salat, karena kemungkinan besar itulah waktu-waktu yang mulia.
Berusahalah untuk bersedekah semampumu pada hari tersebut walaupun
sedikit. Dengan demikian, engkau telah mengumpulkan antara salat, puasa,
sedekah, membaca Alquran, zikir, dan iktikaf. Jadikan hari tersebut sebagai
waktu yang khusus kau peruntukkan bagi akhiratmu ; barangkali is menjadi
penebus dosa bagi hari-hari lainnya dalam seminggu.