Penanggulangan Kejahatan
Friday, 2 October 2015
Sudut Hukum | Penanggulangan
Kejahatan
Kejahatan atau
tindak kriminal merupakan salah satu bentuk dari perilaku menyimpang yang
selalu ada dan melekat pada tiap bentuk masyarakat. Perilaku menyimpang itu
merupakan ancaman yang nyata atau ancaman norma-norma sosial yang mendasari
kehidupan atau keteraturan sosial. Dengan demikian kejahatan di samping
merupakan masalah kemanusiaan, juga merupakan masalah sosial.
Usaha
penanggulangan kejahatan dapat dilaksanakan dengan menggunakan teori kebijakan
pidana. Teori kebijakan pidana dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:
1. Kebijakan Penal
Penanggulangan
kejahatan dengan kebijakan penal lebih menitik beratkan pada sifat represif
(penindasan/ pemberantasan/ penumpasan) sesudah kejahatan terjadi. Kebijakan
penanggulangan kejahatan dengan menggunakan pidana atau penal merupakan cara
yang paling tua dengan sanksinya berupa pidana. Dilihat sebagai suatu masalah
kebijakan, maka terdapat permasalahan apakah perlu kejahatan itu ditanggulangi,
dicegah, atau dikendalikan, dengan menggunakan sanksi pidana. Ada pendapat
bahwa terhadap pelaku kejahatan pada umumnya tidak perlu dikenakan pidana.
Menurut pendapat ini pidana merupakan tindakan perlakuan atau pengenaan
penderitaan yang kejam. Muladi menyatakan bahwa hukum pidana dan pidana masih
tetap diperlukan sebagai sarana penanggulangan kejahatan, karena didalamnya
tidak saja terkandung aspek rehabilitasi dan koreksi, tetapi juga aspek
pengamanan masyarakat terhadap pelaku tindak pidana yang berat. Selanjutnya H
L. Packer memiliki pendapat mengenai kebijakan penanggulangan kejahatan dengan
sarana penal, antara lain:
- Sanksi pidana sangat diperlukan; kita tidak dapat hidup tanpa pidana.
- Sanksi pidana merupakan alat atau sarana terbaik yang dimiliki untuk menghadapi kejahatan-kejahatan atau bahaya besar dengan segera, serta untuk menghadapi ancaman-ancaman dari bahaya.
- Sanksi pidana suatu ketika merupakan penjamin yang utama atau terbaik dan suatu ketika merupakan pengancam yang utama dari kebebasan manusia.

Berdasarkan
pernyataan-pernyataan tersebut, maka penggunaan hukum pidana atau penal sebagai
sarana penanggulangan kejahatan tidak menjadi persoalan, hal ini terlihat dalam
praktek perundang-undangan selama ini, yang menunjukkan bahwa penggunaan hukum
pidana merupakan bagian dari kebijakan atau politik hukum yang dianut di
Indonesia.
2. Kebijakan Non Penal
Penanggulangan
kejahatan dengan kebijakan non penal lebih menitik beratkan pada sifat
preventif (pencegahan/ penangkalan/ pengendalian) sebelum kejahatan terjadi.
Usaha-usaha non penal ini berupa penyantunan dan pendidikan sosial dalam rangka
mengembangkan tanggung jawab sosial warga masyarakat, penggarapan jiwa
masyarakat melalui pendidikan moral, agama dan sebagainya, peningkatan
usaha-usaha kesejahteraan anak dan remaja. Usaha-usaha non-penal ini dapat
meliputi bidang yang sangat luas di seluruh sektor kebijakan sosial. Di dalam
upaya nonpenal tercakup pula secara makro kebijakan sosial yang terarah pada
usaha-usaha peningkatan kesejahteraan dan perlindungan pada satu pihak. Di
samping itu, perlu pula ditingkatkan peran serta masyarakat lewat
kelembagaannya baik bersifat formal maupun informal dalam pencegahan terjadinya
kejahatan. Tujuan utama dari usaha-usaha non penal adalah memperbaiki
kondisi-kondisi sosial tertentu , namun secara tidak langsung mempunyai
pengaruh preventif terhadap kejahatan. Keseluruhan kegiatan preventif yang non
penal itu mempunyai kedudukan yang sangat strategis, memegang posisi kunci yang
harus diintensifkan dan diefektifkan. Oleh karena itu seluruh kegiatan
preventif yang non penal harus dapat diintegrasikan dan diharmonisasikan ke
dalam suatu sistem kegiatan negara yang teratur dan terpadu.
Upaya
penanggulangan kejahatan yang sebaik-baiknya harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:[1]
- Sistem dan operasi Kepolisian yang baik.
- Peradilan yang efektif.
- Hukum dan perundang-undangan yang berwibawa.
- Koodinasi antar penegak hukum dan aparatur pemerintah yang serasi.
- Partisipasi masyarakat dalam penangulangan kejahatan.
- Pengawasan dan kesiagaan terhadpa kemungkinan timbulnya kejahatan.
- Pembinaan organisasi kemasyarakatan.
[1] Soedjono
Dirjosisworo, Penanggulangan Kejahatan (Crime Prevention), Bandung:
Alumni, 1976, Hlm. 32