-->

Biografi Imam Ath-thabari

Sudut Hukum | Ath-thabari yang nama lengkapnya adalah Abu Ja'far Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Khalid ath-thabari, ada pula yang mengatakan Abu Ja'far Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Ghalib ath-thabari.[1] Beliau dilahirkan di Amil Ibu kota Tabaristan pada tahun 224 hijriah.[2]

Biografi Imam Ath-thabari
Beliau merupakan salah seorang ilmuwan yang sangat mengagumkan dalam kemampuannya mencapai tingkat tertinggi dalam berbagai disiplin ilmu, antara lain fiqih (hukum Islam ) sehingga pendapat-pendapatnya yang terhimpun dinamai mazhab al-Jaririyah[3] dan beliaupun telah hapal al-Qur’an ketika usianya masih sangat muda yaitu dalam usia tujuh tahun. Hal ini sebagaimana yang telah dikatakannya : “Aku telah menghapal al-Qur’an ketika berusia tujuh tahun dan menjadi imam shalat ketika aku berusia delapan tahun serta mulai menulis hadits–hadits Nabi pada usia sembilan tahun”.[4]

Beliau dibesarkan pada salah satu periode keemasan ilmu-ilmu Agama Islam dan masa di mana penguasa mendorong dan menghargai ilmu pengetahuan dan para ilmuwan. Kurun masa hidup ath-thabari adalah masa-masa di mana peradaban Islam setelah melalui tahap pembentukannya, tengah bersiap menunjukkan kekuatan dan semangatnya di panggung sejarah dunia. Pada waktu itu banyak pemikir dan sarjana Islam yang melibatkan diri dalam studi dan penelitiaan berbagai disiplin ilmiah.

Ath-Thabari mulai menuntut ilmu ketika ia berumur 12 tahun, yaitu pada tahun 236 hijriah di tempat kelahirannya.[5] Setelah ia menuntut ilmu pengetahuan dari para ulama-ulama terkemuka di tempat kelahirannya, Amil, seperti kebiasaan ulama-ulama lain pada waktu itu Ibn Jarir dalam menuntut ilmu pengetahuan mengadakan perjalanan ke beberapa daerah Islam.

Dalam bidang sejarah dan Fiqih, ia berangkat menuju Baghdad untuk menemui Imam Ahmad bin Hambal, tetapi diketahui ia telah wafat sebelum Ibn Jarir sampai di negeri tersebut, untuk itu perjalanan dialihkan menuju ke Kufah dan di negeri ini ia mendalami Hadits dan ilmu-ilmu yang berkenaan dengannya. Kecerdasan dan kekuatan hafalannya telah membuat kagum ulama-ulama di negeri itu. Kemudian ia berangkat ke Baghdad di sana ia mendalami ilmu-ilmu al-Qur'an dan fiqih Imam Syafi'i pada ulama-ulama terkemuka di negeri tersebut, selanjutnya ia berangkat ke Syam untuk mengetahui aliran-aliran fiqih dan pemikiran-pemikiran yang ada di sana.

Kemudian ia berangkat ke Mesir dan di sana ia bertemu dengan ulama-ulama terkemuka bermazhab Syafi'i seperti al-Rabi bin Sulaiman dan al-Muzzani, dari kedua ulama tersebut Ibn Jarir banyak mengadakan diskusi-diskusi ilmiah dan di Negeri ini juga ia bertemu dengan Muhammad Ibnu Ishaq Ibnu Khuzaimah seorang pengarang kitab al-Sirah, diriwayatkan bahwa Ibn Jarir ath-thabari dalam menulis kitab "Tarikh al-Umam Wa al-Mulk" yang sangat terkenal banyak berdasarkan kitab al-Sirah ini, dari mesir ia kembali ke tempat kelahirannya, kemudian ia pergi ke Bagdad dan di negeri tersebut ia menghabiskan sisa umurnya dalam mengajar dan mengarang.[6] Beliau wafat pada usia 86 tahun, yaitu pada tahun 310 Hijriah.[7]

Imam Ath-thabari juga sangat terkenal di Barat, biografinya pertama kali diterbitkan di Laiden pada tahun 1879-1910. Julius Welhousen menempatkan itu ketika ia membicarakan zaman ( 660-750 ) dalam buku The Arab Kingdom and its Fall.[8]




[1] Abu Ja'far Muhammad bin Jarir ath-thabari, Jami al-Bayan An Ta'wil ai al-Qur'an, Dar
al-Fikr, Bairut, Libanon, hlm. 3
[2] M. Husain az-Dhahabi, al-Tafsir Wa al-Mufassirun, Dar al-Fikr, Beirut, t. th., hlm. 205
[3] M. Hasbi ash-Shiddiqy, Ilmu-Ilmu al-Qur’an, Bulan Bintang, Jakarta, 1972, hlm. 41
[4] Ya’qub al-Hamawy, Mu’jam al-Udaba, al-Halaby, Cairo, 1936, Jilid 1, hlm. 598
[5] Abu Ja’far Muhammad bin Jarir ath-thabari, op. cit., hlm.3
[6] Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, Djambatan, Jakarta, 1992, hlm. 362
[7] M. Hasbi ash-Shiddieqy, Ilmu-ilmu Al-Qur'an, Bulan Bintang, Jakarta, 1972, hlm. 222
[8] J. J.G. Jansen, Diskursus Tafsir al-Qur'an Modern, Terjemahan Hairussalim, Tiara Wacana, Jakarta, 1997, hlm. 91

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel