Nalar Pengetahuan
Saturday, 16 April 2016
SUDUT HUKUM | Dunia filsafat
berbicara tentang pengetahuan manusia, maka istilah "pengetahuan" itu
cukup luas artinya. Istilah itu menunjukan bahwa manusia sadar akan
barang-barang di sekitarnya; adanya manusia di dunia ini lain dari pada adanya
sebuah barang mati. Dan kata“pengetahuan" tidak hanya meliputi pengetahuan
ilmiah, melainkan pula pengalaman pribadi, melihat dan mendengar, perasaan dan
intuisi, dugaan dan suasana jiwa.[1]
Perkembangan
pengetahuan dalam sejarah filsafat sangat cepat menjadi pusat perhatian, yaitu
dua macam pengetahuan, pengetahuan melalui pancaindra dan pengetahuan melalui
akal budi. Sering kedua macam pengetahuan itu saling dipertentangkan: Oleh
ahli-ahli pikir Yunani pengalaman yang berdasarkan pancaindra digambarkan
sebagai pengetahuan yang tidak menentu, bahkan yang menyesatkan. Sedangkan
pengetahuan berdasarkan akal budi dihormati sebagai pengetahuan yang sejati.[2]
Pada taraf
permulaan tampak juga adanya kontak yang lebih erat dengan pengalaman
sehari-hari. Ini menjadi jelas biladi perhatikan kata-kata Yunani yang
menunjukkan pengetahuan lewat akal budi. Semua istilah tadi pernah berkembang
dari kata-kata yang sebetulnya ada hubungan dengan pengetahuan lewat pancaindra
(eidenai = mengetahui, sebetulnya: pernah melihat; suniekai = mengerti,
sebetulnya: mengerti bunyi-bunyian yang terartikulasi; gignooskein =
memaklumi, sebetulnya: melihat, mencatat) Bahasa Indonesia:
periksa, atau dalam bahasa Jawa weruh dan pirsa; kata weruh itu
masih langsung berhubungan dengan widya (bahasa Jawa kuno), weten (bahasa
Belanda) ,wissen (bahasa Jarman).
Epistemologi
selalu menjadi bahan yang menarik untuk dikaji.Karena disinilah dasar-dasar
pengetahuan maupun teori pengetahuan yang diperoleh manusia menjadi bahan
pijakan 5
.
Konsep-konsep ilmu pengetahuan yang berkembang pesat dewasa ini beserta
aspek-aspek praktis yang ditimbulkannya dapat dilacak akarnya pada struktur
pengetahuan yang membentuknya, dari epistemologi, juga filsafat –dalam hal ini
filsafat modern – terpecah berbagai aliran yang cukup banyak, seperti
rasionalisme, pragmatisme, positivisme, maupun eksistensialisme dan lain-lain.
[1] C. A Van
Peurson., Orientasi di Alam Filsafat (Jakarta., PT Gramedia., 1980).,
hlm 19
[2] Ibid.