Asbab Al-Nuzul Surat Al-Ikhlas
Friday, 12 August 2016
SUDUT HUKUM | Di antara syarat
wajib yang harus dimiliki oleh seorang mufassir untuk memahami dan menafsirkan
al-Qur’an adalah mengetahui asbab alnuzulnya. Al-Qur’an diturunkan pada
dua bagian, pertama: bagian yang diturunkan secara spontan (tanpa sebab turun),
dan kedua: bagian yang diturunkan setelah adanya kejadian tertentu atau adanya
pertanyaan. Bagian terakhir inilah yang dicari sebab turunnya.
Menurut Ibnu Taimiyyah
bahwasannya mengetahui asbab al-nuzul akan membantu untuk memahami ayat
al-Qur’an, karena ilmu tentang asbab al-nuzul akan mewariskan ilmu tentang
musabab (ayat al-Qur’an yang diturunkan berkaitan dengan sebab itu). Ibnu Daqiqil’id
(w. 702H) menegaskan bahwa mengetahui sebab turunnya ayat adalah jalan yang
kuat dalam memahami maksud-maksud al-Qur’an.
Demikianlah
pentingnya ilmu asbab al-nuzul menurut para ulama. Karena itu, tidak
mengherankan kalau kalangan ulama al-muhaqqiqun sampai mengharamkan
seseorang yang berani menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an tanpa mengetahui asbab
al-nuzulnya.
Maka untuk dapat
pemahaman yang benar mengenai surat al-ikhlas ini perlu diketengahkan asbab
al-nuzulnya. Adapun asbab al-nuzul surat ini sebagai berikut:
Mengabarkan kepada kami Ahmad bin Mani', mengabarkan kepada kami Abu Sa'din yaitu al-Shan'ani dari Abi Ja'far al-Razi dari al-Rabi' bin Anas dari Abi al-'Aliyyah dari Ubay bin Ka'ab Sesungguhnya kaum musyrikin berkata kepada rosulullah : "Gambarkan kepada kami Tuhanmu!" maka Allah menurunkan (Qul Huwa Allah Ahad Allah al-Shamad) maka tempat yang dituju tidak beranak dan tidak diperanakkan , karena sesungguhnya tidak ada sesuatu yang dilahirkan kecuali akan mati, dan tidak ada sesuatu yang mati kecuali akan diwarisi. Dan sesungguhnya Allah azza wa jalla tidak akan mati dan tidak diwarisi. (Wa lam yakun lahu kufuwan ahad) Nabi bersabda : tidak ada yang serupa dengan-Nya. (HR. al-Turmudzi).
Riwayat di atas
mengetengahkan bahwa kaum musyrikin meminta penjelasan tentang sifat-sifat
Allah kepada Rasulullah saw., dengan berkata: ”Jelaskanlah kepada kami
sifat-sifat Rabbmu”. Ayat ini (Q.S.112: 1-4) turun berkenaan dengan
peristiwa tersebut, sebagai tuntunan menjawab pertanyaan kaum musyrikin.
Riwayat ini dijadikan dalil bahwa surat ini Makkiyyah.
Dari Ibnu Abbas sesungguhnya orang Yahudi dating kepada Nabi saw. Diantaranya Ka'ab bin Al-Asyraf dan Hayy bin Akhthab Mereka berkata : "Ya Muhammad gambarkan kapada kami Tuhanmu yang mengutusmu!" maka Allah menurunkan (Q.S.112: 1-4). Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abbas.5Hadits ini dijadikan dasar bahwa surat ini Madaniyyah.
Menurut Al-Syuyuti
sebagaimana dikutip oleh K.H. Qomaruddin Shaleh, bahwa kata al-musyrikin (kaum
musyrikin) dalam hadits yang bersumber dari Ubai bin Ka’ab ialah kaum musyrikin
dari kaum Ahzab.
Jadi
surat ini madaniyyah, namun tidak ada pertentangan antara dua hadits di atas.
Hal ini menurut
al-Syuyuti ada beberapa ayat al-Qur’an yang turun berulangulang. Maksudnya
sebagai peringatan dan pengajaran karena perintah yang dikandung ayat tersebut
sangat penting. Sedangkan menurut al-Zarkasyi, hal demikian di samping menggambarkan
pentingnya arti ayat itu bagi manusia, juga dikuatirkan kalau turun satu kali
kemungkinan Rasulullah lupa mengingatnya.
Demikian penting
essensi dari surat ini sehingga turun berulangulang. Hal ini dimaksudkan supaya
Nabi Muhammad saw. tidak lupa tugasnya untuk mentauhidkan Allah dan
mengajarkan ketauhidan yang murni kepada umat manusia.
Rujukan:
- Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur’an, Gema Insani Press, Jakarta, 1999.
- Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulum al-Qur’an,, Karya Abditama, Surabaya, 1997,
- Abi ‘Isa Muhammad bin ‘Isa Surah al-Tirmidzi, Al-Jami’ al- Shohih, Juz 5, Dar al- Kitab al-Islamiyyah, Beirut, Libanon, tt.
- Allamah M.H. Thabathaba’i, Mengungkap Rahasia al-Qur’an, Terj. A. Malik Madani dan Hamim Ilyas, Mizan, Bandung, 1997,
- Qamaruddin Shaleh, Asbab al-Nuzul, CV. Penerbit Diponegoro, Bandung, 2000.