Kekuatan Berlakunya Undang-Undang
Monday, 29 August 2016
SUDUT HUKUM | Kekuatan berlakunya undang-undang
ini tidak sama dengan kekuatan mengikatnya undang-undang.
Undang-undang mempunyai kekuatan mengikat sejak diundangkannya di dalam
lembaran negara. Ini berarti sejak dimuatnya dalam lembaran negara setiap
orang terikat untuk mengakui eksistensinya. Kekuatan berlakunya undang-undang
menyangkut berlakunya undang-undang secara operasional. Undang-undang
mempunyai persyaratan untuk dapat berlaku atau mempunyai kekuatan berlaku.
Ada tiga macam kekuatan berlaku, yaitu kekuatan berlaku yuridis,
sosiologis dan filosofis.
- Kekuatan Berlaku Yuridis (Juristische Geltung)
Undang-undang mempunyai kekuatan
berlaku yuridis jika persyaratan formal terbentuknya undang-undang
terpenuhi. Kaidah hukum mempunyai kekuatan berlaku apabila
penetapannya didasarkan kaidah yang lebih tinggi tingkatannya. Suatu kaedah hukum
merupakan sistem kaedah secara hierarchies. Di dalam Grundnorm (norma
dasar) terdapat dasar berlakunya semua kaedah yang berasal dari satu tata
hukum. Dari Grundnorm ini hanya dapat dijabarkan berlakunya kaedah hukum dan bukan
isinya. Pertanyaan mengenai berlakuanya itu berhubungan dengan das
Sollen, sedangkan das Sein itu berhubungan dengan pengertian hukum. Bandingkan
dengan pendapat Hans Kelsen.
- Kekuatan Berlakunya Sosiologis (Soziologische Geltung)
Berlaku atau diterimanya hukum di
dalam masyarakat didasarkan pada kenyataan dalam masyarakat.
Kekuatan berlakunya hukum di dalam masyarakat ini ada dua macam, yaitu:
Baca Juga
- menurut teori kekuatan (Machtstheorie) hukum mempunyai kekuatan berlaku sosiologis apabila keberlakuannya dipaksa oleh penguasa, terlepas dari diterima ataupun tidak oleh warga masyarakat,
- menurut teori pengakuan (Anerkennungstheorie) hukum mempunyai kekuatan berlaku sosiologis apabila diterima dan diakui oleh warga masyarakat.
- Kekuatan Berlaku Filosofis (Filosofische Geltung)
Hukum mempunyai kekuatan berlaku
filosofis jika kaedah hukum tersebut sesuai dengan cita-cita hukum (Rechtsidee)
sebagai nilai positif yang tertinggi (dalam hal ini harus sesuai
dengan tujuan dari Pancasila yaitu untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur).
Agar berfungsi, maka kaedah hukum
harus memenuhi ketiga unsur tersebut: harus mempunyai
kekuatan berlaku yuridis, sosiologis dan filosofis sekaligus.