Biografi Karl Marx
Thursday, 16 February 2017
SUDUT HUKUM | Kota Trier atau biasa disebut dengan Traves, sebuah daerah yang termasuk kawasan Rheiland Jerman
(Prusia), tercatat sebagai kota yang bersejarah di dalam
literatur filsafat. Karena di daerah inilah pada 5 mei 1818 Karl
Heinrich Marx di dilahirkan. Kedua orangtuanya adalah keturunan pendeta-pendeta Yahudi. Ayahnya, seorang pengacara
ternama di Trevas. Sedang ibunya adalah puteri seorang
pendeta Belanda.
Pada tahun 1824, yakni ketika Marx berusia 6 tahun, seluruh keluarganya mengalami converse (perpindahan)
agama dari Yahudi ke agama Kristen Protestan. Peristiwa
ini membekas dalam perjalanan hidup Karl Marx
selanjutnya. Bagaimanapun perpindahan agama ini turut merubah
pula keyakinan keluarga Karl Marx dari bertuhan Yahova
yang Esa kepada kayakinan Trinitas.
![]() |
Gambar: Wikipedia |
Pada usia 17 tahun, Karl Marx menamatkan sekolah menengah (Gymnasium) di Trevas, tepatnya
tahun 1835. Kemudian ia melanjutkan pendidikannya di perguruan
tinggi, bukan tanpa penolakan, namun akhirnya ia menuruti
kemauan bapaknya untuk memasuki fakultas Hukum Universitas
Bonn selama satu tahun. Karena Karl Marx tidak kerasan,
kemudian ia pindah ke Universitas Berlin dengan mengkhususkan
diri mempelajari filsafat dan sejarah seperti yang
dicita-citakannya semula. Di Universitas Berlin inilah baru kelihatan
bakatnya yang luar biasa dalam filsafat.
Akhirnya pada usia 23 tahun, Karl Marx memperoleh gelar doktor dengan judul disertasi “The
Difference Between the Natural
Philosophy of Democritus and Epicurus” (Perbedaan antara Filsafat Alam Demokritos dan Filsafat Alam
Epicurus), disertasinya ini diajukan di Universitas Jena 15
April 1841. Kemudian ia menjadi pimpinan redaksi sebuah harian radikal 1843 selama hampir setahun, sesudah harian
itu dilarang oleh pemerintah Prussia, ia menikah dengan Jenny Von Westphalen, putri seorang bangsawan, dan pindah ke
Paris. Di sana (Paris), ia juga bekerja sebagai editor sebuah
surat kabar. Sewaktu di Paris ini, ia bertemu dengan Friedrich
Engels, anak seorang pemilik pabrik tekstil yang kemudian menjadi
sahabat setianya. Bersama Engels, ia menerbitkan buku yang
sangat terkenal, Manifest der Kommunistisechen Partei.
Dalam tahun-tahun ini ia mengembangkan teorinya yang definitif. Ia dan Engels terlibat dalam macam-macam
kegiatan kelompok-kelompok sosialis. Bersama dengan Engels ia menulis Manifesto Komunis yang terbit bulan Januari
1848. Sebelum kemudian pecahlah apa yang disebut revolusi
1884, semula di Perancis, kemudian juga di Prussia dan
Austria. Karl Marx kembali ke Jerman secara ilegal. Tetapi
revolusi itu akhirnya gagal. Karena diusir dari Belgia, Marx
akhirnya pindah ke London dimana ia akan menetap untuk sisa hidupnya.
Di London ia memulai tahap baru dalam hidup Karl
Marx. Aksi-aksi praktis dan revolusioner ditinggalkan dan
perhatian dipusatkannya pada pekerjaan teroritis, terutama
pada studi ilmu ekonomi. Tahun-tahun itu merupakan tahun-tahun
paling gelap dalam kehidupannya. Ia tidak mempunyai sumber pendapatan yang tetap dan hidup dari kiriman uang sewaktu-waktu dari Engels. Keluarganya miskin dan
sering kelaparan. Karena sikapnya yang sombong dan
otoriter, hampir semua bekas kawan terasing daripadanya. Akhirnya,
baru 1867, terbit jilid pertama Das Kapital, karya utama Marx
yang memuat kritiknya terhadap kapitalisme.
Pada tahun 1864, Karl Marx bergabung dalam aktivitas politik gerakan pekerja Internasional. Tetapi,
disintegrasi di tubuh gerakan tersebut dan penyakit yang ia derita
menandai akhir dari kariernya. Karl Marx memiliki tujuh anak.
Empat di antaranya meninggal karena kecelakaan, dan sisanya merupakan tiga orang putri. Dan pada tahun 1881,
istrinya meninggal dunia, lalu pada 14 Maret 1883 ia menyusul
istrinya kembali ke pangkuan Tuhan di usia 64 tahun.
Rujukan:
- Listiono Santoso dkk, Sari Pemikiran Epistemologi Kiri (Yogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007),
- Michael H. Hart, Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah,(Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1978).
- Andi Muawiyah Ramly, Peta Pemikiran Karl Marx (Materialisme Dialektis dan Materialisme Historis), (Yogyakarta: LKiS, 2000).