Cabang-cabang Filsafat
Tuesday, 17 July 2018
Para filosof Barat telah membahas pertanyaan-pertanyaan seperti ini sepanjang sejarah, sehingga penjelajahan filsafat telah mendapatkan suatu struktur yang cukup tertata. Hasilnya, sekarang akan dibicarakan berbagai ‘jurusan’ penyidikan filsafat atau berbagai tipe pertanyaan filsafat. Tentu saja tidak ada kata final mengenai tipologi ini, tetapi ia mempunyai nilai sebagai suatu kerangka rujukan bagi seseorang yang sedang berusaha menjelajahi lapangan filsafat.
Banyak pertanyaan filsafat merupakan pertanyaan tentang logika (logical questions). Tidak mudah mendefenisikan ‘logika’ yang bisa mencakup seluruh hal yang dibahas oleh para pakar logika. Meskipun demikian, definisi logika sebagai suatu pencarian mengenai prinsip-prinsip, sehingga dengan mempelajari logika, seseorang dapat membedakan antara penalaran yang benar dan tidak benar. Salah satu contoh untuk mewakili pertanyaan filosofis dari jenis ini adalah: Apakah artinya mengatakan bahwa “suatu argumen itu ‘valid’ (sah)?” “Bagaimanakah kita dapat melakukan test keabsahan suatu argumen?.”
Sebagian pertanyaan filsafat memiliki kaitan dengan permasalahan metafisika. Terkadang, permasalahan ini disebut juga sebagai ontologi. Biasanya, ontologi didefinisikan sebagai suatu penyelidikan tentang karakter segala sesuatu yang ada sebagaimana adanya (an investigation concerning the character of everything that is insofar as it is). Diasumsikan bahwa semata-mata ‘adanya’ (to be) sesuatu-bukan adanya manusia, rumah atau pohon-mesti memiliki suatu ‘struktur’ tertentu. Ontologi adalah upaya untuk memastikan apa ‘struktur’ tertentu. Pertanyaan: ‘apakah sesuatu itu ada, meskipun tidak tertangkap persepsi manusia? adalah pertanyaan ontologis.’ Kalimat “setiap benda adalah suatu substansi yang memiliki setidaknya satu sifat adalah pertanyaan ontologis.” Beberapa filosof, meskipun mereka menerima pemikiran metafisika masa lalu sebagai subjek kajian sejarah, berpendapat bahwa tidaklah mungkin mengangkat pertanyaan sejenis ini, dan lebih tidak mungkin menawarkan jawaban yang bisa dipertahankan.
Jenis umum ketiga dari pertanyaan filsafat biasanya dijuluki epistemologi. Epistemologi adalah bidang filsafat yang berupaya memastikan hakikat dan batasan pengetahuan manusia. Dalam kondisi bagaimanakah kita dapat dengan tepat dikatakan mengetahui ini dan itu? Apakah seluruh pengetahuan tentang dunia nyata timbul dari pengalaman atau apakah kita memiliki pengetahuan yang pada tingkat tertentu bebas dari pengalaman? Jika seluruh pengetahuan memang benar timbul dari pengalaman, dan jika pengalaman hanya dapat menghasilkan tingkat probabilitas (kemungkinan besar) yang beraneka, bagaimana mungkin mencapai kepastian absolut dari apa yang kelihatannya telah dicapai dalam logika dan matematika? Ini adalah beberapa contoh mewakili pertanyaan epistemologi yang diminati banyak filosof.
Jenis keempat dari pertanyaan filsafat secara tehnis disebut aksilogi, meskipun istilah axiologi tidak begitu umum dipakai di kalangan filosof pada periode belakangan. Sebagai gantinya, para ahli berbicara tentang teori nilai dan tentang pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam konteks ini terkait dengan hakikat nilai. Contoh khas jenis ini seperti: Apakah keindahan dan kebaikan itu kualitas yang secara obyektif hadir atau absen dalam benda? Jika demikian, bagaimana kehadiran atau keabsenan mereka dipastikan? Jika tidak, apakah itu semua hanya sekedar sentimen dalam pikiran manusia yang menilai bahwa sesuatu itu baik atau buruk, indah atau jelek? Dan jika bukan begitu, apakah status keindahan dan kebaikan? Cabang aksilogi yang membahas nilai-nilai yang terkait khusus dengan seni disebut estetika. Cabang aksilogi yang berkenaan dengan hakikat baik dan buruk, benar dan salah, disebut etika atau filsafat moral.
Sebegitu jauh kita sudah membahas berbagai tipe pertanyaan filosofis, yang akhirnya membentuk bidang-bidang penyiasatan filsafat. Mari sekarang kita lihat bagaimana para ahli membagi pembidangan filsafat ini. Kita ambil saja dua saja diantara berbagai pembagian yang banyak itu.
Harry Hamersma membagi cabang-cabang filsafat menjadi empat, yakni:
- Filsafat tentang pengetahuan:
- Epistemologi
- Logika
- Kritik Ilmu
- Filsafat tentang kenyataan menyeluruh:
- Metafisika umum (ontologi)
- Metafisika khusus: teologi metafisika, anthropologi, kosmologi
- Filsafat tentang tindakan:
- Etika
- Estetika
- Sejarah filsafat.
Di samping itu, masih menurut Hamersma, ada cabang-cabang filsafat khusus, antara lain: filsafat seni, filsafat kebudayaan, filsafat pendidikan, filsafat sejarah, filsafat bahasa, filsafat hukum, filsafat agama, filsafat sosial, dan filsafat politik.
Menurut The Liang Gie, filsafat dibagi menjadi:
- Metafisika (filsafat tentang hal ada)
- Epistemologi (teori pengetahuan)
- Metodologi (teori tentang metode)
- Logika (teori tentang penyimpulan)
- Etika (filsafat tentang pertimbangan moral)
- Estetika (filsafat tentang keindahan)
- Sejarah filsafat
Berdasarkan pembagian cabang filsafat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tampak demikian luas bidang penelaahan filsafat itu. Padahal, cabang-cabang tersebut masih dapat diperinci lagi menjadi ranting-ranting, dan sebagiannya bahkan berkembang menjadi bidang filsafat yang berpengaruh. Hal ini kembali kepada ciri filsafat bahwa ia bersifat umum, universal dan ultimate (tertinggi). Jadi, ilmu apa pun difinalkan dengan pembahasan fundamen filosofis dari ilmu dan disiplin itu. Setelah Anda mengenal dan menguasai ilmu hukum, contohnya, akhirnya Anda diperkenalkan dengan filsafat hukum.
Meskipun demikian, tidak berarti bahwa filsafat harus diajarkan paling akhir, karena mengenal dan menyadari permasalahan fisolofis dari ilmu yang sedang Anda pelajari, membuat Anda lebih siap, lebih ingin tahu dan lebih terarah membahasa materi yang Anda terima. Manfaat lain adalah filsafat membimbing Anda menjadi pengkaji dan ilmuwan yang kritis dan inovatif, bukan saja dalam mengkaji ilmu yang sedang Anda tekuni, tetapi juga dalam mengharungi kehidupan dan menghadapi permasalahan.