Dr. Maurice Bucaille Masuk Islam Setelah Meneliti
Tuesday, 16 September 2014
SUDUT HUKUM | Di abad modern ini, pembuktian
kebenaran Alquran sudah banyak dilakukan oleh ilmuwan non-muslim. Bahkan tidak
sedikit dari mereka yang akhirnya dengan ikhlas mengucap dua kalimat syahadat.
Para ilmuwan yang jadi mualaf ini datang dari berbagai disiplin ilmu, seperti:
astronomi, biologi, fisika, kedokteran, dll. Berikut adalah beberapa tokoh
ilmuwan dunia yang masuk Islam setelah takjub melihat kebenaran Al Qur’an dan
Hadist, setelah melakukan serangkaian penelitian:
Dr. Maurice Bucaille
Prof Dr Maurice Bucaille adalah seorang ahli bedah kenamaan
Prancis dan pernah memimpin klinik bedah di Universitas Paris. Ia dilahirkan di
Pont-L’Eveque, Prancis, pada 19 Juli 1920. Bucaille memulai kariernya di bidang
kedokteran pada 1945 sebagai ahli gastroenterology. Pada 1973, ia ditunjuk
menjadi dokter keluarga oleh Raja Faisal dari Arab Saudi. Pada suatu hari,
pemerintah Prancis menawari bantuan kepada pemerintah Mesir untuk meneliti,
mempelajari, dan menganalisis mumi Firaun. Bucaille-lah yang jadi pemimpin ahli
bedah sekaligus penanggung jawab utama untuk penelitian tersebut.
Ternyata, hasil akhir yang Bucaille peroleh sangat
mengejutkan; sisa-sisa garam yang melekat pada tubuh sang mumi adalah bukti
terbesar bahwa dia telah mati karena tenggelam. Jasadnya segera dikeluarkan
dari laut dan kemudian dibalsem untuk segera dijadikan mumi agar awet. Namun
penemuan yang dilakukan Bucaille menyisakan pertanyaan: Bagaimana jasad
tersebut bisa terjaga dan lebih baik dari jasad-jasad yang lain (tengkorak bala
tentara Firaun), padahal telah dikeluarkan dari laut? Bucaille lantas
menyiapkan laporan akhir tentang sesuatu yang diyakininya sebagai penemuan
baru, yakni tentang penyelamatan mayat Firaun dari laut dan pengawetannya.
Laporan akhirnya ini dia terbitkan dengan judul ‘Mumi Firaun;
Sebuah Penelitian Medis Modern’, dengan judul aslinya, ‘Les Momies des Pharaons
et la Midecine’. Saat menyiapkan laporan akhir, salah seorang rekannya
membisikkan sesuatu di telinga Bucaille seraya berkata: “Jangan tergesa-gesa
karena sesungguhnya kaum Muslimin telah berbicara tentang tenggelamnya mumi
ini”. Dia mulai berpikir dan bertanya-tanya. Bagaimana mungkin hal itu bisa
terjadi? Bahkan, mumi tersebut baru ditemukan sekitar tahun 1898 M, sementara
Alquran telah ada ribuan tahun sebelumnya. Setelah perbaikan terhadap mayat
Firaun dan pemumiannya, Prancis mengembalikan mumi tersebut ke Mesir.
Namun, ia masih bertanya-tanya tentang kabar bahwa kaum
Muslimin telah saling menceritakan tentang penyelamatan mayat tersebut. Dari
sini kemudian terjadilah perbincangan untuk pertama kalinya dengan peneliti dan
ilmuwan Muslim. Ia bertanya tentang kehidupan Musa as, perbuatan yang dilakukan
Firaun, dan pengejarannya terhadap Musa hingga dia tenggelam dan bagaimana
jasad Firaun diselamatkan dari laut. Maka, berdirilah salah satu di antara
ilmuwan Muslim tersebut seraya membuka Alquran dan membacakan untuk Bucaille
firman Allah SWT yang artinya: “Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu
supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan
sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.”
(QS Yunus: 92).
Ayat ini sangat
menyentuh hati Bucaille. Ia mengatakan bahwa ayat Alquran tersebut masuk akal
dan mendorong sains untuk maju. Hatinya bergetar, dan getaran itu membuatnya
berdiri di hadapan orang-orang yang hadir seraya menyeru dengan lantang:
“Sungguh aku masuk Islam dan aku beriman dengan Alquran ini”.