Sikap Umat Islam Terhadap Ajakan Orang Kafir
Saturday, 9 May 2015
SUDUT HUKUM | Sikap Umat Islam Terhadap Ajakan Orang
Kafir
Artinya: “Katakanlah: “Wahai orang-orang kafir, Aku tidak akan meyembah apa yang sedang kalian sembah”.
Seorang yang disebut kafir adalah seorang pengingkar dan penyangkal
agama, yang apabila melihat sinar kebenaran, ia justru memejamkan matanya, dan
apabila mendengar satu huruf pun dari kalimatnya, ia menutupi telinganya. Ia
tidak mempertimbangkan dalil apapun setelah disampaikan kepadanya dan tidak
bersedia tunduk kepada sebuah argumen meski telah mengusik nuraninya.
Dalam surah Al-Kafirun ini kata ( لق ) diterjemahkan dengan “katakanlah”, konon
beberapa tahun yang lalu pernah ada seorang tokoh penting disalah satu negara
timur tengah yang menyusulkan dibuangnya semua kata (لق) Qul dari
lembaran-lembaran al-Quran. Ayat ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW
benar-benar menyampaikan seluruh apa yang diterimanya. Beliau tidak mengurangi
walau satu huruf, meski dari segi lahirnya ada rahasia dibalik kata (لق ) tersebut.
Mahmud Syaltut menyatakan bahwa Islam memperkenalkan
dua ajaran, yaitu segi nazhari
dan segi amali.
Segi nadzari atau teoritis berkaitan dengan benak dan
jiwa sehingga ia harus dipahami sekaligus diyakini. Ajaran tersebut yang
bersifat kedalam, bukan keluar. Apabila sumber dan interpretasi ajaran
dipastikan kebenarannya, maka ia dinamakan aqidah, sedangkan segi amali adalah yang berkaitan dengan pengalaman
dalam dunia nyata yang dinamakan syari’ah. Di sinilah peranan kata ( لق ) yang secara umum dapat dikatakan bahwa
kesemuanya berkaitan dengan persoalan yang hendaknya menjadi jelas dan nyata
bagi pihak-pihak yang bersangkutan agar mereka dapat menyesuaikan sikap mereka
dengan sikap umat Islam.
Nabi SAW. diperintahkan untuk menyampaikan
secara gamblang kepada Al-Kafirun (نورفاكلا) dan yang dimaksud
dengan orang-orang kafir pada ayat pertama surah ini adalah tokoh-tokoh orang
kafir yang tidak mempercayai ke-Esaan Allah serta tidak mengakui kerasulan
Muhammad SAW.
Untuk itu surah ini merupakan surah yang
menyatakan berlepas diri dari perbuatan yang dikerjakan oleh orang-orang
musyrik serta memerintahkan untuk berbuat ihklas kepada Allah dengan firmannya:
“Katakanlah, hai orang-orang yang kafir”, mencakup semua orang kafir yang ada
dipermukaan bumi. Akan tetapi yang dituju ayat ini adalah orang-orang kafir
Quraisy. Dikatakan bahwa mereka itu, karena kebodohan mereka juga mengajak
Rasul SAW. untuk menyembah patung-patung mereka selama satu tahun dan kelak
mereka akan menyembah Tuhan Rasulullah SAW. selama setahun pula.
La ( لا ) yang berarti “tidak”, digunakan untuk
menafikan sesuatu yang akan datang. A’bud (
دبعا )
terambil dari kata ( دبع ) yang
bisa diartikan “menyembah”, dapat juga diartikan taat dan tunduk. Kata ( دبعا ) bentuk kata kerja masa kini dan masa
datang penggunaan bentuk kata kerja tersebut dalam ayat ini berarti bahwa
secara tegas Nabi SAW. diperintahkan untuk menyatakan bahwa sekarang dan dimasa
yang akan datang beliau tidak menyembah, tunduk atau taat kepada apa yang
sedang disembah oleh kaum musyrikin.