Asbab al-Nuzul Surat Yusuf
Saturday, 2 January 2016
Sudut Hukum | Asbab al-Nuzul Surat Yusuf
Asbabun nuzul adalah salah satu ilmu yang harus
dipelajari bagi seseorang yang ingin menafsuirkan al-Qur’an. Pemahaman
terhadapnya merupakan sebuah kemestian, agar tidak terjadi kesalahan dalam menafsirkan
ayat-ayat al-Qur’an. pemahaman terhadap ilmu ini juga akan memperkaya
penafsiran dalam menggali mukjizat-mukjizat al-Qur’an.
Ibnu Daqiq al-‘Ied berkata, “Keterangan tentang
sebab turunnya ayat merupakan jalan kuat untuk memahami makna-makna
al-Qur’an”. Ibnu Taimiyah menambahkan, “Pengetahuan terhadap sebab turunnya
ayat menjadikan seseorang dapat memahami kandungan ayat tersebut. Dengan begitu,
seseorang dapat mengetahui akibat dari sebab tersebut”. Beberapa ulama dari
kalangan salaf, tidak jarang mengalami kesulitan dalam memahami makna-makna
ayat al-Qur’an. Namun ketika mereka mengetahui sebab turunnya ayat tersebut,
sirnalah kesulitan yang menghalangi pemahaman mereka”.[1]
Surat Yusuf turun setelah surat Hud, dalam
masa-masa sulit dan situasi saat itu serupa dengan situasi saat turunnya surat
Yunus, yakni sangat kritis, khususnya terkait setelah peristiwa isra’ dan mi’raj
dimana banyak orang meragukan pengalaman beliau tersebut, dan ada pula sebagian
umat yang lemah imannya menjadi murtad.[2] Disisi
lain, saat itu Nabi sedang dirundung duka atas kematian dua orang yang
dicintainya, yakni istri beliau, sayyidah Khadijah dan paman beliau Abu Tahlib
baru saja wafat. Atas kesedihan yang Nabi dan umat muslim alami saat itu, maka
kemudian masa itu dikenal sebagai ‘Am al hazn.
Pada waktu Rasulullah bersama umat muslim
lainnya mengalami kesedihan, Allah mewahyukan cerita tentang Nabi Yusuf ibn
Ishaq ibn Ibrahim. Cerita itu menerangkan bahwa Nabi Yusuf juga pernah
merasakan kesedihan, mengalami ujian dan cobaan. Berbagai ujian dan cobaan
dihadapi Nabi Yusuf dengan penuh kesabaran, dan dicelah-celah kesempatan ia
terus mendakwahkan Islam. sampai pada akhirnya kisah Nabi Yusuf sampai pada tujuannya
dan bertemu kembali dengan orang tuanya serta takwil mimpi yang menjadi nyata.
Oleh karena itu tidaklah heran bila surat ini
turun pada masa sedih dan masa sulit Rasulullah. Tujuannya adalah
untuk menghibur, menyenangkan dan menenangkan hati yang terisolir, berduka,
terusir dan menderita. Dan itulah isyarat berlakunya
sunnatullah, bahwa suatu ujian dan cobaan apabila dihadapi dengan kesabaran
maka pastilah akan ditemukan jalan keluar, hingga terwujudnya kegembiraan dan
kebahagiaan.
[1]
Jalaluddin as-Suyuthi, Asbabun
Nuzul; Sebab Turunnya Ayat al-Qur’an, terj. Tim
Abdul hayyie, (Cet. III, Jakarta; Gema Insani, 2009), hlm. 9.
[2] M. Quraish Shihab, Tafsir
al-Mishbah, ..., hlm. 4.