Asbabun Nuzul surat al-Baqarah Ayat 102
Tuesday, 12 July 2016
SUDUT HUKUM | Islam dalam menanggapi permasalahan klasik yang selalu mencuat baik
dalam agama Yahudi maupun Nasrani yang dikatakan bahwa mereka adalah malaikat
yang durhaka dan mengajarkan sihir kepada manusia adalah dengan adanya ayat
yang telah diturunkan Allah dalam surat al-Baqarah: 102.
Ayat tersebut secara jelas menyatakan bahwa posisi dan tugas
dari kedua malaikat yang diturunkan ke negeri Babil adalah sebagai ujian belaka,
yang membawa pengetahuan akan ilmu sihir, yang di antara fungsinya adalah mampu
mencerai-beraikan hubungan suami istri. Sehingga dengan adanya cerita yang
mengatakan bahwa Harut dan Marut adalah malaikat yang memberontak, adalah tidak
berdasar sama sekali.
Hal ini disebabkan malaikat tidak diberi nafsu syahwat dan
karena manusia dikaruniai kemauan (syahwat) serta pengetahuan di mana malaikat
tidak memiliknya, maka manusia lebih tinggi dari pada malaikat, keunggulan manusia
ini dibuktikan dengan adanya kenyataan bahwa malaikat disuruh bersujud kepada manusia.
Al-Qur’an menyebut kata Harut dan Marut hanya pada satu tempat,
yaitu pada surat al-Baqarah: 102:
Dan Mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan:“ sesungguhnya kami hanya cobaan (bagi mu), sebab itu janganlah kamu kafir”. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) denga istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka memperlajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barang siapa yang menukarnya ( kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui”.
Ayat tersebut turun berkaitan dengan pertanyaan orang-orang
Yahudi yang menuduh Nabi Muhammad yang mencampur-baurkan antara yang hak dan
yang batil yaitu menerangkan Nabi Sulaiman digolongkan sebagai Nabi dimana
anggapan mereka bahwa sulaiman seorang ahli sihir yang mengendarai angin. Maka
Allah menurunkan ayat 102 Surat al-Baqarah yang menegaskan bahwa kaum yahudi
lebih mempercayai syaitan dari pada iman kepada Allah.
Adapun asbabul nuzul yang lain berkaitan dengan ayat tersebut dimana
kaum yahudi bertanya kepada Nabi SAW. tentang beberapa hal dalam Taurat . Semua
pertanyaan mengenai isi taurat, dijawab oleh Allah dengan menurunkan ayat.
Ketika itu mereka menganggap bahwa ayat tersebut dirasakan sebagai bantahan
terhadap mereka. Diantara masalah yang ditanyakan kepada Nabi SAW. ialah
tentang sihir dan mereka berbantahbantahan dengan Rasulullah tentang masalah
tersebut.
Kaum Yahudi didalam upaya memojokkan posisi Nabi, mereka menciptakan
gerakan yang menghalangi agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Mereka meminta
pertolongan kepada setan dan jin untuk melakukan sihir, jampi-jampi dan klenik
yang mereka nisbatkan kepada Nabi Sulaiman. Mereka menduga bahwa kerajaan Nabi
Sulaiman dibangun berdasarkan hal-hal tersebut.
Kebatilan-kebatilan yang mereka lakukan ini digunakan untuk mengelabuhi
kaum muslimin, sehingga ada sebagian mereka yang percaya dan menolak
tuduhan-tuduhan yang mengkafirkan mereka.
Al-Qur’an menyajikan cerita ini agar dijadikan sebagai
peringatan bagi umat Islam. Disamping itu juga merupakan penjelasan tentang apa
yang dilakukan oleh budak-budak nafsu terhadap diri Nabi Sulaiman. Mereka justru
menggunakn sihir yang dinisbatkan kepada Nabi Sulaiman sebagai alasan untuk
tidak mengamalkan agama dan hukum-hukumnya. Dan karenanya, tidaklah
mengherankan jika mereka tidak mau menggunakan petunjuk Nabi Muhammmad SAW.
yang telah diberikan didalam kitab mereka. Maka Allah menurunkan ayat 101 dan
102.
As-Suyuti menambahkan ayat tersebut dilatar belakangi dengan tuduhan
orang-orang Yahudi dan munafik yang menyatakan bahwa Sulaiman adalah penyihir,
yaitu pasca meninggalnya Sulaiman, di mana tentara setan telah menanam ilmu
sihir di bawah tempat singgasananya. Akhirnya setelah Sulaiman wafat, setan
tersebut membongkar timbunan ilmu sihir tersebut dan memproklamirkan bahwa
kerajaan yang diperoleh Sulaiman tidak lain hanyalah sihir belaka. Akhirnya
setan tersebut mengajarkan ilmu tersebut kepada Bani Israil. Oleh karenanya
dengan turunnya ayat tersebut jati diri Sulaiman telah terrehabilitasi atas tuduhan bahwa dirinya
sebagai tukang sihir.
Al-Razy sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad Bayumi menyatakan
bahwa sebab turunnya ayat tersebut adalah:
- Pada zaman itu sihir sudah tersebar dengan luas serta menimbulkan hal-hal yang aneh, para ahli sihir itu mendakwakan kenabian dan menantang manusia dengannya. Oleh karena itu Allah mengutus dua malaikat tersebut untuk mengajarkan ilmu-ilmu sihir kepada manusia sehingga mereka dapat melawan para ahli sihir yang mengaku sebagai nabi pendusta tersebut. Hal inilah yang merupakan tujuan mengapa kedua malaikat tersebut diturunkan ke dunia ini.
- Pengetahuan akan perbedaan antara sihir dengan mukjizat adalah tergantung dengan pengetahuan akan akibat mukjizat dan hakekat sihir. Pada masa dahulu orang-orang tidak tahu dengan hakekat sihir, hal ini tentu akan menyebabkan mereka tidak dapat mengetahui hakekat mukjizat. Oleh karena itu Allah mengutus dua malaikat untuk menerangkan hakekat sihir dengan tujuan tersebut.
Ini artinya ayat di atas yang berkaitan dengan orang Yahudi
serta orang munafik yang menyatakan keingkarannya atas kenabian Sulaiman, akhirnya
Allah menolak alibi yang disampaikan orang-orang Yahudi serta orang Munafik
dengan menurunkan ayat tersebut. Hal tersebut berawal dari berkataan para
pendeta Yahudi yang menyatakan bahwa Sulaiman ibn Dawud bukanlah Nabi, demi Allah dia adalah
seorang penyihir. Inilah yang melatarbelakangi ayat tersebut.