Biografi Imam al-Juwainī
Friday, 9 December 2016
SUDUT HUKUM | Nama aslinya adalah Abdul Malik,
sedangkan alam kunyah (nama dengan tambahan abu) nya adalah “Abu al-Ma’ali”,
dan
„alam laqab (nama julukan/gelar) nya adalah “Imamul Haromain” yang artinya Imam 2 tanah haram, maksudnya tanah haram Mekah dan
tanah haram Madinah, selain itu beliau juga diberi gelar “Ḍiya’ al-din” yang artinya cahaya Agama dan juga “Fakhru al- Islam” yang artinya kebanggaan Islam. Beliau
diberi gelar “Imam al- Haromain” karena beliau sempat bermukim di
kota Mekah selama 4 tahun, begitu juga beliau pernah bermukim di kota Madinah
selama 4 tahun, dikedua tempat tersebut beliau mengajar dan berfatwa.
Sedangkan nasab beliau adalah
Abdu al-Malik bin Abdullah bin Yusuf bin Muhammad bin Hayyuyah al-Juwainī
al-Sanbasī al-Tha’ī al-Naisaburī al-Syafi’ī. Juwain adalah salah satu daerah
dikawasan Naisabur, sedangkang Sanbas adalah salah satu kabilah/suku yang
terkenal di daerah Thaī.
Kelahiran dan Perkembangan
Mayoritas ahli sejarah
berpendapat bahwa imam haramain dilahirkan pada tanggal 18 muharram tahun
419 H. di Naisabur, salah satu kota bagian Khurosan, yang kini termasuk wilayah Negara
Iran. Naisabur adalah satu kota yang saat itu menjadi salah satu pusat kebudayaan
di Khurosan.
Baca Juga
Beliau dibesarkan ditengah –
tengah keluarga yang shaleh dan bertakwa. Ayah beliau, Abdulloh bin Yusuf
Abu Muhammad Al-Juwaini adalah seorang Ulama’ yang terkenal dalam bidang
ilmu tafsir, fiqih, bahasa arab dan sastra, dan mengajar ilmu fiqih disalah satu
madrasah yang ada dikota Naisabur. Sedangkan ibu beliau adalah seorang budak
wanita yang shalehah yang dibeli oleh ayahnya dengan uang yang tak tercampur
sedikitpun dengan harta syubhat, ayah Imam Haramain juga hanya memberikan
nafkah dari harta yang murni halal kepada ibunya sampai ibunya mengandung
beliau. Ayah beliau memang memegang kuat prinsip untuk tidak memberikan
makanan bagi keluarga dan anknya kecuali dengan harta yang halal, dengan
keyakinan yang teguh bahwa harta yang tidak halal akan merusak agama dan
dunia, dan memberi pengaruh buruk pada orang yang memakannya.
Masa Masa Menuntut Ilmu
Tempat pertama bagi beliau untuk
belajar adalah rumahnya sendiri, dibawah bimbingan ayahnya beliau
menghafalkan Al-qur’an dan juga belajar ilmu tafsir, hadits, fikih, ushul dan
sastra, beliau juga mempelajari semua kitab – kitab karya ayahnya dengan dibawah
bimbingan ayahnya langsung.
Selain itu beliau juga belajar
hadits kepada beberapa guru, seperti Syaikh Abu Manshur dan lainnya. Di masa
mudanya beliau tak mau hanya mengikuti pendapat – pendapat ayah beliau
dan teman – temannya sebelum masalah itu benar benar dikaji secara
mendalam, beliau mengkaji setiap masalah secara sungguh – sungguh dengan
memperhatikan pendapat – pendapat dalam madzhab Imam Syafi’I dan juga dari
madzhab lainnya saat berdiskusi, hal tersebut yang membuat beliau sangat menonjol
diantara teman – teman diskusinya, sehingga pada saat usia beliau belum
menginjak umur 20 tahun beliau sudah dijadikan ketua dalam diskusi yang diadakan
dimajlis ayahnya.
Namun itu semua tak membuat minat
belajar beliau berkurang, pada pagi buta beliau sudah pergi ke masjid
ustadz Abu Abdullah Al-Khobazi, beliau membaca al-qur’an dan mempelajari
beberapa ilmu pada gurunya tersebut, setelah selesai beliau kembali ke
madrasah ayahnya dan mengajar disana, setelah selesai mengajar beliau pergi ke madrasah
Al-Baihaqi, disana beliau belajar ilmu kalam (ilmu tauhid/ushuluddin) pada
Al-Ustadz Abul Qasim Al-isfarayini. Begitulah keseharian beliau, menuntut ilmu
mulai dari kecil sampai dimasa tua, bahkan saat sudah menjadi guru di madrasah.
Guru Guru Imam Al-Juwainy
Imam Haromain mempelajari
berbagai cabang ilmu dari beberapa guru dan para masyayikh yang hidup
dimasa itu. Guru guru utama beliau adalah sebagai berikut :
- Ayah beliau sendiri, Syaikh Abu Muhammad, Abdulloh bin Yusuf Al-Juwaini, seorang ulama’ ahli dalam bidang ilmu fiqih, ushul dan tafsir. Diantara kitab – kitab karyanya yang terpenting adalah; Syarah kitab Ar-risalah karya Imam Syafi’I, Tafsir Al-Kabir, At-tabshiroh Wat-Tadzkiroh, Al-Furuq, as-Silsilah, Mauqiful Imam Wal Ma’mum dan Mukhtashorul Muhtashor. Syaikh Abdulloh al-Juwaini wafat pada tahun 438 H.
- Syaikh Abul Qosim Al-Isfaroyini Al-Iskaf, Abdul Jabbar bin Ali bin Muhammad bin Haskan, ulama’ ahli ilmu fiqih, ushul dan ilmu kalam, beliau belajar pada Syaikh Abu Ishaq Al-isfaroyini dan Syaikh Abdulloh bin Yusuf Al-Ashfihani, beliau wafat pada tahun 452 H. Syaikh Abul Qosim Al-Isfaroyini merupakan guru utama Imam Haromain dalam ilmu kalam,
- Syaikh Abu Abdulloh Al-Khobbazi, Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Hasan, seorang ulama’ utama yang ahli dalam ilmu qiro’ah (bacaan) al-qur’an di kota Naisabur, beliau dilahirkan pada tahun 372 H. dan wafat pada tahun 449 H. Imam Haromain belajar al-qur’an pada beliau diwaktu pagi hari sebelum mengajar.
- Al-Imam Az-Zahid Asy-Syaikh Fadhlulloh bin Ahmad bin Muhammad Al-Maihani, beliau wafat pada tahun 440 H.
- Al-Qodhi Asy-Syaikh Abu Ali, Husain bin Muhammad bin Ahmad Al-Marudzi, ulama’ yang menjadi guru utama dalam fiqih madzhab Imam Syafi’i. Dalam kitab – kitab fiqih madzhab syafi’I nama beliau bisa disebut dengan “Qodhi Husain”, beliau mendapat julukan “Habrul Ummat” (Ahli/pakarnya umat islam), diantara kitab karya beliau adalah „At-Ta’liqoh Al-Kubro’ dan „Al- Fatawi’. Beliau wafat pada tahun 462 H.
- Al-hafidh Abu Na’im Al-Ashfihani, Ahmad bin Abdulloh bin Ahmad bin Ishaq, penulis kitab yang terkenal; “Hilyatul Ulama’. Salah seorang pembesar ulama’ – ulama’ ahli hadits, beliau wafat pada tahun 430 H.
- Abul Qosim Al-Furoni Al-Maruzi Asy-Syafi’i, Abdurrohman bin Muhammad bin Ahmad bin Furon, ulama’ ahli ilmu fiqih madzhab syafi’I yang menjadi pemimpin ulama’ – ulama’ ahli fiqih didaerah Marwa, beliau banyak menulis kitab tentang ushul, fiqih dan khilaf ulama’, diantara karya beliau adalah kitab “Al-ibanah”, beliau wafat pada tahun 463 H.
- Imam Baihaqi, Abu Bakar, Ahmad bin Al-Husain Al-Baihaqi An- Naisaburi, salah seorang ulama’ pembesar ilmu hadits dan fiqih madzhab syafi’i.
Setelah belajar pada beliau, Imam
Haromain juga ikut mengajar dimadrasah Imam Baihaqi Imam Haromain sangat
mengagumi gurunya ini, sampai – sampai beliau mengatakan; “Semua orang yang
mengikuti madzhab syafi’i memiliki hutang budi kepada Imam Syafi’I, kecuali
Imam Baihaqi, sebaliknya Imam Syafi’i mempunyai hutang budi pada beliau
karena kitab – kitab karya beliau yang ditulis untuk membela pendapat –pendapat
Imam Syafi’I dan madzhabnya”. Diantara kitab karya beliau adalah “As-Sunan Al-Kubra”, “Ma’rifatus Sunan Wal Atsar” dan Al-Mabsuth”. Beliau wafat pada tahun 458 H.
Murid – Murid Imam Al-Juwainy
Imam Haromain banyak menelurkan
ulama’ – ulama’ yang sangat terkenal di zamannya, Syaikh Ibnul Jauzi
bercerita; “setiap hari tak kurang dari 300 orang yang menghadiri majlis beliau
untuk belajar, dan banyak dari mereka yang menjadi ulama’ – ulama’ besar,
bahkan sebagian dari mereka sudah mengajar disaat beliau masih hidup”.
Diantara murid – murid beliau
yang terkenal adalah :
- Imam Ghazali, Syaikh Abu Hamid, Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad At-Thusi Al-Ghozali, penulis kitab – kitab terkenal seperti “Ihya’ ulumiddin”, “Al-Mankhul”, “Al-Mustashfa” dan lainnya, beliau wafat pada tahun 505 H.
- Imam Ilkiya Al-Harrosi, Syaikh Abul Hasan Ali bin Muhammad bin Ali Ath-thobari, seorang ahli fiqih madzhab syafi’i, ushul dan hadits yang mendapat gelar “Imaduddin” (Tiang agama). Diantara kitab karya utama beliau adalah „Syifa’ul Mustarsyidin” dan “Ahkamul Qur’an”. Beliau wafat pada tahun 504 H.
- Syaikh Ahmad bin Muhammad bin Al-Mudhaffar An-Naisaburi, ulama’ ahli fiqih madzhab syafi’i yang menjadi salah satu murid andalan Imam Haromain, beliau wafat pada tahun 500 H.
- Al-Ustadz Abu Nashr, Abdurrohim bin Abdul Karim bin Hawazin, putra dari Imam Abul Qosim Al-Qusyairi, penggemar kitab tafsir, fiqih dan ilmu kalam, diantara kitab karya beliau adalah “Al-Maqomat” dan “Al-Adab”, beliau wafat pada tahun 154 H.
Kitab Kitab karya Imam Al-Juwainy
Beliau meninggalkan banyak kitab
karangan yang sangat bermanfaat dan terkenal. Berikut ini diantara
karya karya beliau;
- Nihayatul Mathlab Fi Diroyatil Madzhab
- Ghiyatsul umam Fit-Tiyatsidh Dhulam
- Al-Aqidah An-Nidhomiyah
- Asy-Syamil Fi Ushuliddin
- Mughitsul Kholqi Fi atba’il Haqqi
- Madarikul Uqul
- Al-Burhan Fi Ushulil Fiqhi
- Al-Irsyad Fi ushulil Fiqhi
- At-Talkhish Fi Ushulil fiqhi
- Al-Waroqat Fi Ushulil Fiqhi.
Wafat Imam Al-Juwainy
Imam Al-Juwainy wafat didesa
Busytaniqon, pada malam rabu setelah melaksanakan shalat isya’, tanggal 25 bulan Robi’ul Akhir tahun
478 H. dalam usia 59 tahun.
Rujukan:
Rujukan:
- Tsuraya Kiswati, Perjalanan Al-Juwaini (Jakarta: Erlangga, t.t.),
- Muhammad Az-Zuhaili, Al-Imam Al-Juwaini, (Jakarta: Erlangga, 2002),