Biografi Plato
Wednesday, 26 July 2017
Plato lahir pada tahun 428/7 SM dalam suatu keluarga terkemuka di Athena. Ayahnya bernama Ariston seorang bangsawan keturunan raja Kodrus, raja terakhir Athena yang hidup sekitar 1068 SM yang sangat dikagumi rakyatnya oleh karena kecakapan dan kebijaksanaannya memerintah Athena, dan ibunya bernama Priktione. Keturunan Solon, tokoh legendaris dan negarawan agung Athena yang hidup sekitar seratus tahun lebih awal dari Priktione. Sesudah Ariston meninggal, Priktione dinikahi pamannya yang bernama Pyrilampes. Plato meninggal di Athena pada tahun 347 SM dalam usia 80 thun. Plato berasal dari keluarga aristokrasi yang turun temurun memegang peranan penting dalam politik Athena. Sebuah keluarga bangsawan Athena yang kaya-raya, yang hidup ketika Yunani menjadi pusat kebudayaan besar selama empat abad. Generasi orang tua dan kakeknya sudah hidup selama setengah abad kebangkitan Athena menuju kebesaran dan kekuasaannya yang paling hebat, dan secara langsung keluarga Plato terlibat aktif dalam kehidupan politik di kotanya.
Masa keemasan Athena, masa Pericles, yang bertahan antara 445-431 SM muncul sebagai citra kesempurnaan dalam kehidupan peradaban manusia. Bisa dikatakan bahwa dunia Barat telah memiliki kisah cinta yang panjang dengan Athena, sebagai teladan dan model, dibandingkan kota-kota lain dalam sejarah manusia, kecuali mungkin Yerusalem. Hubungan dengan Yerusalem di sini bukan sebagai kota ideal, melainkan hanya dalam hal penghargaan kepada orang besar yang hidup di Yerusalem dan kejadian-kejadian suci di sana. Kenapa Athena dianggap kota kuno yang memiliki kisah cinta yang panjang? Athena adalah teladan demokrasi pertama, Athena adalah kota yang dianugrahi keunggulan pikiran dan tubuh manusia, filsafat, seni dan ilmu pengetahuan, serta berseminya seni kehidupan. Plato pun bercita-cita sejak mudanya untuk menjadi orang Negara. Tetapi perkembangan politik di masanya tidak memberi kesempatan padanya untuk mengkuti jalan hidup yang diinginkannya itu.
Nama Plato yang sebenarnya ialah Aristokles, kemudian ia diberi nama baru oleh guru pelatih senamnya "Plato". Plato dalam bahasa Yunani berasal dari kata benda "platos" (kelebarannya/lebarnya) yang dibentuk dari kata sifat "platus" yang berarti (lebar). Dengan demikian, nama "Plato" berarti "si lebar". Julukan yang diberikan pelatih senamnya itu begitu cepat populer dan menjadi panggilannya sehari-hari, bahkan kemudian menjadi nama resmi yang diabadikannya lewat seluruh karyanya. Plato memperoleh nama baru itu berhubungan dengan bahunya yang lebar, sepadan dengan badannya yang tinggi dan tegap. Raut mukanya, tubuh serta parasnya yang elok bersesuaian benar dengan ciptaan klasik tentang manusia yang cantik. Bagus dan harmoni meliputi seluruh perawakannya. Tubuh yang besar dan sehat itu bersarang pula pikiran yang dalam dan menembus. Pandangan matanya menunjukkan seolah-olah Plato mau mengisi dunia ini dengan cita-citanya.
Pendidikan Plato
Pelajaran yang diperoleh ketika masa kecilnya, selain pelajaran umum ialah menggambar dan menulis, disambung dengan belajar musik dan puisi. Sebelum dewasa Plato sudah pandai membuat karangan yang bersajak. Sebagaimana biasanya dengan anak orang baik-baik di masa itu Plato mendapat didikan dari guru-guru filosofi. Pelajaran filosofi mula-mula diperolehnya dari Kratylos. Kratylos dahulunya murid Herakleitos yang mengajarkan "semuanya berlalu" seperti air. Rupanya ajaran semacam itu tidak hinggap di kalbu anak Aristokrat yang terpengaruh oleh tradisi keluarganya. Sejak berumur 20 tahun Plato mengikuti pelajaran Sokrates. Pelajaran itulah yang memberi kepuasan baginya. Pengaruh Sokrates semakin mendalam padanya. Plato menjadi murid Sokrates yang setia, sampai pada akhir hidupnya Sokrates tetap menjadi pujaannya. Bahkan segala karyanya seolah-olah merupakan monumen yang sengaja dibangun untuk gurunya.
Tak lama sesudah Sokrates meninggal, Plato pergi dari Athena. Itulah permulaan Plato mengembara 12 tahun lamanya, dari tahun 399 SM-387 SM. Mula-mula Plato pergi ke Megara, tempat Euklides mengajarkan filosofnya.
Beberapa lama ia di sana, tidak diketahui betul. Ada cerita yang mengatakan, bahwa Plato di situ mengarang beberapa dialog, yang mengenai berbagai macam pengertian dalam masalah hidup, berdasarkan ajaran Sokrates.
Dari Megara ia pergi ke Kyrene, di mana ia memperdalam pengetahuannya tentang matematik pada seorang guru ilmu itu yang bernama Theodoros. Di sana Plato juga mengajarkan filosofi dan mengarang buku-buku. Kemudian ia pergi ke Italia Selatan dan terus ke Sirakusa di pulau Sisilia, yang pada waktu itu diperintah oleh seorang tiran yang bernama Dionysios. Dionysios mengajak Plato di istananya. Plato merasa bangga. Di antara orang-orang yang mengelilinginya terdapat pujangga yang tersohor namanya. Di situ Plato belajar kenal dengan ipar raja Dionysios yang masih muda bernama Dion, yang akhirnya menjadi sahabat karibnya. Di antara mereka terdapat kata sepakat, supaya Plato mempengaruhi Dionysios dengan ajaran filosofinya, agar supaya tercapai suatu perbaikan sosial. Seolah-olah terasa oleh Plato, bahwa suatu kesempatan yang baik sudah datang baginya untuk melaksanakan teorinya tentang pemerintahan yang baik dalam praktik. Sudah lama tertanam dalam kalbunya, bahwa kesengsaraan di dunia tidak akan berakhir, sebelum filosof menjadi raja atau raja-raja menjadi filosof. Tetapi ajaran Plato yang dititik beratkan kepada pengertian moral dalam segala perbuatan, lambat laun menjemukan Dionysios.
Tuduhan bahwa Plato berbahaya bagi kerajaannya, Plato disuruhnya tangkap dan dijual sebagai budak. Nasib yang baik bagi Plato, di pasar budak ia dikenal oleh seorang muridnya, Annikeris dan ditebusnya. Peristiwa ini diketahui oleh sahabat-sahabat dan pengikut-pengikut Plato di Athena. Mereka bersama-sama mengumpulkan uang untuk mengganti harga penebus yang dibayar oleh Annikeris. Tetapi ia menolaknya dengan kata-kata: "bukan tuan-tuan saja yang mempunyai hak untuk memelihara seorang Plato." Akhirnya uang yang terkumpul itu digunakan untuk membeli sebidang tanah yang diserahkan kepada Plato untuk dijadikan lingkungan sekolah tempat ia mengajarkan filosofinya. Di situ didirikan rumah sekolah dan pondok-pondok yang dihiasi sekitarnya dengan kebun yang indah. Tempat itu diberi nama "AKADEMIA". Nama ini dipilih karena halamannya dekat dengan kuil yang didedikasikan kepada pahlawan yang bernama Akademos. Sekolah ini dirancangkannya sebagai pusat penyelidikan ilmiah. Pendirian suatu sekolah sebetulnya tidak merupakan sesuatu yang baru di Athena pada waktu itu, sebab tidak lama sebelumnya sudah ada sekolah yang diadakan oleh Sokrates.10 "Akademia" didirikan pada tahun 385 SM. Semua ilmu yang diajarkan oleh Plato di Akademia selama kira-kira 40 tahun itu diberi nama "filsafat".11 Di situlah Plato, sejak berumur 40 tahun, pada tahun 387 SM sampai meninggalnya dalam usia 80 tahun, mengajarkan filosofinya dan mengarang tulisan-tulisan yang tersohor sepanjang masa.
Cara Plato mengajar ialah berjalan-jalan di kebun, juga dalam mengajar seperti itu ia teruskan sistim dialog, bersoal-jawab, seperti yang dikemukakan oleh Sokrates. Terkadang pada sekelompok murid dikemukakannya suatu soal yang akan dipecah bersama-sama dengan bersoal-jawab oleh mereka. Plato berjalan ke kelompok lain dengan mengemukakan pula sebuah soal yang harus mereka perbincangkan bersama-sama. Akhirnya Plato kembali kepada kelompok yang pertama untuk mendengar jawaban mereka atas soal yang diajukan tadi. Demikianlah seterusnya ia berkeliling.
Memberi uraian dan mengajar filosofi berdasarkan dialog, bersoal-jawab, adalah kerja Plato yang terutama di Akademia itu. Hanya dalam waktu terulang ia mencurahkan pikirannya pada karang-mengarang tentang berbagai masalah, yang ditinggalkannya berupa tulisan. Pada tahun 367 SM setelah Plato 20 tahun menetap dalam Akademia, diterimanya undangan dan desakan dari Dion untuk datang ke Sirakusa. Dionysios yang jahat sudah meninggal, Ia digantikan sebagai raja oleh anaknya dengan nama Dionysios II. Dion berharap, supaya Plato dapat mendidik dan mengajarkan kepada raja yang masih muda itu "pandangan filosofi tentang kewajiban pemerintah menurut pendapat Plato."
Tertarik oleh cita-citanya untuk melaksanakan teori pemerintahannya di dalam praktik, Plato berangkat ke Sirakusa. Plato disambut oleh raja dengan gembira. Tetapi bagi raja, filosofi tidak begitu menarik dalam intrigue,12 fitnah dan hasutan merajalela dalam istana itu. Akhirnya Dion dibenci oleh raja dan dibuang ke luar Sisilia. Segala ikhtiar Plato untuk membelanya tidak berhasil. Plato sendiri dengan bersusah payah baru dapat kembali ke Athena.
Enam tahun kemudian, pada tahun 361 SM hati Plato terpikat lagi untuk datang ketiga kalinya ke Sirakusa. Raja Dionysios II memandang sebagai suatu kehormatan, apabila seorang filosof yang begitu kesohor berada di dalam istananya, dengan maksud itu diundangnya Plato datang ke Sirakusa. Plato datang ke Sirakusa dengan niat untuk mendamaikan pertentangan antara Dionysios II dengan sahabatnya Dion dan berusaha supaya dia boleh pulang kembali ke Sirakusa, tetapi maksudnya itu tidak berhasil. Harapannya untuk mencoba sekali lagi melaksanakan cita-citanya tentang pemerintahan yang baik dalam praktik gagal sama sekali. Dengan kesabaran hati seorang filosof Plato kembali ke Athena. Sejak itu Plato memusatkan perhatiannya pada akademia sebagai guru dan pengarang.
Tatkala seorang muridnya merayakan perkawinan, Plato yang sudah berumur 80 tahun datang juga pada malam perjamuan itu. Plato turut riang dan gembira. Setelah agak larut malam, ia mengundurkan diri kepada suatu sudut yang sepi dalam rumah itu. Di sana Plato tertidur dan tidur untuk selama-lamanya dengan tiada bangkit lagi. Esok harinya seluruh Athena mengantarkannya ke kubur.
Plato tidak pernah kawin dan tidak punya anak. Kemenakannya Speusippos menggantikannya mengurus Akademia.