Definisi Filsafat
Monday, 16 July 2018
Sekarang, mari kita lanjutkan diskusi kita dengan menyimak berbagai definisi filsafat menurut para ahli. Tetapi, sebelumnya barangkali kita telusuri dulu arti etimologinya. Filsafat (dalam bahasa Arab adalah falsafah, dan dalam bahasa Inggris adalah philosophy) berasal dari bahasa Yunani. Kata ini terdiri dari kata ‘philein’ yang berarti cinta (love) dan ‘sophia’ kebijaksanaan (wisdom). Secara etimologis, filsafat berarti berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam artinya sedalam-dalamnya. Seorang filosof (philosopher) adalah pencinta, pendamba dan pencari kebijaksanaan.
Menurut catatan sejarah, kata ini pertama kali digunakan oleh Pythagoras, seorang filosof Yunani yang hidup pada 582-496 sebelum Masehi. Cicero (106-43 SM), seorang penulis Romawi terkenal pada zamannya dan sebagian karyanya masih dibaca hingga saat ini, mencatat bahwa kata ‘filsafat’ dipakai Pythagoras sebagi reaksi terhadap kaum cendekiawan pada masanya yang menamakan dirinya ‘ahli pengetahuan’ Pythagoras menyatakan bahwa pengetahuan itu begitu luas dan terus berkembang. Tiada seorangpun yang mungkin mencapai ujungnya.
Jadi, jangan sombong menjuluki diri kita ‘ahli’ dan ‘menguasai’ ilmu pengetahuan, apalagi kebijaksanaan. Kata Pythagoras, kita ini lebih cocok dikatakan sebagai pencari dan pencinta pengetahuan dan kebijaksanaan, yakni filosof.
Pernyataan Pythagoras memang diabaikan dan diselewengkan oleh banyak pihak terutama oleh kaum ‘sophist’. Mereka seakan menjadi orang yang paling tahu dan bijaksana. Mereka mempergunakan kefasihan bahasa dan kelihaian bersilat lidah untuk meyakinkan masyarakat dan merebut pengaruh.
Kata ini kerap pula digunakan oleh Socrates (470-399 SM). Socrates tidak saja terkenal karena pemikirannya yang brillian, tetapi juga karena ia banyak mengajukan pertanyaan. Ia mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siapa saja yang dijumpainya, dan pertanyaan tersebut membuat sebagian orang menjadi lebih arif, lebih sadar diri, lebih pintar, tetapi ada yang merasa disudutkan dan dicemoohkan. Oleh sebagian penguasa dan tokoh masyarakat, pertanyaan-pertanyaan Socrates dianggap berbahaya dan subversif. Pertanyaannya yang menyadarkan banyak membuat generasi muda menjadi ragu terhadap status quo, murtad dan memberontak. Kemudian, ia diadili dan dijatuhi hukuman mati, bukan ditembak atau digantung, tetapi dengan minum racun. Ketika tidak ada seorang pun tega menyodorkan piala berisi racun kepadanya, maka ia rela menegaknya sendiri demi menunjukkan bahwa ia filosof yang agung, seorang yang cinta kebijaksanaan dan benci kemunafikan dan kejahilan (seharusnya kita bersyukur karena tidak harus berkorban seperti Socrates untuk bisa cinta ilmu-kebijaksanaan dan benci kemunafikan-kejahilan).
Kamus Bahasa Indonesia karangan W.J.S. Poerwadarminta merumuskan bahwa filsafat adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab-sebab, asas-asas hukum dan sebagainya daripada segala yang ada dalam alam semesta ataupun mengenai kebenaran dan arti ‘adanya’ sesuatu.
Dalam Merriam Webster’s Collegiate Dictionary yang sering dirujuk kalangan terdidik berbahasa Inggris menyebutkan bahwa:
Philosophy is all learning exclusive of technical precepts and practical arts; a discipline comprising as its core logic, aesthetic, ethics, metaphysic and epistemology; a search for a general understanding of values and reality by chiefly speculative rather than observational means; an analysis of the ground of and concepts expressing fundamental beliefs; a theory underlying or regarding a sphere of activity of thought; the most general beliefs, concepts and attidutes of an individual or group; calmess of temper and judgment.
Pernyataan tersebut sengaja tidak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, karena ingin menggalakkan Anda menerjemahkannya sendiri. Kemampuan membaca bahasa asing (paling tidak Inggris) memang mutlak diperlukan, jika Anda ingin memperluas wawasan, termasuk filsafat.
Jika Anda tertarik pada filsafat Islam, maka Anda harus menguasai bahasa. Cukup banyak juga pengertian filsafat yang dihimpun oleh kamus ini. pengertiannya mencakup yang sangat tehnis seperti suatu disiplin keilmuan yang bahasan pokoknya meliputi logika, estetika, etika, metafisika dan epistemologi. Sampai kepada arti yang sepele seperti sikap seseorang yang ‘kalem’, meyakinkan dalam bertindak, menilai dan berpikir.
Jadi, apakah filsafat itu? Pertanyaan ini sama tuanya dengan filsafat itu sendiri, masih tetap diajukan dan telah dijawab dengan cara yang sangat beraneka ragam. Walaupun demikian, sekarang setidaknya Anda sudah mulai memahaminya. Supaya lebih paham mari kita tanyakan masalah ini kepada para filosof langsung. Asumsinya tentu para filosof tentu lebih mengerti tentang apa filsafat (kalau tidak mana mungkin ia mendapat gelar filosof).
Menurut Plato (427-347 SM), filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang hakekat. Bagi Aristoteles (384-322 SM), filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang kebenaran yang meliputi logika, fisika, metafisika dan pengetahuan praktis.
Menurut Bertrand Russel, filsafat adalah tidak lebih dari suatu usaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terakhir, tidak secara dangkal atau dogmatis seperti yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari dan bahkan dalam ilmu pengetahuan. Akan tetapi, secara kritis dalam arti kata: setelah segala sesuatunya diselidiki problemaproblema apa yang dapat ditimbulkan oleh pertanyaan-pertanyaan yang demikian itu, dan setelah kita menjadi sadar dari segala kekaburan dan kebingungan, yang menjadi dasar bagi pengertian kita seharihari ….(problemen der Philosophic, 1967: 7).
Menurut R. Beerling, bahwa filsafat adalah pemikiran-pemikiran yang bebas, diilhami oleh rasio, mengenai segala sesuatu yang timbul dari pengalaman. (Er zijn eigenlijksheidvragen dalam Filosofic als sciencefiction, 1968: 44).
Karl Popper berkata “saya rasa kita semuanya mempunyai filsafat dan bahwa kebanyakan dari filsafat kita itu tidak bernilai banyak. Saya kira, bahwa tugas utama dari filsafat adalah untuk menyelidiki berbagai filsafat itu secara kritis, filsafat mana dianut oleh berbagai orang secara tidak kritis. (dikutip dari perdebatan televisi, 14 Nopember 1971).
Sementara itu, Immanuel Kant (1724-1804) merumuskan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang menjadi pokok pangkal dan puncak segala pengetahuan yang tercakup di dalamnya empat persoalan yaitu:
- Apa yang dapat kita ketahui? Metafisika;
- Apa yang seharusnya dilakukan? Etika;
- Sampai dimanakah harapan kita? Agama;
- Apa hakikat manusia? Anthropologi.
Wah, kenapa definisi para filosof itu tentang filsafat begitu beragam, dan malah kelihatan ada yang saling bertentangan? Jangan-jangan apa yang diingatkan orang bahwa filsafat itu membingungkan ada benarnya. Sekedar menambah ‘kebingungan’ Anda, jika daftar itu kita tambah, maka keragaman akan terus bertambah. Tidak menambahnambah bahwa banyaknya jawaban tentang definisi filsafat adalah hampir sama dengan banyaknya filosof.
Selain perbedaan, ada perbedaan dalam definisi-definisi di atas. Jika ditilik lebih teliti, sebagian besar menunjuk pada adanya ciri-ciri khas filsafat yang membedakannya dari yang lain. Barangkali cara yang lebih mudah mengenal ‘filsafat’ adalah dengan mengenal ciriciri tersebut. Bandingkan jika sekiranya Anda mengenal ciri-ciri essensial seseorang, meskipun pakaiannya berubah warna, rambutnya berganti mode, sepatunya bertukar merek dan kacamatanya berganti bingkai, di mana saja dan kapan saja Anda berbicara dia, besar kemungkinan Anda masih menandainya. Anda tahu bahwa dia adalah dia, karena ciri-ciri hakikinya, bukan karena pakaian, hiasan atau klaim-nya.