-->

Fenomena Lailatul Qadar

Oleh Tgk. H. Nuruzzahri Yahya, Ketua Dewan Syura HUDA Aceh

SUDUT HUKUM | LAILATUL QADAR adalah malam diturunkan Alquran dari Lauhil Mahfudh ke langit dunia, turunnya para malaikat serta melimpahnya rahmat dan keampunan Allah Swt kepada hamba-Nya. Sebagaimana Allah jelaskan dalam Surah Al-Qadar. Sebagian ulama berpendapat bahwa pada malam tersebut Allah mempermaklumkan kepada para malaikat tentang perjalanan hidup hamba selama setahun dan atau Lailatul Qadar adalah malam yang sempit, karena pada malam tersebut turun semua malaikat memenuhi alam raya ini.

Waled Nu
Kebanyakan ulama sepakat bahwa Lailatul Qadar terdapat pada sepuluh yang terakhir dari bulan Ramadhan, berdasarkan hadis riwayat Abi Zar Al-Giffari, seraya berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah saw; Apakah diangkatkan malam qadar beserta para Nabi atau malam qadar masih ada hingga hari kiamat? Rasul menjawab; Malam qadar masih ada hingga hari kiamat. Lalu saya bertanya lagi; Apakah ia dalam bulan Ramadhan atau bukan? Rasul menjawab; Ia di bulan Ramadhan. Lalu saya bertanya lagi; Apakah ia di sepulah awal, sepuluh pertengahan, atau di sepuluh yang akhir? Beliau menjawab: Ia berada di sepuluh terakhir.”

Dalam hadis lain, diriwayatkan oleh Abu Sa’id al-Khudri bahwa Rasulullah saw bersabda, “Carilah malam qadar di sepuluh yang akhir dan carilah malam qadar pada tiap-tiap malam yang ganjil.” Kemudian ulama berbeda pendapat tentang malam ganjil yang merupakan malam qadar.

Diceritakan dari Ubay bin Ka’ab dan Abdullah Ibn ‘Abbas bahwa Malam Qadar terjadi pada malam 27 Ramadhan. Ubay bersumpah atas nama Allah bahwa Malam Qadar terjadi pada malam 27 Ramadhan, apa tandanya beliau mengatakan demikian? Beliau menjawab, Rasulullah menjelaskan bahwa matahari tidak bersinar dan saya mendapatkan matahari tidak bersinar pada waktu Subuh 27 Ramadhan.

Sedangkan Ibn Abbas mengambil dalil dari perkiraan kalimat yang terdapat dalam Surah Al-Qadar berjumlah 30 kalimat sesuai dengan jumlah hari dalam sebulan dan ia mendapat isyarat dari firman Allah tersebut, terletak pada ujung kalimat yang ke-27. Jadi, Ibn Abbas berkesimpulan bahwa Malam Qadar terdapat pada malam ke-27 Ramadhan. Ada juga yang berpendapat bahwa Lailatul Qadar terjadi pada malam yang ke-25 Ramadhan.

Menurut Imam Al Ghazali, tanda Lailatul Qadar bisa dilihat dari permulaan atau malam pertama bulan Ramadhan. Jika hari pertama jatuh pada malam Ahad atau Rabu, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam tanggal 29 Ramadhan. Jika malam pertama jatuh pada Senin, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 21 Ramadhan. Jika malam pertama jatuh pada Kamis, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 25 Ramadhan. Jika malam pertama jatuh pada malam Sabtu, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 23 Ramadhan, dan jika malam pertama jatuh pada Selasa atau Jumat, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 27 Ramadhan.

Kaidah ini tercantum dalam kitab-kitab para ulama, termasuk dalam kitab-kitab fiqh Syafi’iyyah. Rumus ini teruji dari kebiasaan para tokoh ulama yang telah menemukan Lailatul Qadar. Kaidah ini diceritakan Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin, juga terdapat dalam kitab Hasyiah Sulaiman Al Kurdi juz hlm 188; Tafsir Shawi; kitab I’anah at-Thalibin II/257.

Syaikh Ibrahim al Bajuri dalam kitabnya Hasyiah ‘Ala Ibn Qasim Al Ghazi juz I halaman 304; as Sayyid al Bakri dalam kitabnya I’anatuth Thalibin juz II hlm 257-258; juga kitab Mathla‘ul Badrain karangan Syaikh Muhammad bin Ismail Daud al-Fathani.

Pada malam itu Jibril dan para malaikat turun ke bumi untuk menyaksikan kesungguhan manusia dalam beribadah dan mereka mendoakan keselamatan dan doa syafaat kepada manusia. Siapa saja yang mendapatkan doa selamat dari malaikat, maka akan diampuni dosa-dosanya. Sedangkan Jibril bersalam dengan setiap mukmin yang beribadah pada malam itu, akan merasakan sentuhan Jibril dengan merinding, hatinya terbuka, dan berlinang air mata karena mengingat dosa.

Diriwayatkan bahwa Usman bin ‘Ash memiliki seorang budak, ia berkata, “Wahai tuanku! Sesungguhnya aku melihat air laut pernah tawar pada satu malam dari satu bulan (bulan Ramadhan). Fenomena lain yang pernah terjadi sebagai tanda Malam Qadar adalah di pagi harinya matahari putih, tidak bercahaya sebagaimana lazimnya dan hawanya tidak dingin dan tidak panas, sebagaimana telah disebutkan dalam cerita Ubay ibn Ka’ab.”

Untuk mendapatkan fadilah atau kelebihan di malam tersebut, maka senantiasa shalat berjamaah, mendirikan shalat malam atau qiyamul lail (shalat Tarawih, Tahajud, Witir, dan lain-lain), memperbanyak baca Alquran dengan baik, iktikaf, memperbanyak zikir, istighfar, dan doa, terutama doa yang diajarkan Rasulullah kepada ‘Aisyah: “Ya Allah, sesungguhnya Engkau Zat Maha Pengampun lagi Maha Pemurah, senang pada ampunan, maka ampunilah kami, wahai Zat yang Maha Pemurah.” (*serambi Indonesia)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel