Nabi Muhammad Dalam Pandangan Penulis Barat
Friday, 11 July 2014
SUDUT HUKUM | Selama hampir sepanjang abad pertengahan
dan selama paruh awal masa pencerahan di
Eropa banyak orang yang percaya bahwa Islam adalah agama yang
kejam, yang penuh keingkaran, kebusukan dan kekaburan. Kaum Muslimin mengakui
Muhammad sebagai Nabi, bukan Tuhan, tampaknya tidaklah menjadi masalah bagi
orang-orang Kristen. Tetapi yang sering menjadi perkara Islam dan Kristen
adalah tuduhan orang-orang Kristen terhadap Muhammad sebagai Nabi palsu,
penyebaran benih perselisihan, pengumbar nafsu, munafik, antek Iblis. Namun
pandangan mereka mengenai Muhammad ini tidak
benar-benar doktrinal.
Sebelum
membicarakan sikap dn pandangan kaum orientalis terhadap pribadi
Nabi Besar Muhammad SAW beserta masalah-masalah lainnya yang berkaitan
dengan agama Islam, terlebih dahulu perlu diketahui kenyataan mengenai
perkembangan baru dalam sikap dan pandangan dunia Kristen terhadap
agama Islam, terutama dari pucuk pimpinan tertinggi agama Kristen Katolik
di Vatikan.
Perkembangan sikap
dan pandangan baru itu diungkapkan oleh Dr. Maurice
Bucaille sebagai berikut :
“Pada akhir-akhir ini telah terjadi perubahan besar dalam tingkat tinggi daripada Dunia Kristen. Setelah Konsili Vatikan II (1963-1965), sekretariat vatikan (Departmen) untuk urusan-urusan dengan umat bukan Kristen menyiarkan dokumen “Orientasi untuk dialog antara umat Kristen dan umat Islam”.
Dokumen tersebut
menunjukkan pegantian sikap yang mendalam secara resmi, mula-mula dokumen
tersebut mengajak untuk melempar jauh Image yang
salah, karena didasarkan prasangka dan fitnahan.
Kemudian dokumen
terjadinya ketidakadilan pada masa yang lalu, yaitu ketidakadilan
yang dilakukan oleh pendidikan Kristen tentang umat Islam,
diantaranya mengenai gambaran umat Kristen yang salah tentang Fatalisma
Islam, Juridisma Islam, Fanatisma Islam dan lain-lain. Dokumen
tersebut menegaskan kesatuan akan kepercayaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Serta menyebutnya bahwa Kardinal Koenig telah membikin para
pendengarnya tercengang ketika dalam ceramah resmi di Universitas Al-Azhar pada
bulan Maret 1969 menerangkan hal tersebut. Dokumen tersebut juga mengatakan
bahwa Sekretariat (Dokumen) urusan non-Kristen mengajak umat Kristen pada tahun
1967 untuk mengucapkan selamat kepada umat Islam sehubungan dengan bulan puasa
Ramadhan sesuatu nilai agama yang otentik.
Usaha-usaha
untuk pendekatan antara vatikan dan Islam telah diikuti dengan
bermacam-macam manifestasi dan pertemuan yang kongrit. Tetapi
hal-hal tersebut hanya diketahui oleh jumlah yang sangat sedikit di
Barat walaupun media massa sepertia pers, radio, dan televisi tidak kurang
menyiarkannya.
Disamping
mengungkapkan perubahan sikap pemimpin tertinggi dunia Kristen
terhadap agama Islam, Dr. Maurice Bucaille juga mengakui bahwa masih
sedikit orang Barat yang mengetahui perubahan sikap itu dan menginsafi akan
artinya yang besar. Justru masih ada guna dan faedahnya mengenali sikap kaum
orientalis pada umumnya terhadap agama Islam, termasuk sikap dan pandangannya
terhadap pribadi Nabi Besar Muhammad SAW. Setidak-tidaknya untuk mengetahui
sikap dan pandangan pihak non muslim terhadap Islam untuk dijadikan bahan
pemikiran.
Sikap Dan
Pandangan beberapa tokoh barat terhadap muhammad adalah sebgai berikut:
1. Dante Alighieri
Dante Alighieri,
lahir di Florence tahun 1265 Masehi, adalah tokoh terkemuka pada
zaman kebangunan (Renaissance) di Eropa, terutama di bidang
kesusastraan. Diantara seluruh karya Dante yang terpandang warisan terbesar
dari zaman kebangunan, adalah La Divina Commedia, berisi kisah khayali
tentang ruh Beatrice membawa Dante melawat ke alam gaib, menyaksikan Paradisa
(surga) dan Inferno (neraka) dan Purgatorio (tempat antara
neraka dan surga).
Sikap dan
pandangan Dante terhadap Islam dan terutama terhadap Nabi
Besar Muhammad SAW. Dante menempatkan Muhammad, dengan tubuhnya terbelah dari
kepala sampai ke pinggang, pada tingkatan yang ke- 28 dari Inferno (neraka),
dan melukiskannya mengoyak-ngoyak dadanya dengan tangannya sendiri, sebab dia
itu adalah pemuka dari jiwa-jiwa terkutuk yang membangkitkan perpecahan dalam
agama. Kejahatan Muhammad adalah mengembangkan agama palsu.
Sikap dan
pandangan Dante Alighieri itu dapat dipahami bila di sorot
dari beberapa faktor penyebab. Pertama, permusuhan dan kebencian yang
diwariskan Perang Salib (1096-1274) masih berpengaruh demikian besar
di Eropa dewasa itu. Kedua, kecuali karya-karya ilmiah dan filsafat, manuskrip-manuskrip
Arab dalam bidang agama dan sejarah hidup Nabi Besar Muhammad SAW, tidak pernah
disalin ke dalam bahasa latin masa itu. Ketiga, sikap dan pandangan
Dante itu disebabkan oleh kebodohannya terhadap
kenyataan sejarah. Keempat, menurut dokumen vatikan tahun 1972,
disebabkan prasangka dan fitnah.
2. Voltaire
Jean Francois
Arouet Voltaire, lahir di Paris tahun 1694, terpandang ahli
fikir dan pujangga Perancis yang mempertahankan dan membela
kebebasan berfikir. Di dalam karyanya Mahomet (1742) terdapat sikap dan
pandangannya terhadap Islam dan Nabi Besar Muhammad SAW.17 Tor Andrae
mengungkapkan sikap dan pandangan Voltaire tentang Nabi Besar Muhammad SAW
sebagai berikut :
“Didalam tahun 1742 dalam sebuah karyanya yang bersifat tragedi, berjudul Mahomet, Voltaire melukiskan pribadi Nabi itu berlawanan sekali dengan Sale dan Bulan Villier dan mengecam kedua tokoh itu. Ia menyatakan bahwa andaikata Muhammad itu seorang Prince (pangeran) atau setidak-tidaknya seorang yang diangkat berkuasa oleh pilihan rakyat, dan andaikata dia itu membentuk hukum yang penuh damai ataupun sengaja membela negerinya dari serangan musuh, maka ia layak untuk dihormati. Tetapi bila seorang pedagang unta menggerakkan pemberontakan, mendakwakan sudah bercakap-cakap dengan jibrail, dan mendakwakan telah menerima kitab yang tiada taranya, yang isi setiap halamannya merangsang kekerasan dan menantang akal, bila dua itu membunuhi lelaki dan menawan wanita untuk memaksa mereka beriman kepada kitab itu, maka tindakan serupa itu tidak bisa dibela oleh siapapun juga, kecuali dia terlahir sebagai seorang Turki, ataupun tahyul telah memadamkan sinaran watak didalam dirinya. Voltaire memang mengakui dalam tragedi karyanya itu bahwa Muhammad tidak langsung melakukan sekalian kejahatan itu. Tetapi dia menyatakan bahwa seorang yang sengaja melakukan perang terhadap negerinya sendiri dan mendakwakan perbuatan itu atau perintah Tuhan, lantas apakah tidak layak untuk dipanggilkan apapun juga ?
Tetapi di dalam
karyanya yang belakangan sekali, Essai Sur Le Moeurs, Voltaire
memperdengarkan sikap yang lebih lunak terhadap
Muhammad, mengakui kebesarannya dan kemampuannya, bahkan menahan
dirinya untuk mengecam secara kasar dan brutal, tetapi
menegaskan bahwa tidak ada sesuatu yang baru pada agama Muhammad
itu kecuali pernyataan bahwa Muhammad itu Rasul Allah”.
Demikian uraian
Tor Andrae tentang sikap dan pandangan Voltaire terhadap Islam
dan pribadi Nabi Besar Muhammad SAW yang mencerminkan
sikap dan pendangan dunia Kristen di Perancis menjelang abad
ke-18, bahkan diseluruh Eropa. Sebelum
terbitnya buku Voltaire berjudul Mahomet (1742) itu, pada
tahun 1734 M, George Sale telah menyalin kitab suci al-qur’an, yang terpandang
sebagai standar di Eropa dewasa itu. Pada kata pengantarnya, George
Sale membandingkan Nabi Besar Muhammad SAW dengan Theuses seorang tokoh
pahlawan dan pejuang dalam mitologi Grik Tua.
Beberapa tahun
sebelumnya, De Boulainvillers menulis karyanya yang terkenal.
Life Of Mahomet (Riwayat Hidup Muhammad), dengan suatu tujuan
yaitu menonjolkan keagungan Islam dibanding kepada agama Kristen.
Disitu Nabi Muhammad dilukiskan sebagai seorang pembentuk hukum yang bijaksana
penuh percerahan, yang membangun sebuah agama yang diterima oleh akal untuk
menggantikan dogma-dogma yang disangsikan dalam agama Yahudi dan agama Kristen.
3. Washington Irving
WashingtonIrving, lahir di New York pada tahun 1783 M, dikenal sebagai
advokat pada tahun 1806 tetapi lebih banyak menumpahkan kegiatannya
dibidang sastera. Tokoh yang meninggal di Amerika tahun 1859
ini banyak meninggalkan karya, antara lain The Alhambra (1832) dan Life
Of Mahomet and
His Successors (1849-1850). Karyanya yang terakhir itu
berisi riwayat hidup Nabi Besar Muhammad SAW beserta para penggantinya.
Sekalipun dalam
banyak hal, karyanya dapat dipandang objektif, namun sikap dan
pandangannya terhadap pribadi Nabi Besar Muhammad SAW masih
memperlihatkan sikap negatif, dalam banyak hal, Washington Irving
bersikap objektif mengenai hidup Nabi Besar Muhammad SAW, tetapi
mengenai pribadi Nabi Besar Muhammad, bersikap negatif, bagaikan
orang membelah betung (bambu), mengangkat yang sebagian dan memijak
bagian lainnya.
4. Thomas Carlyle
Penulis Inggris
terkemuka, menjadi terkenal berkat teorinya bahwa “sejarah dunia
tidak lain dan tidak bukan adalah biografi orang-orang besar”.
Setelah melakukan pendekatan terhadap Muhammad secara positif, dia mendapati
bahwa Muhammad merupakan seorang pemimpin yang tulus, Carlyle menolak pandangan
khas Eropa pada millenium sebelumnya bahwa Muhammad adalah “seorang penipu yang
lihai”. Sementara memuji pendiri Islam ini, apresiasi Carlyle tidak terbawa ke
al-Qur’an yang dibacanya dalam bahasa Inggris. Dia mengakui ini merupakan
bacaan berat yang pernah saya hadapi, sebuah koleksi campur aduk yang membingungkan
dan melelahkan.
5. Martin Luther
Muhammad
menempati urutan atas diantara orang-orang yang ingin dicela
oleh Martin Luther. Tak ada orang Katolik yang pernah menandingi fitnah
yang dilontarkan oleh putra Protestan terbaik itu. Luther mengidentifikasi
Muhammad sebagai pejuang kawakan yang disebut didalam kitab wahyu sebagai yang
membawa kerusakan hebat pada orangorang Kristiani. Contoh caci maki Luther
terhadap Muhammad, “Jika engkau disebut Nabi, siapakah orang bodoh tak tahu adaP
seperti itu”. “Bila semangat kedustaan telah menguasai Muhammad dan setan telah
membunuh jiwa manusia dengan al-Qur’annya dan menghancurkan iman orang
Kristiani, dia harus terus, mengangkat pedang dan mulai membunuh tubuh-tubuh
mereka”., dan “Kita berjuang agar orang Turki itu tidak menempatkan Muhammad
yang hina itu pada kedudukan Tuhan kita, Kristus”.
Muhammad Versi
Luther adalah juga seorang yang mengabdikan dirinya kepada
kemewahan dan kenikmatan hawa nafsu, yang memiliki potensi
seksual seekor biri-biri jantan, namun dia kurang merugikan Gereja dibandingkan
dengan leskup roma. Muhammad mengambil semua wanita, karena itu dia tak
beristri, namun Paus lebih tak bermoral karena dia purapura suci padahal
melakukan seks bebas”.
6. R.W Southern
Dalam bukunya Western
News Of Islam In The Midle Ages. Adapun yang
berkenaan dengan kehidupan Muhammad yang ditulis oleh cendekiawan
Barat pada abad pertengahan dan di nukil dari para penulis Bizantium,
jarang sekali yang menyajikan hakikat sebenarnya. Kesemuanya hanya
berkisar tentang menikahi seorang janda kaya, mengidap
penyakit ayan, dan belajar dari agama Nasrani. Dengan demikian tulisan-tulisan
tersebut sukar di percaya kebenarannya. Yang sangat menyolok, tidak ada
kaitannya dengan fakta perjalanan parah.
Kemudian ketika
para penulis dari bangsa latin bertanya, termasuk tokoh macam
apa Muhammad itu ? mereka hanya menjawab : Beliau adalah seorang
tukang sihir yang telah menghancurkan gereja-gereja di Afrika dengan
sihirnya dan kesuksesannya adalah karena ajaran yang di sebarkannya
melalui Free Sex.
7. Snouck Hurgronje
Lahir di kota
Utrecht (1857-1936) dia menulis buku “Al Arab Fisy Syarq”,
memuat bantahan kepada Griem, seorang Orientalis dari Switzerland,
antara lain ditulisnya :
“Kami kira kalau Griem hanya mempelajari biografi lama Nabi dan diadakan pembahasan secara mendalam, tentulah hal ini akan lebih baik dan buah yang dihasilkan dari penelitiannya itu akan lebih mencapai sasaran yang diharapkan. Tetapi ia berpendapat pekerjaan itu kurang penting, karena ia ingin menyajikan sesuatu yang baru, namun ia gagal dalam menampilkan sejarah Muhammad. Ia ingin mengetengahkan Muhammad sebagai seorang yang bersemangat sosialis, menjadikan Muhammad seorang sosialis dan supaya sosialisme itu sendiri menggiring Muhammad meninggalkan agama yang dibawanya”.
8. Mark Muller
Orientalis dan
penulis buku cerita (1790-1865) lama mengembara di berbagai
negara Arab. Diantara bukunya ada yang berjudul “Muhammad Wa
Muhammadiyah”, didalamnya tertulis. “Kaum Masehi
akan terperanjat menyadari bahwa Muhammad adalah salah
seorang pendukung Al-Masih, dan agama Al Muhammadiyah (Islam)
tiada lain salah satu pembela agama Nasrani. Pada saat yang sama kaum Muslimin
dan kaum Masehi akan terperanjat pula pada penyebab yang mengakibatkan mereka
bertengkar dan berperang dalam sejarah.
Kaum Masehi di
dunia akan mengetahui dan menyadari bahwa agama Muhammad itu
bersih dari tipu daya dan bahwa ia menagndung penawar yang
mampu memulihkan penyakit umat manusia”.
9. Tor Andrae
Pandangan TorAndrae mengenai pribadi Nabi Besar Muhammad SAW. Sekalipun
terdapat hal-hal yang negatif di dalam bukunya (pertama kali dicetak tahun 1932
di Goettingen ; Jerman), yakni di dalam membahas sesuatu permasalahan tetapi
sikap dan pandangannya terhadap pribadi Nabi Besar Muhammad cukup jelas.
Tor Andrae
adalah seorang maha guru berkebangsaan Jerman. Dalam karyanya
Muhammad, Sein Leben Und Sein Glaube, tertulis antara lain
: Artinya : “Studi tentang kehidupan Muhammad dan karyanya berkembang
demikian cepat hingga apalagi tidak diperlukan lagi bagi penerbitan
studi yang utama ini. Kita sudah mencapai tahap yang mungkin untuk mendekati
pribadinya dengan ukuran pemahaman dan keseimbangan yang tidak mungkin
memperolehnya pada beberapa dekade yang silam.
Diharapkan karya
ini akan disambut dengan gairah oleh para mahasiswa sejarah
agama, pencinta biografi, dan para penganut Islam”. Sikap
dan pandangan Prof. Dr. Tor Androe tentang Nabi Muhammad itu,
melukiskan sikap dan pandangan kaum orientalis pada masa
belakangan.
10. Sikap
Hamilton A.R.Gibb
Hamilton
A.R.Gibb adalah seorang tokoh orientalis terkemuka, terutama
sehabis perang dunia kedua (1939-1945). Karyanya berjudul Mahammedanism, amat
terkenal dan berpengaruh kuat sekali dewasa ini, terpandang sebagai buku yang
dinamik dan menarik ditulis oleh seorang sarjana terkemuka (dynamic and
interesting volume written by a roted scholar). Ia
menulis panjang lebar tentang diri Nabi Besar Muhammad.
Dalam karyanya
dia mengungkapkan:
“Bila seseorang memalingkan perhatian dari kegiatan umum dalam kehidupan Muhammad itu kepada kepribadiannya dan pengaruhnya dalam bidang moral dan sosial, tidaklah selamanya mudah memperoleh titik temu antara kebencian – teologis dari penulispenulis Barat pada masa lampau dengan apalagi yang tidak meyakinkan dari penulis-penulis muslim pada zaman baru. Penelitian sumber-sumber belum cukup jauh untuk membuat kita mampu membedakan dengan penuh keyakinan antara tradisi (hadist) yang murni pada masa-masa permulaan dengan ciptaanciptaan belakangan. Mestilah diakui bahwa tokoh Muhammad itu amat menderita sekali oleh omong kosong tentang tetek bengek yang dikaitkan terhadap Muhammad oleh para pengikutnya pada generasi-generasi belakangan ……”.
Demikian
ungkapan Hamilton A.R.Gibb mengenai “cacad” dalam kehidupan Nabi
Besar Muhammad SAW disebabkan oleh “Hadist-hadist” yang
diciptakan oleh generasi-generasi belakangan guna “mengkultas” Nabi
Besar Muhammad itu, tapi akibatnya menjadi “sasaran yang empuk dan
sangat pahit” bagi penulis-penulis Barat di masa lampau. []