Rukun dan Syarat Jual Beli
Friday, 8 August 2014
SUDUT HUKUM | Jual
beli mempunyai rukun dan syarat yang harus dipenuhi, sehingga jual beli itu dapat dikatakan sah
oleh syara‟. Dalam melaksanakan suatu perikatan (jual beli) terdapat
rukun dan syarat yang harus dipenuhi. Secara bahasa rukun adalah “yang harus
dipenuhi untuk sahnya suatu pekerjaan.” Sedang syarat adalah “ketentuan
(peraturan, petunjuk) yang harus diindahkan dan dilakukan”.
Dalam
menentukan rukun jual beli, terdapat perbedaan ulama Hanafiah dengan jumhur ulama. Rukun
jual beli menurut ulama Hanafiah hanya satu, yaitu ijab (ungkapan
membeli dari pembeli) dan qabul (ungkapan menjual dari penjual). Jual
beli dinyatakan sah apabila disertai dengan ijab dan qabul. Akan tetapi jumhur
ulama menyatakan bahwa rukun jual beli ada empat, yaitu:
1. Ada orang
yang berakad atau al-muta‟aqidain (penjual dan pembali)
2. Ada shighat
(lafal ijab dan qabul)
3. Ada barang
yang dibeli
4. Ada nilai
tukar pengganti barang.
Disebutkan
pula rukun jual beli ada tiga, yaitu akad (ijab qabul), orang-orang yang berakad (penjual
dan pembeli), dan ma‟qud alaih (objek akad). Akad adalah ikatan penjual dan pembeli. Jual beli belum
dikatakan sah sebelum ijab dan qabul dilakukan, sebab ijab
qabul menunjukan kerelaan (keridhaan). Pada dasarnya ijab qabul dilakukan
dengan lisan, tetapi kalau tidak mungkin, misalnya bisu atau yang lainnya,
boleh ijab qabul dengan surat-menyurat yang mengandung arti ijab dan
qabul.
Adapun
syarat-sarat jual beli sesuai dengan rukun jual beli yang dikemukakan Jumhur Ulama di atas
adalah sebagai berikut:
1. Syarat orang
yang berakad
2. Syarat yang
terkait dengan ijab dan qabul
3. Syarat
barang yang dijual belikan
4. Syarat-syarat nilai tukar