Biografi Fazlur Rahman
Thursday, 18 August 2016
SUDUT HUKUM | Fazlur Rahman
merupakan intelektual muslim kontemporer yang dilahirkan pada tanggal 21
September 1919, di daerah Hazara ketika India belum terpecah menjadi India dan
Pakistan, daerah tersebut sekarang terletak di sebelah Barat Laut Pakistan.
Fazlur Rahman dilahirkan di lingkungan masyarakat yang taat
beribadah kepada Allah SWT. Dalam pengakuannya, Fazlur Rahman dan keluarganya
mempraktikkan ibadah sehari-hari secara teratur seperti dan lain-lain. Pada
umur sepuluh tahun ia sudah hafal seluruh ayat-ayat al-Qur’an. Ayahnya, Maulana Syahab al-Din, seorang ulama terkenal lulusan
madrasah Deoband. Meskipun berpendidikan agama system tradisional, Syahab
al-Din sangat menghargai sistem pendidikan modern.
Pendidikan
dalam keluarga benar-benar sangat efektif dalam membentuk watak dan kepribadian
Fazlur Rahman. Ada beberapa faktor yang telah membentuk karakter dan kedalaman
keberagamaan Fazlur Rahman, salah satunya adalah pengajaran dari ibunya tentang
kejujuran, kasih sayang, serta kecintaan sepenuh hati seorang ibu. Hal lain adalah
ayahnya tekun mengajarkan agama kepada Fazlur Rahman di rumah dengan disiplin
yang tinggi sehingga ia mampu menghadapi bermacam peradaban dan tantangan di dunia
modern.
Fazlur Rahman
banyak dididik ilmu agama oleh orang tuanya dengan madzhab fiqh tertentu yakni
mazhab Hanafi. Selain itu ketika Fazlur Rahman hidup di Pakistan telah lebih
dahulu berkembang pemikiran yang agak liberal seperti Syah Waliyullah, Syah
Abdul Aziz, Sayyid Ahmad Syahid, Sayyid Ahmad Khan, Sayyid Amir Ali, dan Sir
Muhammad Iqbal. Dari para pemikir tersebut tentunya juga mempengaruhi pola
pikir Fazlur Rahman.
Pada tahun
1933, Fazlur Rahman melanjutkan studinya ke Lahore dan memasuki sekolah modern.
Pada tahun 1940 Fazlur Rahman menyelesaikan BA-nya dalam bidang sastra Arab
pada Universitas Punjab. Kemudian, dua tahun berikutnya (1942) dia
menyelesaikan Masternya dalam bidang yang sama pada Universitas yang sama pula.
Empat tahun kemudian (1946) Fazlur Rahman berangkat ke Inggris untuk pengembaraan
intelektualnya keluar negeri dengan masuk di Universitas Oxford di bawah
bimbingan Prof. S. Van Den Bergh dan H.A.R. Gibb dalam program doctor filsafat
Islam (Ph.D). Pada tahun 1949 Fazlur Rahman menyelesaikan studinya dengan
disertasi tentang Ibnu Sina. Dua tahun
kemudian disertasinya diterbitkan oleh Oxford University Press dengan judul Avecinna’s
Psychology.
Ketika kuliah
di Oxford University, pendidikan yang sudah maju di Barat, maka Fazlur Rahman
mempunyai kesempatan untuk mempelajari beberapa bahasa-bahasa Barat. Paling
tidak ia menguasai bahasa Latin, Yunani, Inggris, Jerman, Persia, Turki, Arab,
dan Urdu. Penguasaan bahasa yang
bagus sangat membantunya dalam memperdalam dan memperluas ilmu pengetahuan,
terutama dalam studi-studi Islam melalui penelusuran literaturliteratur keislaman
yang ditulis oleh para orientalis dalam bahasa mereka.
Dengan
pengalaman ini, Fazlur Rahman tidak menjadikan apologetik,
tetapi justru lebih memperlihatkan penalaran yang objektif. Dengan demikian banyak
intelektual Muslim yang menjadikannya sebagai panutan dalam pemikiran Islam.
Kendatipun
Fazlur Rahman banyak menimba ilmu dari para sarjana Barat, tidak berarti Fazlur
Rahman selalu berfikiran sama dengan pemikiran para sarjana Barat. Fazlur Rahman
tetap kritis dalam menilai pandangan-pandangan yang diajukan para orientalis.
Bahkan sejauh formulasi yang dibentuk tidak memiliki argumen yang kuat atau
karena kesalahpahaman mereka terhadap masalah yang sedang dianalisis Fazlur
Rahman tidak segansegan untuk mengkritiknya. Fazlur Rahman juga mengkritisi
praktik dan atau sistem politik dan sosial yang dikembangkan Barat yang secara
moral objektif telah jauh dari kebaikan.
Dengan gelar
akademik yang disandangnya dan penguasaan bahasa yang sangat bagus, Fazlur
Rahman benar-benar seorang Scholar yang
mumpuni dalam berbagai bidang kajian keislaman. Ia menguasai secara luas dan
mendalam sejarah Islam dalam bidang pemikiran, perkembangan social politik dan
budaya. Demikian pula ia sanggup membaca dengan cermat khazanah klasik keilmuan
Islam di segala bidang, betapa pun kunonya buku
tersebut yang
belum menggunakan bahasa yang standar.
Setelah
mendapatkan gelar doctor dalam bidang Filsafat Islam (Ph.D) Fazlur Rahman tidak
langsung pulang kampung, melainkan dia masih tetap tinggal di Inggris dengan
ikut mengembangkan karirnya sebgai seorang dosen studi Persia dan filsafat Islam
di Universitas Durham dari tahun 1950 hingga tahun 1958.
Selanjutnya pada tahun 1958 ia hijrah ke Kanada, ia di sana diangkat
sebagai lector kepala (associate professor)
di Institut Studi Islam Universitas Mc.Gill, Kanada.
Pada tahun
1961 Fazlur Rahman diundang untuk pulang di tanah airnya, Pakistan oleh seorang
Presiden Ayyub Khan yang memerintah pada waktu itu, untuk membantu pembaruan di
Pakistan. Terutama di lembaga Riset Islam Pakistan dan selanjutnya ia diangkat
sebagai direktur lembaga tersebut pada tahun 1961- 1969. Pada tahun 1964,
Fazlur Rahman juga ditunjuk sebagai salah seorang anggota Dewan Penasehat Ideologi
Negara Islam Pakistan yang salah satu tugasnya adalah meninjau seluruh hukum,
baik yang telah ada maupun yang akan dibuat agar selaras dengan pesan-pesan
al-Qur’an dan Sunnah serta mengajukan rekomendasi kepada pemerintah pusat dan
daerah bagaimana seharusnya kaum muslim Pakistan menjadi muslim yang terbaik.
Kedua lembaga
ini yakni lembaga Riset Islam Pakistan dan Dewan Penasehat Ideologi Negara
Islam Pakistan memiliki hubungan yang sangat erat, karena masing-masing dapat
meminta bahan-bahan dan mengajukan saran-saran mengenai suatu rancangan
undangundang yang diajukan kepadanya.
Fazlur Rahman
menerima tawaran Ayyub Khan tersebut dengan harapan ia dapat mengajukan
gagasan-gagasan pembaruan dalam dunia Islam. Gagasan-gagasan tersebut kemudian
ia lontarkan dalam tiga jurnal yang diterbitkan lembaga riset Islam yakni Dirasah
Islamiyah (Arab), Islamic Studies
(Inggris) dan Fikr -O-Nazr (Urdu).
Melalui jurnal tersebut, bidangbidang kajian Islam Fazlur Rahman bukan hanya
sejarah filsafat dan pemikiran Islam pada umumnya, melainkan juga bidang-bidang
lain yang lebih praktis seperti riba dan bunga bank, sistem ekonomi, lembaga perkawinan
dan keluarga, masalah-masalah kesehatan pengobatan, system politik dan
kenegaraan dan sistem pendidikan.
Usaha-usaha
tersebut dilakukannya dengan memberi makna baru terhadap ayat-ayat al-Qur’an
dengan metodologi tafsir baru. Gagasan pembaruan Fazlur Rahman tersebut yang
pada dasarnya adalah representative kelompok
neo-modernis berkaitan dengan al-Sunnah dan
al-Hadith,
riba dan bunga bank, zakat, fatwa-fatwa tentang kehalalan binatang yang
disembelih dengan alat mekanik dan sebagainya. Gagasan-gagasan tersebut banyak mengundang
kontroversi berskala nasional, yang puncaknya terjadi pada bulan September 1967
ketika dua bab pertama karya monumentalnya “Islam“
dipublikasikan dalam jurnal berbahasa Urdu yang bernaung di bawah lembaga Riset
Islam. Dalam buku tersebut Fazlur Rahman mengatakan bahwa secara keseluruhanya
al-Qur’an adalah kalam Allah SWT, dan dalam pengertian biasa juga seluruhnya
merupakan perkataan nabi Muhammad SAW.
Pernyataan
tersebut seperti bisa diduga akan menimbulkan reaksi keras oleh kalangan ulama
tradisionalis dan fundamentalis di Pakistan. Bahkan tidak sedikit yang menuduh
Fazlur Rahman sebagai munkiru al-Qur’an.
Kondisi itu diperparah dengan terjadinya demonstrasi masa dan aksi mogok kerja
yang berskala massif di beberapa
kota di Pakistan pada awal September 1968. Aksi massa menurut beberapa kalangan
dinilai sebagai bersifat politis, memang dalam waktu yang cukup lama belum juga
bisa diredakan. Salah satu pendapat yang menyatakan aksi masa tersebut bersifat
politis adalah Esposito.
Menurutnya
Aksi massa tersebut sebenarnya bukan hanya datangnya dari penyataan Fazlur
Rahman, melainkan juga adanya faktor politik yang sebenarnya lebih ditujukan
untuk menentang kepemimpinan Ayyub Khan.
Akhirnya,
karena menemukan dirinya tanpa dukungan dan kurang strategis dalam
mengembangkan pembaruan Islam, Fazlur Rahman mengajukan pengunduran dirinya
dari jabatan Direktur Lembaga Riset Islam pada 5 September 1968 yang langsung
dikabulkan oleh Ayyub Khan. Dan setahun kemudian pada tahun 1969 Fazlur Rahman
melepaskan keanggotaannya dari Dewan Penasehat Ideologi Islam Pakistan.
Pertimbangan
pengunduran dirinya dari kedua lembaga tersebut merupakan faktor yang sangat
menentukan bagi keputusan Fazlur Rahman untuk segera meninggalkan Pakistan di
tengah hujatan dan sorotan kritik atas pandanganpandangannya sebagai seorang
yang dianggap terlalu liberal.
Setidaknya
terdapat beberapa faktor yang secara garis besar dapat menjelaskan terjadinya
kontroversi dan oposisi terhadap Fazlur Rahman di Pakistan dan pengunduran
dirinya selaku direktur Riset Islam dan Keanggotaan Dewan Penasehat Ideologi
Islam Pakistan. Ulama tradisionalis dan fundamentalis Pakistan dan oposan
Fazlur Rahman yang paling setia dan tangguh selama Fazlur Rahman menetap di
Pakistan, tidak pernah memaafkan “dosa” Fazlur Rahman karena mendapatkan
didikan di Barat dan berhubungan dengan Barat. Lantaran alasan ini pula, mereka
tidak pernah merestui penunjukkannya selaku Direktur Lembaga Riset Islam
Pakistan.
Bagi mereka jabatan
tersebut adalah hak privilese eksklusif
seorang ‘alim yang terdidik secara
tradisional. Demikian pula, kolaborasi Fazlur Rahman dengan pemerintahan Ayyub
Khan kurang menguntungkan bagi Fazlur Rahman karena kemarahan para ulama
tradisionalis dan fundamentalis kepada Ayyub Khan ditumpahkan padanya. Di
samping itu gagasan-gagasan pembaruan yang dikemukakan Fazlur Rahman terlalu
liberal bagi mereka dan menyudutkan kalangan tradisionalis dan fundamentalis
Pakistan.
Latar belakang
ketidaksenangan dan penentangan kaum tradisionalis dan fundamentalis Pakistan
terhadap Fazlur Rahman bersifat complicated tersebut,
pada akhirnya mendorong Fazlur Rahman untuk mengembangkan pembaruan pemikiran
Islam di negara lain yang dapat menerima pemikiranpemikiran progresifnya. Pada
musim semi tahun 1969, Fazlur Rahman diangkat menjadi guru besar tamu di
Universitas California, Los Anggles dan kemudian ditarik Universitas Chicago
sebagai professor pemikiran Islam. Pada tahun 1986, ia direkrut oleh Horald H.
Swift menjadi guru besar di Chicago University hingga wafatnya pada Juli 1988.
Rujukan:
Fazlur
Rahman, Islam, terjemahan
Ahsin Muhammad, Bandung: Pustaka, 1984,
Fazlur
Rahman, Metode dan Alternatif Neomodernisme Islam, terjm.
Taufiq Adnan Amal, Bandung: Mizan,
1993.
M.
Hasbi Amiruddin, Konsep Negara Islam Menurut Fazlur Rahman,
Yogyakarta: UII Press, 2000.
Sutrisno,
Fazlur Rahman: Kajian
Terhadap Metode, Epistomologi dan Sistem Pendidikan, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2006.
John
L. Esposito, Pakistan : Pencarian Identitas Islam,
dalam Islam dan Perubahan Sosial Politik
di Negara Berkembang, Terjemahan Wardah Hafiz, Yogyakarta : PLP2M,
1985.
Abd.
A’la, Dari Neo-Modernisme ke Islam Liberal: Jejak
Fazlur Rahman dalam Wacana Islam
di Indonesia, Jakarta: Paramadina, 2003.