Biografi Syaikh Ibrahim Al-Bajuri
Friday, 19 August 2016
SUDUT HUKUM | Nama lengkap Syaikh al-Bajuri
adalah Burhanuddin Ibrahim al-Bajuri bin Syaikh Muhammad
al-Jizawi bin Ahmad. Ia dilahirkan di desa Bajur, Provinsi Al-Manufiyah
Mesir, pada 1198 H atau 1783 M. Karena orang tuanya merupakan
seorang ulama yang alim dan shaleh, maka sejak kecil ia berada di
kalangan orang shaleh.
Pada 1212 H, ia pergi ke Al-Azhar
untuk menimba ilmu kepada para syeikh. Namun, pada 1213 H
atau 1798 M Prancis menduduki Mesir, sehingga membuat ia harus
keluar dari Al-Azhar. Pasca keluar dari Al-Azhar, ia tinggal di
Jizah selama beberapa tahun. Setelah Prancis meninggalkan Mesir pada
1216 H atau 1801 M, ia kembali ke Al-Azhar untuk menimba ilmu. Di
antara guru-guru al-Bajuri adalah pertama, Al-Allamah Syaikh
Muhammad al-Amir al-Kabir al-Maliki. Beliau merupakan seorang ulama
terkenal di Mesir. Pada masa itu pula, seluruh ulama mesir mengambil
ijazah dan sanad darinya. Karena kelebihannya itu, Syaikh
al-Bajuri juga mendapat ijazah dari seluruh yang ada dalam kitab tsabatnya.
Kedua, Al-Allamah Abdullah al-Syarqawi.
Beliau merupakan ulama yang alim serta terkenal di Mesir
dan di dunia Islam. Sebab, mengarang kitab yang banyak, maka ia
menjadi pemimpin Al-Azhar, dan menjadi Syaikh Al-Azhar (kedudukan yang
tertinggi di Al-Azhar). Di antara karangan beliau yang paling
terkenal dan digunakan rujukan di beberapa Pesantren adalah Hasyiyah
Syarqawi `ala Tahrir, Hasyiyah Syarqawi `ala Hudhudi, dan Hasyiyah
`ala Hikam. Ketiga, Syaikh Daud al-Qal`i yang merupakan ulama yang bijak dan
arif.
Keempat, Syaikh Muhammad al-Fadhali yang merupakan seorang
ulama Al-Azhar yang alim dan sangat mempengaruhi jiwa Syaikh Ibrahim
al-Bajuri. Kelima, Syaikh al-Hasan al-Quwisni. Beliau adalah seorang
ulama yang hebat, sehingga mendapat tugas untuk menduduki kursi kepemimpinan
Al-Azhar dan dilantik menjadi Syaikh al-Azhar pada masanya.
Beliau memiliki semangat yang besar dalam belajar dan mengajar. Beliau
menghabiskan waktu dari pagi sampai malam hanya untuk mengajar para santri
dan menulis kitab. Setelah itu, beliau menyempatkan dirinya untuk
membaca al-Qur’an dengan suara yang merdu, sehingga membuat orang
berdatangan untuk mendengarkan.
Karya-karya Imam
Ibrahim Al-Bajuri
Karena jerih payahnya dalam
menimba ilmu, maka tidak heran jika al-Bajuri menghasilkan beberapa
karya yang bernilai pada usia yang masih muda. Di antara karya-karyanya
adalah:
- Hasyiyah Ala Risalah Syeikh al-Fadhali, merupakan ulasan dan penjelasan makna "La Ilaha Illa Allah". Kitab ini merupakan kitab yang pertama kali ia karang, tepat pada usia dua puluh empat tahun.
- Hasyiyah Tahqiqi al-Maqam `Ala Risalati Kifayati al-`Awam Fima Yajibu Fi Ilmi al-Kalam, kitab ini diselesaikan pada 1223 H.
- Fathu al-Qaril al-Majid Syarh Bidayatu al-Murid, selesai dikarang pada 1224 H.
- Hasyiyah Ala Maulid Musthafa Libni Hajar, selesai pada tahun 1225 H.
- Hasyiyah `Ala Mukhtasar as-Sanusi (ummul Barahain), selesai pada 1225 H.
- Hasyiyah `Ala Matni as-Sanusiyah fil mantiq, selesai pada 1227 H.
- Hasyiah `ala Matn Sulamah fi al-Mantiq
- Hasyiah `ala Syarh Sa`ad lil aqaid an-Nasafiyah
- Tuhfatu al-Murid `Ala Syarhi Jauharatu at-Tauhid Li al-Laqqani, selesai pada 1234 H.
- Tuhfatu al-Khairiyah `Ala al-Fawaidu asy-Syansyuriyah Syarah al- Manzhumati ar-Rahabiyyah Fi al-Mawarits, selesai pada 1236 H.
- Ad-Duraru al-Hisan `Ala Fathi ar-Rahman Fima Yahshilu Bihi al-Islam Wa al-Iman, selesai pada 1238 H.
- Hasyiyah `Ala Syarhi Ibni al-Qasim al-Ghazzi `Ala Matni asy-Syuja`i, selesai di tulis pada 1258 H. Kitab ini merupakan kitab yang di pelajari di Al-Azhar Syarif dan seluruh pesantren di Nusantara sampai sekarang. Kitab ini beliau tulis di Makkah tepat di hadapan Ka`bah dan sebagiannya di Madinah tepat di samping mimbar Rasulullah dalam masjid Nabawi.
- Fath al-Qaril al-Majid `ala Syarh Bidayah Murid fi ilmi Tauhid, selesai pada 1222 H.
- Manh al-Fattah `ala Dhau’ al-Mishbah fi an-Nikah
- Hasyiah `ala Manhaj, yang tidak sempat ia sempurnakan.
- Hasyiah `ala Mawahib Laduniyah `ala Syamail Muhammadiyah Imam Turmudzi
- Tuhfatul Basyar, ta`liqat `ala Maulid Ibnu Hajar al-Haitami
- Ta`liqat `ala tafsir al-Kasyaf
- Hasyiah `ala Qashidah Burdah
- Hasyiah `ala Qashidah Banat Sa`ad bagi Ka`ab bin Zuhair
- Hasyiah `ala Matn Samarqandiyah fi ilmi Bayan
- Fathul Khabir Lathif fi ilmi Tashrif
- Durar Hisan `ala fath Rahman fima Yahshilu bihi Islam wal Iman
- Hasyiah `ala Maulid ad-Dardir
- Risalah fi ‘ilmi Tauhid yang disyarah oleh ulama Nusantara, Syeikh Nawawi al-Bantani dengan nama kitab beliau Tijan ad-dadari.
- Hasyiah `ala Qashidah Burdah li al-Bushiry dan lain-lain.
Menjadi Grand Syeikh Al-Azhar
Setelah Imam al-Bajuri
mendapatkan ilmu yang banyak dari para gurunya, pada akhirnya ia
diangkat menjadi seorang tenaga pendidik di Al-Azhar al-Syarif. Dengan tekun dan
keikhlasan, beliau memulai kehidupannya dengan mengajar dan
belajar. Pada akhirnya, beliau mendapat posisi yang tinggi di Al-Azhar
menjadi Syaikhul al-Azhar ke Sembilan belas (19) menggantikan Syaikh
Ahmad al-Shafti yang telah meninggal pada 1263 H atau 1847 M. Pada
saat itu pula, pemimpin Mesir Abbas I beberapa kali mengikuti pengajian
beliau di al-Azhar dan mencium tangan beliau.
Di zaman pemerintahan Said Pasha,
Syaikh Ibrahim al-Bajuri jatuh sakit, sehingga ia kerepotan
mengurus al-Azhar. Kemudian ia mewakilkan urusan administrasi al-Azhar
kepada empat orang, yaitu Syeikh Ahmad al-Adawi, Syaikh Ismail al-Halabi,
Syaikh Khalifah al-Fasyni, dan Syaikh Musthafa al-Shawi. Empat orang syaikh
tersebut kemudian mengangkat seorang ketua, yaitu Syaikh
Musthafa al-Arusi.
Setelah menebarkan ilmunya kepada
generasi selanjutnya, akhirnya Imam Ibrahim al-Bajuri
menghembuskan nafas terakhirnya meninggalkan dunia yang fana menghadap Allah
swt. dengan tenang dan ridha. Tepatnya pada 28 Dzulqa`dah, 1276 H
bertepatan pada 19 juli 1860 M. Beribu pelayat hadir untuk menshalatkan Imam
besar Ibrahim al-Bajuri yang bertempat di Masjid Al-Azhar al-Syarif dan di
kuburkan di kawasan Qurafah al-Kubra masyhur dengan sebutan
al-Mujawarin.
Pemegang teguh
Aqidah Asy’ariyyah
Pada masa hidup Syaikh Bajuri,
mazhab Asy`ariyyah berkembang pesat. Tidak berbeda dengan masa
pemerintahan Mamalik yang menebarkan Manhaj Asy`ariyyah. Begitu juga
pada masa al-Ayyubiyyah dari masa pemerintahan Salahuddin al-Ayyubi
sampai hilangnya al-Ayyubiyyah dan bertukar menjadi pemerintahan
Mamalik.
Mazhab Asy’ariyyah merupakan
mazhab Ahlussunnah yang berkembang dari negeri barat di
daerah Maroko sampai negeri Indonesia. Pada masa Ibrahim al-Bajuri sudah
mulai terdengar dan hidup mazhab yang berbeda dari mazhab Ahlussunnah
Wa al-Jama`ah, yaitu mazhab Wahabi di bagian timur negeri Hijaz, tetapi
mereka belum dapat menguasai semenanjung Arab. Sebab, akidah
mereka sangat bertentangan dengan mazhab Ahlusunnah Wa al-Jama`ah
yang dibawa oleh ulama-ulama terdahulu. Mereka berpendapat
ulama-ulama Ahlussunnah yang bermanhaj Asy’ariyyah adalah sesat lagi
menyesatkan dan mesti dibasmi habis. Namun, mazhab Wahabi ketika itu belum
bisa berkembang disebabkan kekhalifahan Utsmaniyah yang menjaga mazhab
Ahlussunnah Wa al-Jama`ah al- Asy’ariyyah.
Rujukan:
- Khairuddiin Az-Zarkalii, Al-a’lam Qamus Tarajim, Dar al-‘ilmi al-Malayîn, Cet-15, 2002.