Biografi Karl Marx
Saturday, 10 September 2016
SUDUT HUKUM | Karl Marx lahir pada tahun1818 di kota Trier diperbatasan barat Jerman
yang waktu itu termasuk Prussia. Ayahnya seorang pengacara Yahudi, beberapa
tahun kemudian pindah agama masuk Kristen protestan. Ibu Marx baru menyusul
delapan tahun kemudian yang mungkin menunjukkan bahwa ia sebenarnya tidak ingin
pindah.[1]
Pada umur 18 tahun Karl Marx belajar hukum di Bonn. Kemudian dia
melanjutkan studi hukumnya lagi di Berlin. Selain pengaruh Lutheran masa itu,
atmosfer pemikiran kelompok Hegelian juga kuat pada tahuntahun studiMarx. Namun
seperti pada umumnya perjalanan seorang filusuf tidak ingin diikat oleh
institusi-institusi di seputarnya, sering merupakan senjata bummerang yang
menghantam pemiliknya, demikian pula halnya dengan Karl Marx.Semula dia
berkeinginan menjadi dosen sebagai tonggak dalam karier akademi. Tetapi
renananya itu terpaksa dibatalkan karena pahamnya yang radikal dan tidak mudah
berkompromi dengan status quo yang berlaku pada waktu itu.[2]

Pada tahun 1843, Marx menikah dengan Jenni Von Westphalen, anak
Baron Von Westphalen. Selama hidupnya Marx mengalami masa berat ketika dia
harus lari ke Brussel dan London, dia diusir dari Paris karena aktif bersama
kelompok radikal menyuarakan kepentingan buruh dan rakyat kecil. Paris pada
waktu itu merupakan pusat liberalisme dan radikalisme sosialis dan tokoh-tokoh
revolusioner. Hal itu akhirnya mengubah keyakinan Marx akan penyalahgunaan
sistem kapitalis yang meluas dapat dihilangkan oleh perubahan sosial yang hanya
di dukung oleh elit intelektual saja.
Momentum terpenting untuk merealisir cita-cita bersifat internasional
yang diusahakan Karl Marx sejak tahun 1845 menumbuahkan hasil, yakni dengan
terbentuknya liga komunis (communist league) di Brussel tahun 1847. Liga
komunis ini nantinya menjadi cikal bakal dari gerakan pekerja internasional
pertama (international workmen’s association).
Perlu disebutkan bahwa liga komunis yang dimaksud hanya merupkan
organisasi kerjasama dari kaum buruh Inggris, Jerman dan Prancis. Para
pemimpinnya mencita-citakan terwujudnya sosialisme dan hidupnya senantiasa
dalam pengawasan ketat pemerintahnya. Dengan terbitnya manifesto komunis, maka
kaum buruh merasa punya dorongan semangat untuk mengadakan revolusi. Kejadian
tersebut benar-benar terjadi dengan meletusnya revolusi liberal di Eropa.
Kekacauan di Prancis terjadi pada tanggal 24 Februari 1848, kemudian meletus di
Inggris, Jerman dan Brussel tempat Marx bermukim. Sadar akan pengaruh yang
ditiupkan Marx, maka pemerintah Belgia menangkapnya dan kemudian mengusirnya ke
luar negeri.[3]
Pada tahun 1848 Karl Marx bersama Frederich Engels menerbitkan manifesto
komunis. Tulisan perjuangan ini adalah protes melawan proses aliansi dalam
dunia kerja dan produksi. Marx tidak mengharapkan hasil apapun dari parlemen
dalam kehidupan masyarakat yang menurut pandangannya dikuasai perjuangan kelas.
Tajam sekali kritik Marx terhadap gereja dan agama (candu bagi rakyat).
Kenyataan sosial ekonomi, “penyangga”
dari proses produksi, menurut pendapatnya, menentukan permukaan kehidupan
agama, filsafat dan hukumnya. Untuk mencapai masyarakat yang adil berbagai
hubungan dalam proses produksi harus diubah, apabila melalui satu revolusi kaum
proletar dapat mengusai proses ini, maka akan dapat dicapai keadaan yang layak
secara manusiawi. Proletariat ini dilihat Marx sebagai pencipta negara
keselamatan yang baru, yaitu kehidupan dunia bersama yang adil.[4]
Di London, Marx membuat karya besarnya (magnus opus) yang dikenal
luas dengan judul Das Kapital. Karya inilah yang kemudian memberi banyak
sumbangan bagi perkembangan pemikiran-pemikiran sosial ekonomi selanjutnya.
Lewat tulisannya Marx mendorong kaum buruh berjuang demi emansipasi di tengah
masyarakat. Karl Marx meninggal di London pada 14 maret 1883[5]
[1] Franz
Magnis-Suseno, Pemikiran Karl Marx dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme,
(Jakarta: Gramedia Pustaka Agama, 2001), hlm. 45
[2] Andi Muawiyah
Ramli, Peta Pemikiran Karl Marx, (Yogyakartta: LKIS, 2004), hlm. 37
[3] Ibid, hlm 39
[4] Noordegraaf, Orientasi
DiakronisGreja:teologi dalam perspektif reformasi, terj. D.Ch. Sahetapy-Engel,
(Jakarta; Gunung Mulia, 2004), hlm 105
[5] James, Garvey, Dua
Puluh Karya Filasafat Terbesar,terj. Cb. Mulyanto. Pr(Yogyakarta:
Kanisius, 2010), hlm. 105