Jenis-Jenis ldentifikasi Forensik
Friday, 23 September 2016
SUDUT HUKUM | ldentifikasi merupakan suatu
proses mencari tahu, meneliti sesuatu hal yang kabur atau tidak diketahui agar
menjadi jelas identitasnya atau asal usulnya. ldentifikasi forensik merupakan
upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas
seseorang. ldentifikasi personal sering merupakan suatu masalah dalam beberapa
kasus pidana, menentukan identitas personal dengan tepat amat penting dalam
penyidikan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses
peradilan.
Peran ilmu kedokteran forensik
dalam identifikasi terutama pada jenazah tidak dikenal, jenazah yang rusak,
membusuk, hangus terbakar dan kecelakaan massal, bencana alam, dan huru hara
yang mengakibatkan banyak korban meninggal, serta potongan tubuh
manusia atau kerangka. Selain itu, identifikasi forensik juga berperan dalam
berbagai kasus lain seperti penculikan anak, bayi tertukar, atau diragukan
orangtuanya. ldentitas seseorang dapat dipastikan bila paling sedikit ada dua
metode yang digunakan sehingga memberikan hasil positif / tidak meragukan.
Baca Juga
1. Pemeriksaan sidik jari
Metode ini membandingkan
sidik jari jenazah dengan data sidik jari antemoftem. Sampai saat ini,
pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang diakui paling tinggi
ketepatannya untuk menentukan identitas seseorang. Dengan demikian harus
dilakukan penanganan yang sebaik-baiknya terhadap jari tangan jenazah untuk
pemeriksaan sidik jari, misalnya dengan melakukan pembungkusan kedua tangan
jenazah dengan kantong plastik.
2. Metode Visual
Metode ini
dilakukan dengan memperlihatkan jenazah pada orang-orang yang merasa kehilangan
anggota keluarga atau temannya. cara ini hanya efektif pada jenazah yang berum
membusuk, sehingga masih mungkin dikenali wajah dan bentuk tubuhnya oleh lebih
dari satu orang. Hal ini perlu diperhatikan mengingat adanya kemungkinan faktor
emosi yang turut berperan untuk membenarkan atau sebaliknya menyangkal
identitas jenazah tersebut. 18
3. Pemeriksan Dokumen
Dokumen
seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Izin Mengemudi (SlM), Paspor, dan
sejenisnya yang kebetulan ditemukan dalam saku pakaian yang dikenakan makin
sangat membantu mengenali jenazah tersebut. perlu diingat bahwa pada kecelakaan
massal, dokumen yang terdapat dalam tas atau dompet yang berada dekat jenazah
belum tentu adalah milik jenazah yang bersangkutan.
4. Pemeriksaan Pakaian dan perhiasan
Dari pakaian
dan perhiasan yang dikenakan jenazah, mungkin dapat diketahui merek atau nama
pembuat, ukuran, inisial nama pemilik, badge yang semuanya dapat
membantu proses identifikasi walaupun telah terjadi pembusukan pada jenazah
tersebut. Khusus anggota TNI (Tentara Nasional Indonesia) dan Polri (Kepolisian
Republik Indonesia), identifikasi dipermudah oleh adanya nama serta NRp (Nomor
Registrasi Polisi) yang tertera pada kalung logam yang dipakainya.
5. ldentifikasi Medik
Metode ini
menggunakan data umum dan data khusus. Data umum meliputi tinggi badan, berat
badan, rambut, mata, hidung, gigi dan sejenisnya. Data khusus meliputi tatto,
tahi lalat, jaringan parut, cacat kongenital, patah tulang, dan sejenisnya.
Metode ini mempunyai nilai tinggi karena selain dilakukan oleh seorang ahli
dengan menggunakan berbagai cara modifikasi (termasuk pemeriksaan dengan sinar-X) sehingga ketepatannya cukup tingi. Bahkan
pada tengkorak / kerangka pun masih dapat dilakukan metode identifikasi ini.
Melalui metode ini diperoleh data tentang jenis kelamin, ras, perkiraan umur,
tingi badan, kelainan pada tulang, dan sebagainya.
6. Pemeriksaan Gigi
Pemeriksaan
ini meliputi pencatatan data gigi (odontogram) dan rahang yang dapat
dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar-X dan pencetakan gigi
dan rahang. Odontogram memuat data tentang jumlah, bentuk, susunan,
tambalan, protesa gigi, dan sebagainya. Seperti halnya dengan sidik jari, maka
setiap individu memiliki susunan gigi yang khas. Dengan demikian dapat
dilakukan indentifikasi dengan cara membandingkan data temuan dengan data
pembanding antemortem.
7. Pemeriksaan Serologik
Pemeriksaan
serologi betujuan untuk menentukan golongan darah jenazah. Penentuan golongan
darah pada jenazah yang telah membusuk dapat dilakukan dengan memeriksa rambut,
kuku, dan tulang. Saat ini telah dapat dilakukan pemeriksaan sidik DNA yang
akurasinya sangat tinggi.
8. Metode Eksklusi
Metode ini
digunakan pada kecelakaan massal yang melibatkan sejumlah orang yang dapat
diketahui identitasnya, misalnya penumpang pesawat udara, kapal laut, dan
sebagainya. Bila sebagian besar korban telah dapat dipastikan identitasnya dengan
menggunakan metode indentifikasi yang lain, sedangkan identitas sisa korban
tidak dapat ditentukan dengan metode-metode tersebut diatas, maka sisa korban
diindentifikasi menurut daftar penumpang.
9. ldentifikasi Potongan Tubuh Manusia (Kasus Mutilasi)
Pemeriksaan
bertujuan untuk menentukan apakah potongan jaringan berasal dari manusia atau
hewan. Bilamana berasal dari manusia, ditentukan apakah potongan-potongan
tersebut dari satu tubuh. Penentuan juga meliputi jenis kelamin, ras, umur,
tinggi badan, dan keterangan lain seperti cacat tubuh, penyakit yang pernah
diderita, serta cara pemotongan tubuh yang mengalami mutilasi.
Untuk
memastikan bahwa potongan tubuh berasal dari manusia dapat digunakan beberapa
pemeriksaan seperti pengamatan jaringan secara makroskopik, mikroskopik,
dan pemeriksaan serologik berupa reaksi antigen-antibodi (reaksi
presipitin). Penentuan jenis kelamin ditentukan dengan pemeriksaan makroskopik
dan harus diperkuat dengan pemeriksaan mikroskopik yang bertujuan
menemukan kromatin seks wanita, seperti drumstick pada leukosit
dan badan Barr pada sel epitel serta jaringan otot.
10. ldentifikasi Kerangka
Upaya
identifikasi pada kerangka bertujuan untuk membuktikan bahwa kerangka tersebut
adalah kerangka manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan umur, dan tinggi badan,
ciri-ciri khusus dan deformitas serta bila memungkinkan dilakukan rekonstruksi wajah. Dicari pula
tanda-tanda kekerasan pada tulang dan memperkirakan sebab kematian. Perkiraan
saat kematian dilakukan dengan memperhatikan kekeringan tulang.
Bila terdapat
dugaan berasal dari seseorang tertentu, maka dilakukan identifikasi dengan
membandingkan data antemortem. Bila terdapat foto terakhir wajah orang
tersebut semasa hidup, dapat dilaksanakan metode superimposisi, yaitu
dengan jalan menumpukkan foto Rontgen tulang tengkorak diatas foto wajah
orang tersebut yang dibuat berukuran sama dan diambil dari sudut pengambilan
yang sama, dengan demikian dapat dicari adanya titik-titik persamaan.
11. Pemeriksaan Anatomik
Pemeriksaan
Anatomik dapat memastikan bahwa kerangka yang diperiksa tersebut adalah
kerangka manusia. Kesalahan penafsiran dapat timbul bila hanya terdapat
sepotong tulang saja, dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan serologiv reaksi
presipitin dan histologi fiumlah dan diameter kanal-kanal
havers.
12. Penentuan Ras
Penentuan ras
dapat dilakukan dengan pemeriksaan antropologik pada tengkorak, gigi geligi,
tulang panggul, atau lainnya. Arkus zigomatikus dan gigi insisivus atas
pertama yang berbentuk seperti sekop memberi petunjuk ke arah ras Mongoloid. 22
Jenis kelamin ditentukan berdasarkan pemeriksaan tulang
panggul, tulang tengkorak, sternum, tulang panjang serta skapula dan
metakarpal. Sedangkan tinggi badan dapat diperkirakan dari panjang
tulang tertentu, dengan menggunakan rumus yang dibuat oleh banyak ahli melalui
suatu penelitian (www.wikipedia.org, diakses pada tanggal 11 April 2013, Pukul
15:00 WITA).
Djaja Surya
Atmaja menemukan rumus untuk populasi dewasa muda di Indonesia:
- TB =71,2817 + 1,3346 (tib) +1,0459(fib) (lk 4,8684)
- TB =77,4717 + 2,1ggg (tib) + (lk 4,9526)
- TB =76,2772 + 2.,2522 (fib) (lk 5,0226)
Tulang yang
diukur dalam keadaan kering biasanya lebih pendek 2 milimeter dari tulang yang
segar, sehingga dalam menghitung tingi badan perlu diperhatikan.
Rata-rata
tinggi laki-laki lebih besar dari wanita, maka perlu ada rumus yang terpisah
antara laki-laki dan wanita. Apabila tidak dibedakan, maka diperhitungkan ratio
laki-laki banding wanita adalah 100:90. Selain itu penggunaan lebih dari satu
tulang sangat dianjurkan. (khusus untuk rumus Djaja Surya Atmaja, panjang
tulang yang digunakan adalah panjang tulang yang diukur dari luar tubuh berikut
kulit luarnya). Ukuran pada tengkorak, tulang dada, dan telapak kaki juga dapat
digunakan untuk menilai tinggi badan. Bila tidak diupayakan rekonstruksi wajah
pada tengkorak dengan jalan menambal tulang tengkorak tersebut dengan
menggunakan data ketebalan jaringan lunak pada
berbagai titik di wajah, yang kemudian diberitakan kepada masyarakat untuk
memperoleh masukan mengenai kemungkinan identitas kerangka tersebut.