Biografi Plato
Monday, 20 February 2017
SUDUT HUKUM | Plato lahir pada tahun 428/7 SM
dalam suatu keluarga terkemuka di Athena. Ayahnya bernama Ariston seorang
bangsawan keturunan raja Kodrus, raja terakhir Athena yang hidup sekitar 1068
SM yang sangat dikagumi rakyatnya oleh karena kecakapan dan kebijaksanaannya
memerintah Athena, dan ibunya bernama Priktione. Keturunan Solon, tokoh
legendaris dan negarawan agung Athena yang hidup sekitar seratus tahun lebih
awal dari Priktione. Sesudah Ariston meninggal, Priktione dinikahi pamannya
yang bernama Pyrilampes.
Plato meninggal di Athena pada tahun 347 SM dalam usia
80 thun. Plato berasal dari keluarga aristokrasi yang turun temurun memegang
peranan penting dalam politik Athena. Sebuah keluarga bangsawan Athena yang kaya-raya, yang
hidup ketika Yunani menjadi pusat kebudayaan besar selama empat abad. Generasi
orang tua dan kakeknya sudah hidup selama setengah abad kebangkitan Athena
menuju kebesaran dan kekuasaannya yang paling hebat, dan secara langsung
keluarga Plato terlibat aktif dalam kehidupan politik di kotanya.
Masa keemasan Athena, masa
Pericles, yang bertahan antara 445-431 SM muncul sebagai citra kesempurnaan
dalam kehidupan peradaban manusia. Bisa dikatakan bahwa dunia Barat telah
memiliki kisah cinta yang panjang dengan Athena, sebagai teladan dan model,
dibandingkan kota-kota lain dalam sejarah manusia, kecuali mungkin Yerusalem.
Hubungan dengan Yerusalem di sini bukan sebagai kota ideal, melainkan hanya
dalam hal penghargaan kepada orang besar yang hidup di Yerusalem dan
kejadian-kejadian suci di sana.
Kenapa Athena dianggap kota kuno yang memiliki
kisah cinta yang panjang? Athena adalah teladan demokrasi pertama, Athena
adalah kota yang dianugrahi keunggulan pikiran dan tubuh manusia, filsafat,
seni dan ilmu pengetahuan, serta berseminya seni kehidupan.6 Plato pun
bercita-cita sejak mudanya untuk menjadi orang
Negara. Tetapi perkembangan politik di masanya tidak memberi kesempatan padanya
untuk mengkuti jalan hidup yang diinginkannya itu.
Nama Plato yang sebenarnya
ialah Aristokles, kemudian ia diberi nama baru oleh guru pelatih senamnya
"Plato". Plato dalam bahasa Yunani berasal dari kata benda
"platos" (kelebarannya/lebarnya) yang dibentuk dari kata sifat
"platus" yang berarti (lebar). Dengan demikian, nama "Plato"
berarti "si lebar". Julukan yang diberikan pelatih senamnya
itu begitu cepat populer dan menjadi panggilannya sehari-hari, bahkan kemudian
menjadi nama resmi yang diabadikannya lewat seluruh karyanya. Plato
memperoleh nama baru itu berhubungan dengan bahunya yang lebar, sepadan dengan
badannya yang tinggi dan tegap. Raut mukanya, tubuh serta parasnya yang elok
bersesuaian benar dengan ciptaan klasik tentang manusia yang cantik. Bagus dan
harmoni meliputi seluruh perawakannya. Tubuh yang besar dan sehat itu bersarang
pula pikiran yang dalam dan menembus. Pandangan matanya menunjukkan seolah-olah
Plato mau mengisi dunia ini dengan cita-citanya.
1. Pendidikan Plato
Pelajaran yang diperoleh ketika
masa kecilnya, selain pelajaran umum ialah menggambar dan menulis, disambung
dengan belajar musik dan puisi. Sebelum dewasa Plato sudah pandai membuat
karangan yang bersajak. Sebagaimana biasanya dengan anak orang baik-baik di
masa itu Plato mendapat didikan dari guru-guru filosofi. Pelajaran filosofi
mula-mula diperolehnya dari Kratylos. Kratylos dahulunya murid Herakleitos yang
mengajarkan "semuanya berlalu" seperti air. Rupanya ajaran semacam
itu tidak hinggap di kalbu anak Aristokrat yang terpengaruh oleh tradisi
keluarganya.
Sejak berumur 20 tahun Plato mengikuti pelajaran Sokrates.
Pelajaran itulah yang memberi kepuasan baginya. Pengaruh Sokrates semakin
mendalam padanya. Plato menjadi murid Sokrates yang setia, sampai pada akhir
hidupnya Sokrates tetap menjadi pujaannya. Bahkan segala karyanya seolah-olah
merupakan monumen yang sengaja dibangun untuk gurunya.
Tak lama sesudah Sokrates
meninggal, Plato pergi dari Athena. Itulah permulaan Plato mengembara 12 tahun
lamanya, dari tahun 399 SM-387 SM. Mula-mula Plato pergi ke Megara, tempat
Euklides mengajarkan filosofnya.
Beberapa
lama ia di sana, tidak diketahui betul. Ada cerita yang mengatakan, bahwa Plato
di situ mengarang beberapa dialog, yang mengenai berbagai macam pengertian
dalam masalah hidup, berdasarkan ajaran Sokrates.
Dari Megara ia pergi ke Kyrene,
di mana ia memperdalam pengetahuannya tentang matematik pada seorang guru ilmu
itu yang bernama Theodoros. Di sana Plato juga mengajarkan filosofi dan
mengarang buku-buku. Kemudian ia pergi ke Italia Selatan dan terus ke Sirakusa
di pulau Sisilia, yang pada waktu itu diperintah oleh seorang tiran yang
bernama Dionysios. Dionysios mengajak Plato di istananya. Plato merasa bangga.
Di antara orang-orang yang mengelilinginya terdapat pujangga yang tersohor
namanya. Di situ Plato belajar kenal dengan ipar raja Dionysios yang masih muda
bernama Dion, yang akhirnya menjadi sahabat karibnya.
Di antara mereka terdapat
kata sepakat, supaya Plato mempengaruhi Dionysios dengan ajaran filosofinya,
agar supaya tercapai suatu perbaikan sosial. Seolah-olah terasa oleh Plato,
bahwa suatu kesempatan yang baik sudah datang baginya untuk melaksanakan
teorinya tentang pemerintahan yang baik dalam praktik. Sudah lama tertanam
dalam kalbunya, bahwa kesengsaraan di dunia tidak akan berakhir, sebelum
filosof menjadi raja atau raja-raja menjadi filosof. Tetapi ajaran Plato yang
dititik beratkan kepada pengertian moral dalam segala perbuatan, lambat laun
menjemukan Dionysios.
Tuduhan bahwa Plato berbahaya
bagi kerajaannya, Plato disuruhnya tangkap dan dijual sebagai budak. Nasib yang
baik bagi Plato, di pasar budak ia dikenal oleh seorang muridnya, Annikeris dan
ditebusnya. Peristiwa ini diketahui oleh sahabat-sahabat dan pengikut-pengikut
Plato di Athena. Mereka bersama-sama mengumpulkan uang untuk mengganti harga
penebus yang dibayar oleh Annikeris. Tetapi ia menolaknya dengan kata-kata:
"bukan tuan-tuan saja yang mempunyai hak untuk memelihara seorang
Plato." Akhirnya uang yang terkumpul itu digunakan untuk membeli sebidang
tanah yang diserahkan kepada Plato untuk dijadikan lingkungan sekolah tempat ia
mengajarkan filosofinya.
Di situ didirikan rumah sekolah dan pondok-pondok yang
dihiasi sekitarnya dengan kebun yang indah. Tempat itu diberi nama
"AKADEMIA". Nama ini dipilih karena halamannya dekat dengan kuil
yang didedikasikan
kepada pahlawan yang bernama Akademos. Sekolah ini dirancangkannya sebagai
pusat penyelidikan ilmiah. Pendirian suatu sekolah sebetulnya tidak merupakan
sesuatu yang baru di Athena pada waktu itu, sebab tidak lama sebelumnya sudah
ada sekolah yang diadakan oleh Sokrates. "Akademia" didirikan pada tahun
385 SM. Semua ilmu yang diajarkan oleh Plato di Akademia selama kira-kira 40
tahun itu diberi nama "filsafat". Di situlah Plato, sejak berumur 40 tahun,
pada tahun 387 SM sampai meninggalnya dalam usia 80 tahun, mengajarkan
filosofinya dan mengarang tulisan-tulisan yang tersohor sepanjang masa.
Cara Plato mengajar ialah
berjalan-jalan di kebun, juga dalam mengajar seperti itu ia teruskan sistim
dialog, bersoal-jawab, seperti yang dikemukakan oleh Sokrates. Terkadang pada
sekelompok murid dikemukakannya suatu soal yang akan dipecah bersama-sama
dengan bersoal-jawab oleh mereka. Plato berjalan ke kelompok lain dengan
mengemukakan pula sebuah soal yang harus mereka perbincangkan bersama-sama.
Akhirnya Plato kembali kepada kelompok yang pertama untuk mendengar jawaban
mereka atas soal yang diajukan tadi. Demikianlah seterusnya ia berkeliling.
Memberi uraian dan mengajar
filosofi berdasarkan dialog, bersoal-jawab, adalah kerja Plato yang terutama di
Akademia itu. Hanya dalam waktu terulang ia mencurahkan pikirannya pada
karang-mengarang tentang berbagai masalah, yang ditinggalkannya berupa tulisan.
Pada tahun 367 SM setelah Plato 20 tahun menetap dalam Akademia, diterimanya undangan
dan desakan dari Dion untuk datang ke Sirakusa. Dionysios yang jahat sudah
meninggal, Ia digantikan sebagai raja oleh anaknya dengan nama Dionysios II.
Dion berharap, supaya Plato dapat mendidik dan mengajarkan kepada raja yang
masih muda itu "pandangan filosofi tentang kewajiban pemerintah menurut
pendapat Plato." Tertarik oleh cita-citanya untuk melaksanakan teori
pemerintahannya di dalam praktik, Plato berangkat ke Sirakusa. Plato disambut
oleh raja dengan gembira. Tetapi bagi raja, filosofi tidak begitu menarik
dalam intrigue, fitnah dan hasutan merajalela dalam istana itu.
Akhirnya Dion dibenci oleh raja dan dibuang ke luar Sisilia. Segala ikhtiar
Plato untuk membelanya tidak berhasil. Plato sendiri dengan bersusah payah baru
dapat kembali ke Athena.
Enam tahun kemudian, pada tahun
361 SM hati Plato terpikat lagi untuk datang ketiga kalinya ke Sirakusa. Raja
Dionysios II memandang sebagai suatu kehormatan, apabila seorang filosof yang
begitu kesohor berada di dalam istananya, dengan maksud itu diundangnya Plato
datang ke Sirakusa. Plato datang ke Sirakusa dengan niat untuk mendamaikan
pertentangan antara Dionysios II dengan sahabatnya Dion dan berusaha supaya dia
boleh pulang kembali ke Sirakusa, tetapi maksudnya itu tidak berhasil.
Harapannya untuk mencoba sekali lagi melaksanakan cita-citanya tentang
pemerintahan yang baik dalam praktik gagal sama sekali. Dengan kesabaran hati
seorang filosof Plato kembali ke Athena. Sejak itu Plato memusatkan perhatiannya
pada akademia sebagai guru dan pengarang.
Tatkala seorang muridnya
merayakan perkawinan, Plato yang sudah berumur 80 tahun datang juga pada malam
perjamuan itu. Plato turut riang dan gembira. Setelah agak larut malam, ia
mengundurkan diri kepada suatu sudut yang sepi dalam rumah itu. Di sana Plato
tertidur dan tidur untuk selama-lamanya dengan tiada bangkit lagi. Esok harinya
seluruh Athena mengantarkannya ke kubur. Plato tidak pernah kawin dan
tidak punya anak. Kemenakannya Speusippos menggantikannya mengurus Akademia.
2. Guru-guru Plato
a. Pyrilampes
Guru pertama Plato adalah
Pyrilampes, Plato dididik dan dibesarkan oleh pyrilampes ayah tirinya,
pyrilampes adalah seorang politikus yang termasuk kalangan perikles.
b. Kritias
Kritias
lebih muda dari Sokrates. Ia berasal dari Athena dan memainkan peran penting
dalam politik kota itu. Titik ajaran Kritias yang harus disebut di sini ialah
pendapat tentang agama. Ia beranggapan bahwa agama ditemukan oleh
penguasa-penguasa Negara yang cerdik. Kebanyakan pelanggaran dapat disiksa
menurut hukum. Tetapi selalu ada pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan
tersembunyi saja dan tidak diketahui oleh umum. Sebab itu penguasa-penguasa
menemukan dewa-dewa yang dipercayainya akan membalas juga pelanggaran-pelanggaran
tersembunyi.
c. Krathylos
Sebelum Plato belajar filsafat
kepada Sokrates ia belajar filsafat kepada Kratylos, Kratylos adalah seorang
filosof yang meneruskan ajaran Herakleitos, Kratylos berpendapat bahwa dunia
kita berada dalam perubahan terus-menerus, sehingga pengenalan tidak mungkin,
karena suatu nama pun tidak dapat diberikan kepada benda-benda, dan mesti
mengakui bahwa pengenalan memang mengandaikan bahwa suatu objek mempunyai
stabilitas tertentu.
d. Sokrates
Seorang yang dianggap Plato
sebagai guru utama yang ide-idenya harus dipertahankan dan diabadikan, pengaruh
mendalam Sokrates terhadap Plato bisa dilihat dari peran utama bagi tokoh ini
dalam dialog-dialognya.
Seluruh ajaran filsafat tidak
ada filsuf yang begitu ramai dipersoalkan seperti Sokrates. Rupa-rupa anggapan
telah dikemukakan tentang kepribadian dan ajarannya. Kedua anggapan yang paling
ekstrim ialah di satu pihak bahwa sokrates harus dianggap sebagai filsuf
terbesar yang pernah hidup di bumi ini dan di lain pihak bahwa sokrates sendiri
sama sekali tidak merupakan seorang filsuf, biar pun melalui Plato ia sangat mempengaruhi
perkembangan pemikiran filsafat.
e. Theodoros
Dalam
pengembaraan ke kyrene Plato mempelajari ilmu pasti kepada Theodoros, dan
secara legal formal Theodoros merupakan guru terakhir Plato.
3. Karya-karya Plato
Dapat disimpulkan, bahwa
karya-karya Plato terdapat dalam dialog-dialog. Dialog-dialog Plato tersebut
dapat dibagi atas tiga periode:
- Apologia, Krition, Eutyphron, Lakhes, Kharmides, Lysis, Hippias, Minor, Menon, Gorgias, Protagoras, Euthydemos, Kratylos, Phaidon, Symposion. (beberapa ahli menyangka bahwa salah satu dari dialog-dialog ini sudah ditulis sebelum kematian Sokrates, tetapi kebanyakan berpikir bahwa dialog pertama ditulis tidak lama sesudah kematian Sokrates).
- Politeia, Phaidros, Parmanides, Theaitetos. (Theaitetos dan Parmanides ditulis tidak lama sebelum perjalanan kedua ke Sisilia, thun 367).
- Sophistes, Politikos, Philebos, Timaios, Kritias, Nomoi, (dialog-dialog ini ditulis sesudah perjalanan ketiga ke Sisilia, ketika urusannya dengan kesulitan-kesulitan politik di Sisilia sudah selesai).