Faktor yang Mempengaruhi Ketenangan Jiwa
Wednesday, 18 September 2019
Setiap orang menginginkan dan mengaharapkan mempunyai jiwa yang tenang, tentram dan jauh dari ketegangan-ketegangan serta konflik-konflik kejiwaan. Untuk mendapatkan kondisi yang tenang, maka setiap orang perlu memperhatikan faktor-faktor yang mendukung agar jiwa menjadi tenang adalah:
Zakiah Daradjat (1980: 61) mengemukakan pendapatnya bahwa bagi jiwa yang sedang gelisah, agama akan memberi jalan dan siraman penenang hati. Tidak sedikit kita mendengar orang yang kebingungan dalam hidupnya selama ia belum beragama, setelah mulai mengenal dan menjalankan agama ketenangan jiwa akan datang. Agama adalah kebutuhan jiwa (psikis) manusia, yang akan mengatur dan mengendalikan sikap, kelakuan dan cara menghadapi tiap-tiap masalah (Daradjat, 1982: 52).
William James, seorang filsuf dari Amerika, mengatakan bahwa obat Paling mujarab untuk kegelisahan jiwa adalah keyakinan. Sementara, seorang psikolog, Brill, mengatakan bahwa orang yang beragama dan menjalankan ajaran keagamaannya dengan baik tidak akan ditimpa gangguan kejiwaan. Pendapat mereka didukung oleh penulis Amerika, Lenox, yang mengatakan dalam bukunya Kembali kepada Keimanan bahwa orang yang rutin menjalankan ibadah dan memiliki keyakinan kepada Tuhan cenderung memiliki jiwa yang lebih kuat dibanding orang yang tidak beragama dan tidak pernah melakukan ibadah (Elzaky, 2011: 37).
Pelaksanaan agama dalam kehidupan sehari-hari dapat membentengi diri dari sifat kegelisahan, adapun yang dapat dilakukan adalah dengan mengingat Allah yaitu dengan shalat, puasa, berdzikir atau membaca al-Qur’an.
Faktor Agama
Dari kacamata agama memandang manusia akan mempunyai jiwa yang tenang apabila manusia tersebut mempunyai iman yang kuat, teguh dan benar serta selalu mengingat pada Allah:Zakiah Daradjat (1980: 61) mengemukakan pendapatnya bahwa bagi jiwa yang sedang gelisah, agama akan memberi jalan dan siraman penenang hati. Tidak sedikit kita mendengar orang yang kebingungan dalam hidupnya selama ia belum beragama, setelah mulai mengenal dan menjalankan agama ketenangan jiwa akan datang. Agama adalah kebutuhan jiwa (psikis) manusia, yang akan mengatur dan mengendalikan sikap, kelakuan dan cara menghadapi tiap-tiap masalah (Daradjat, 1982: 52).
William James, seorang filsuf dari Amerika, mengatakan bahwa obat Paling mujarab untuk kegelisahan jiwa adalah keyakinan. Sementara, seorang psikolog, Brill, mengatakan bahwa orang yang beragama dan menjalankan ajaran keagamaannya dengan baik tidak akan ditimpa gangguan kejiwaan. Pendapat mereka didukung oleh penulis Amerika, Lenox, yang mengatakan dalam bukunya Kembali kepada Keimanan bahwa orang yang rutin menjalankan ibadah dan memiliki keyakinan kepada Tuhan cenderung memiliki jiwa yang lebih kuat dibanding orang yang tidak beragama dan tidak pernah melakukan ibadah (Elzaky, 2011: 37).
Pelaksanaan agama dalam kehidupan sehari-hari dapat membentengi diri dari sifat kegelisahan, adapun yang dapat dilakukan adalah dengan mengingat Allah yaitu dengan shalat, puasa, berdzikir atau membaca al-Qur’an.
Faktor Psikologi
Dalam pandangan psikologi, ada beberapa faktor yang mendukung supaya jiwa menjadi tenang, diantaranya adalah:- Terpenuhinya kebutuhan pokok, Setiap individu selalu memiliki dorongandorongan pokok yang bersifat organis (fisik dan psikis) dan yang bersifat sosial. Kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan itu menuntut pemuasan.
- Kepuasan, Setiap orang menginginkan kepuasan, baik yang bersifat jasmaniah maupun yang bersifat rohaniah.
- Posisi dan status sosial, Setiap individu selalu berusaha mencari posisi sosial dan status sosial itu sesuai dengan harapan dan kemampuan dirinya, maka individu tersebut akan mempunyai jiwa yang tenang (Kartono dan Andary, 1989: 29-30 ).
Dari pandangan psikologi dapat dipahami bahwa orang akan mampu sejahtera atau tenang jiwanya apabila orang tersebut mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, baik yang bersifat fisik, psikis, maupun sosial.