-->

Green Chemistry

Dalam dekade yang lalu suatu paradigma baru telah dimunculkan di EPA (Environmental Protecting Agent) sebagai pengantar dalam bagian dari Pollution Prevention Act of 1990. Ini yang pertama dan satu-satunya undang-undang yang difokuskan pada pencegahan pencemaran ketimbang pengolahan dan remediasi pencemaran. Sekarang EPA menempatkan diri sebagai partner industri dan menemukan banyak cara-cara yang lebih lentur dan biaya yang lebih efektif (Nurgita, 2016).

Menurut Anastas & Warner (1998) dalam Lancaster (2002), green chemistry merupakan suatu konsep teknologi kimia inovatif yang digunakan untuk mengurangi penggunaan maupun produksi bahan kimia berbahaya, serta pembuatan dan penggunaan produk kimia. Prinsip green chemistry merupakan salah satu cara menanggulangi atau mengurangi limbah yang dihasilkan serta untuk memberikan peringatan bahaya maupun tingkat keselamatan saat praktikum. Green chemistry terdiri dari 12 prinsip yaitu (Lancaster, 2002):
  • Pencegahan

Menghindari terbentuknya limbah atau sampah.
  • Desain bahan dan produk yang aman

Metode sintetis harus dirancang untuk memaksimalkan pembentukan semua bahan yang digunakan dalam pengolahannya menjadi produk akhir.
  • Desain sintesis bahan kimia yang tidak berbahaya

Metodologi sintetis seharusnya didesain untuk memakai dan membuat zat yang sedikit atau tidak beracun maupun berbahaya untuk kesehatan manusia dan lingkungan.
  • Perancangan bahan kimia yang aman

Produk kimia seharusnya didesain untuk menjaga keefektifan fungsinya sekaligus mengurangi kadar toksisitas.
  • Penggunaan pelarut dan zat tambahan yang aman

Penggunaan zat tambahan (misalnya pelarut) seharusnya sebisa mungkin tidak digunakan dan seandainya digunakan pun menggunakan pelarut yang tidak berbahaya.
  • Desain hemat energi

Kebutuhan energi pada proses-proses kimia harus memperhatikan dampak negatif di bidang ekonomi dan lingkungan dan harus diminimalisir. Metode sintetis produk-produk kimia seharusnya dilakukan pada suhu dan tekanan kamar.
  • Penggunaan bahan tebarukan (renewable)

Sebaiknya menggunakan bahan mentah atau bahan baku yang dapat diperbaharui.
  • Menghindari bahan kimia yang sifatnya derivatif

Derivatisasi yang tidak diperlukan harus diminimalisir atau sebisa mungkin dihindari, karena langkah seperti ini membutuhkan regen-reagen tambahan dan dapat menghasilkan limbah.
  • Penggunaan katalis

Penggunaan reagen katalis dalam proses kimia untuk memaksimalkan produk dan penghematan energi. Desain produk kimia yang dapat terurai. Produk kimia seharusnya didesain, sehingga pada akhir fungsinya, produk tersebut tidak bertahan dalam lingkungan dan terurai menjadi produk penguraian yang tidak berbahaya.
  • Desain produk yang terdegradasi

Produk kimia seharusnya didesain hingga pada akhir fungsinya nanti mereka dapat terurai menjadi produk degradasi yang tidak berbahaya ke lingkungan. Pentingnya sintesis material sehari-hari biodegradable, misalnya biopolimer, plastik ramah lingkungan.
  • Pencegahan polusi

Metodologi analisis perlu dikembangkan lebih lanjut untuk memungkinkan analisa secara cepat dalam proses monitoring dan kontrol terhadap polutan.
  • Peminimalan potensi kecelakaan kerja

Zat dan bentuk zat yang dipakai dalam proses kimia harus dipilih untuk meminimalkan potensi kecelakaan kimia, termasuk kebocoran, ledakan, dan kebakaran.

Green chemistry bertujuan pada pengembangan proses untuk produksi bahan kimia dan bahan yang berkelanjutan dengan menggunakan sumber daya yang efisien dan ramah lingkungan (Pleissner, 2017). Terdapat beberapa prinsip yang mendasari green chemistry yaitu pencegahan limbah, pengurangan penggunaan energi, penggunaan bahan baku terbarukan, desain produk kimia yang tidak berbahaya, dan pengurangan penggunaan bahan kimia untuk menimalkan potensi kecelakaan (Fellet, 2013).

Menurut Anastas dan Warner dalam Ravichandran (2011) menyatakan bahwa, keterampilan generasi masa depan untuk mengimplementasikan kimia ramah lingkungan berpusat pada materi pendidikan di sekolah yang berhubungan dengan green chemistry. Program materi pendidikan di sekolah harus mengarah pada keberlanjutan dengan merancang dan menggunakan metode yang baku alami bahan akan diproses secara ekonomi, penggunaan rasional sumber energi, penghapusan gas, cair dan limbah padat yang berbahaya dan dengan pengenalan produk yang mengutamakan keselamatan bagi manusia dan lingkungan (Ravichandran, 2011).

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel